Suara Kasih: Melakukan Hal Bermakna dalam kehidupan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Memanfaatkan Kehidupan untuk Melakukan Hal yang Bermakna

Berfoya-foya dan bermabuk-mabukan merupakan kehidupan ilusi
Sikap bersenang-senangmendatangkan tragedi yang besar di Brasil
Insan Tzu Chi terjun ke masyarakat untuk memerhatikan orang yang membutuhkan
Sikap saling bersyukurmendatangkan cahaya bagi dunia

 

Tadi kita telah melihat sebuah kelab malam di Brasil yang sangat besar. Kelab malam tersebut bisa menampung lebih dari 2.000 pengunjung. Akan tetapi, kemarin subuh, terjadi kebakaran dahsyat di sana. Lebih dari 200 orang meninggal dunia dan sekitar 100 orang mengalami luka-luka. Anak muda masa kini memiliki kehidupan yang baik. Mengapa pada malam hari mereka masih keluyuran untuk mencari kenikmatan? Kehidupan yang sesat seperti itu telah mendatangkan bencana yang sangat besar. Sungguh membuat orang sedih melihatnya. Inilah bencana akibat ulah manusia. Tragedi seperti ini tak perlu terjadi, tetapi ia malah terjadi. Tentu saja, masih ada banyak  bencana akibat ulah manusia lain.

Batin manusia yang tak seimbang menciptakan banyak ketidaktenteraman di dunia. Akan tetapi, kita juga dapat melihat pemandangan penuh kehangatan di dunia. Sebentar lagi adalah Tahun Baru Imlek. Kita dapat melihat bahwa di setiap tempat yang terdapat warga etnis Tionghoa, mereka akan merayakan Tahun Baru Imlek. Kita dapat melihat Pemberkahan Akhir Tahun di California Utara. Untuk berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra, setiap partisipan juga harus bervegetaris. Dari anak-anak hingga lansia berusia 86 tahun, setiap orang membangkitkan ketulusan. Ketulusan mereka ditunjukkan lewat pola hidup vegetaris yang mereka jalani demi pementasan ini. Ini sungguh membuat saya tersentuh.

Beberapa hari lalu, insan Tzu Chi di Australia dan Eropa juga menggelar Pemberkahan Akhir Tahun. Mereka juga memerhatikan tunawisma dan orang yang membutuhkan. Mereka juga telah mulai membagikan barang bantuan. Ini semua sungguh penuh kehangatan. Kita juga melihat insan Tzu Chi di Taiwan. Demi menyambut Tahun Baru Imlek, insan Tzu Chi di seluruh Taiwan mengadakan acara makan bersama dan mulai mempersiapkan barang bantuan. Di setiap tempat, insan Tzu Chi membangkitkan hati yang paling tulus untuk membantu keluarga yang berpenghasilan rendah. Tentu saja, ada pula pasien penerima bantuan Tzu Chi. Insan Tzu Chi juga membantu mereka memperbaiki dan membersihkan rumah. Semua tayangan itu menggambarkan bahwa setiap orang di dunia  bagaikan satu keluarga besar.

Setiap orang di dunia hendaknya saling memerhatikan bagai keluarga sendiri. Kita dapat melihat selain anggota komite Tzu Chi dan anggota Tzu Cheng yang senantiasa mencurahkan perhatian bagi masyarakat dalam jangka waktu yang panjang, para staf dari Empat Misi Tzu Chi juga memiliki kesatuan hati dan tekad untuk turut bersumbangsih. Lihatlah, para staf dari Empat Misi Tzu Chi senantiasa bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Misi amal dan misi kesehatan Tzu Chi bagaikan tangan kanan dan tangan kiri pada satu tubuh yang sama. Kita harus mengulurkan kedua tangan itu untuk menolong orang yang membutuhkan. Sementara itu,  misi pendidikan dan misi budaya humanis bagaikan jantung dan otak kita.

Para staf dari misi kesehatan, misi amal, misi budaya humanis,  dan misi pendidikan selalu bekerja dengan satu tekad yang sama. Para dokter dan perawat di RS. Tzu Chi selalu menggunakan mata penuh cinta kasih untuk memandang semua makhluk. Bukankah kita sering berkata bahwa kita harus menganggap pasien bagai guru kita dan memerhatikan mereka bagai keluarga sendiri? Ini bukan hanya slogan semata. Mereka sungguh telah mempraktikkannya. Mereka mengulurkan sepasang tangan, melangkahkan kedua kaki, menyatukan jantung dan otak untuk membantu orang yang membutuhkan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Lihatlah, tim medis Tzu Chi memandang dengan mata penuh cinta kasih semua makhluk dengan penuh cinta kasih dan memberikan penghiburan kepada mereka dengan penuh welas asih. Inilah yang disebut mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan secara sekaligus.

Dengan hati yang penuh welas asih, mereka tak tega melihat orang lain menderita. Dengan hati Buddha dan semangat Bodhisattva yang penuh kebijaksanaan, mereka memandang setara semua makhluk. Mereka senantiasa bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Ini semua sungguh penuh kehangatan. Kita juga melihat di RS. Tzu Chi Hualien, Kepala rumah sakit Kao, para relawan Tzu Chi, dan para staf dari rumah sakit bersama-sama memerhatikan para tunawisma. Mereka juga mengundang para tunawisma ke rumah sakit agar bisa lebih memahami Tzu Chi. Kami biasanya menyalurkan bantuan pada malam hari. Mereka hanya menerima bantuan dari kita, tetapi tidak memahami tentang Tzu Chi. Karena itu, saya merasa bahwa jika demikian, kita tidak bisa menolong hati mereka.

”Melalui kegiatan kali ini, kami berbagi dengan mereka tentang filosofi dan semangat Tzu Chi. Kami tidak berharap mereka menjadi tunawisma selamanya. Demikian pula dengan para staf RS. Tzu Chi Taichung dan RS. Tzu Chi Dalin. Staf medis dari kedua rumah sakit itu yang berjumlah 100 lebih orang membagi diri ke dalam dua kelompok demi mencurahkan perhatian bagi keluarga yang membutuhkan. Saat masuk ke dalam, mereka melihat betapa sesaknya rumah para penerima bantuan.

Inilah penderitaan di dunia. Kepala rumah sakit Chien juga berkata demikian, “Kita harus terjun ke masyarakat untuk memahami lingkungan mereka. Dengan demikian, barulah kita bisa memahami bagaimana penyakit bisa merebak dan mengapa ada pasien yang tidak mampu keluar rumah untuk menerima pengobatan. Untuk itu, kita harus terjun ke masyarakat.”

 

Selain menjaga kesehatan para warga, mereka juga memerhatikan lingkungan hidup pasien. Selain bersumbangsih bagi kaum papa dan orang yang menderita, mereka juga tidak melupakan relawan Tzu Chi. Mereka memikirkan berbagai cara untuk memberi kejutan bagi para relawan. Mereka membuat kerajinan tangan sendiri. “Kami mendoakan ayah dan ibu asuh Tzu Chi semoga berkah dan kebijaksanaan berkembang serta senantiasa sehat selalu.”

Para staf medis membuat hadiah sendiri demi mengungkapkan rasa syukur mereka kepada para relawan. Kerja sama yang harmonis ini terwujud dengan tidak mudah. Hadiah yang mereka buat juga sangat indah. Intinya, ketelitian mereka dalam membuat kerajinan tangan mengungkapkan ketulusan dan rasa syukur mereka dari lubuk hati terdalam. “Saya merasa bersumbangsih bagi orang lain adalah kewajiban kami. Ini sudah merupakan kewajiban kami.”

Akan tetapi, saat menerima hadiah dan ungkapan rasa syukur dari para dokter, saya sungguh merasa tersentuh. Beberapa Rumah Sakit Tzu Chi juga mengundang para relawan untuk makan bersama. Para staf medis Tzu Chi membuat masakan andalan mereka. Rasa masakan itu tidaklah penting, yang terpenting adalah perasaan para staf medis saat menyiapkan makanan tersebut. Para dokter RS. Tzu Chi  juga memanggul keranjang buah demi mengungkapkan rasa syukur mereka. Kita sungguh bisa merasakan kehangatan dalam keluarga besar Tzu Chi. Setiap hari, kita bisa melihat batin manusia yang tidak seimbang. Akan tetapi, di dalam dunia Tzu Chi, setiap orang bekerja sama dengan harmonis. Saya sungguh tersentuh sekaligus berterima kasih. Saya berterima kasih kepada para dokter dan perawat  yang telah bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Ungkapan rasa syukur dari seluruh staf RS. Tzu Chi menciptakan cinta kasih yang terindah. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 

 
 

Artikel Terkait

DAAI TV Menyelenggarakan Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara

DAAI TV Menyelenggarakan Reuni Kebangsaan Tionghoa Nusantara

10 November 2023

Kamis, 9 November 2023, DAAI TV menyelenggarakan Reuni Kebangsaan Tionghoa, yang bekolaborasi dengan komunitas Tionghoa di Indonesia seperti INTI, PSMTI, PTK Indonesia dan Penghimpunan Jin Jiang. 

Pemberkahan Akhir Tahun di Batam

Pemberkahan Akhir Tahun di Batam

25 Januari 2012 Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Batam mengadakan acara pemberkahan akhir tahun. Acara ini bertemakan “Pertobatan Besar” dan  diadakan pada hari minggu, tanggal 8 Januari 2012.
Suara Kasih : Menjaga Kebersihan Daur Ulang

Suara Kasih : Menjaga Kebersihan Daur Ulang

13 Oktober 2010 Selama beberapa tahun ini, kita telah merasakan dampaknya dan tak hanya demikian. Jika kita tak melestarikan lingkungan, kerusakan yang terjadi akan jauh lebih parah. Karena itu, kita semua harus bekerja sama dalam melestarikan lingkungan. Jika setiap orang mengulurkan sepasang tangan, maka ratusan bahkan ribuan tangan akan mengikuti.
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -