Suara Kasih : Membentangkan Jalan Kebenaran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Mempelajari Dharma dan Membentangkan Jalan Kebenaran

      

Menyebarkan benih kebajikan dan memupuk pahala
Membimbing orang lain untuk mempraktikkan Tiga Kebaikan
Aliran jernih Da Ai TV membangkitkan akar kebijaksanaan
Mempelajari Dharma dan membentangkan jalan Kebenaran

Beberapa hari yang lalu Filipina diguncang gempa bumi yang mendatangkan bencana di sana. Banyak rumah yang hancur akibat gempa tersebut. Saya sungguh prihatin melihatnya. Kita juga bisa melihat perayaan Capgome di Taiwan beberapa hari lalu. Dalam perayaan tersebut, Pesta kembang api di sana telah mengakibatkan beberapa orang mengalami luka-luka. Kebahagian berubah menjadi penderitaan karena banyaknya orang mengejar kesenangan. Hari Capgome adalah hari untuk berkumpul dengan keluarga. Akan tetapi, banyak orang yang keluar rumah untuk mencari kesenangan sendiri. Hal ini sungguh tak baik.

Beberapa hari ini, insan Tzu Chi dari 13 negara kembali ke Taiwan untuk menghadiri rapat tahunan.Setiap hari mereka menikmati kisah-kisah penuh kehangatan dari insan Tzu Chi di seluruh dunia. Bodhisatwa dunia selalu meringankan penderitaan semua makhluk dan menggunakan kebijaksanaannya untuk membimbing manusia agar berjalan ke arah yang benar. Ini karena Bodhisatwa dunia memiliki hati welas asih untuk meringankan pendertiaan semua makhluk dan memiliki kebijaksanaan untuk membimbing manusia agar berjalan ke arah yang benar. Inilah yang disebut mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Dalam Sutra Makna Tanpa Batas dikatakan bahwa Bodhisatwa menolong semua makhluk yang menderita dengan welas asih agung. Inilah welas asih Bodhisatwa. Welas asih agung yang dimaksud adalah cinta kasih. Kita harus menerangi dunia dengan cinta kasih karena batin manusia selalu diliputi kegelapan. Apakah kegelapan yang dimaksud? Kegelapan batin. Kegelapan batin diibaratkan dengan tempat yang gelap. Saat berada di tempat yang gelap, kita memerlukan sinar matahari dan rembulan. Akan tetapi, jika tak ada sinar matahari dan rembulan, kita bisa menggunakan lampu sebagai penerang. Contohnya, saat berada di ruangan, kita menggunakan cahaya dan aliran listrik sehingga gambar dan suara kita bisa terpancar.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat hakiki yang cemerlang. Meski tak bisa melihat listrik, namun ia tetap ada. Dengan menggunakan kebijaksanaan, maka cahaya batin kita akan terpancar. Sifat hakiki ini tak bisa dilihat dan tak bisa diraba.Karena itu, kita harus mengekspresikannya lewat tindakan nyata. Dengan mengekspresikan cinta kasih universal yang murni,maka berarti kita telah membawa sinar harapan bagi dunia.

Kisah yang dibagikan oleh para pengurus Tzu Chi selama beberapa hari ini semuanya menunjukkan sumbangsih mereka dalam menyelamatkan makhluk yang menderita dengan welas asih agung. Pagi hari beberapa hari yang lalu,insan Tzu Chi Filipina memberikan laporan. Kita bisa melihat insan Tzu Chi Filipina dan penuh cinta kasih untuk menenangkan kehidupan kaum papa serta membimbing mereka agar hidup tenang dan berjalan ke arah yang benar.

Setiap bulan, insan Tzu Chi setempat sangat giat dan bersemangat untuk mengadakan kelas pelatihan dan melantik relawan daur ulang. Insan Tzu Chi terus membimbing mereka untuk mempraktikkan “Tiga Kebaikan”, yaitu berkata baik, berpikiran baik, dan berbuat baik. Mereka juga membimbing mereka untuk menghindari “Tiga Kejahatan”, yaitu tidak mengonsumsi alkohol,tidak merokok, dan tidak berjudi. Jika bisa mempraktikkan Tiga Kebaikan dan Tiga Kejahatan, maka mereka akan dilantik menjadi relawan daur ulang. Mereka sungguh disiplin.

Selain itu, insan Tzu Chi di Filipina juga sangat menaati sila. Setiap hari Rabu, mereka akan mengadakan ritual namaskara mulai dari pintu gerbang terluar Aula Jing Si hingga ke dalam. Selama lebih dari 4 tahun, mereka tak gentar oleh terpaan angin dan hujan.Berhubung bisa memberikan teladan nyata,maka tidaklah sulit bagi mereka untuk menginspirasi warga setempat. Ini telah berlangsung selama beberapa tahun. Kesungguhan hati insan Tzu Chi Filipina sungguh patut dipuji.

Kita juga bisa mendengar laporan dari Malaysia. Insan Tzu Chi setempat sungguh mengasihi pasien cuci darah. Selain mengobati penyakit, insan Tzu Chi juga memerhatikan batin pasien. Karena itu, banyak pasien cuci darah juga turut menjadi relawan. Hal ini sungguh tak mudah.Kegiatan daur ulang dan budaya humanis di sana juga sangat baik. Saya sering berkata bahwa insan Tzu Chi di Malaysia telah mengemban misi Tzu Chi dengan sangat baik.

 

Ada kisah tentang seorang pria yang berbobot lebih dari 200 kg.Dia berusia 30 tahun. Ayahnya adalah pasien cuci darah. Insan Tzu Chi mengetahui bahwa hubungan ayah dan anak itu tidak baik. Dahulu, saat masih bersekolah, dia selalu ditertawakan dan ditindas oleh teman-temannya. Karenanya, dia menjadi bertemperamen buruk. Dia pernah memberi tahu insan Tzu Chi bahwa saat marah, dia akan menakut-nakuti keluarganya dengan pisau. Setelah memahami kondisi keluarga ini, insan Tzu Chi pun bersungguh hati membantu mereka dengan memasang saluran Da Ai TV agar dia bisa menyaksikannya setiap hari.

Sejak saat itu, setiap pukul 4 subuh, dia akan bangun untuk melakukan kebaktian pagi. Berhubung badannya sangat besar, dia mengalami kesulitan untuk berlutut dan bersujud. Akan tetapi, dia selalu mengikutinya dengan sungguh-sungguh. Kini dia telah mengubah tabiat buruk dan sangat giat melatih diri. Dia juga telah mulai memahami cara menghargai dan mengasihi orang tuanya. “Ayah, saya bertobat karena pernah memukul dan memarahi Ayah. Saya sungguh bertobat. Anda adalah Bodhisatwa Avalokitesvara yang bertangan seribu. Ibu, saya bertobat atas semua kesalahan saya dahulu,”ujar anak tersebut.

Singkat kata,ini semua berkat kesungguhan hati dan cinta kasih insan Tzu Chi. Demi ajaran Buddha,kita harus menampilkan citra yang agung dan indah. Lihatlah, para insan Tzu Chi begitu giat dan bersungguh hati dalam memberikan teladan melalui praktik nyata.Inilah yang disebut citra yang agung. Di mana pun orang melihat insan Tzu Chi,batin mereka akan timbul rasa hormat. Mereka selalu mendengar, menyerap, dan mempraktikkan setiap perkataan insan Tzu Chi.Ini adalah demi ajaran Buddha.Kita juga harus bekerja demi semua makhluk. Saat melihat orang yang menderita,kita harus membebaskan penderitaan mereka. Saat batin manusia ada kegelapan batin, kita harus mengikis kegelapan batin dan kemelekatan mereka serta memberikan sukacita. Inilah yang disebut melenyapkan penderitaan dan memberikan sukacita.

Singkat kata,di dunia ini terdapat banyak Bodhisatwa dan banyak kisah yang membuat orang tersentuh. Segala sesuatu bisa dicapai seiring berjalannya waktu.Semoga selama beberapa hari ini,para insan Tzu Chi dari setiap negara bisa bermandi air Dharma.Semoga mereka bisa menggunakan segala hal yang dipelajari di sini untuk membentangkan jalan di negara masing-masing.Inilah harapan kita semua. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Puluhan Tahun Berharap Punya Rumah Layak

Puluhan Tahun Berharap Punya Rumah Layak

08 Agustus 2023

Program Bedah Kampung Tzu Chi menorehkan kisah para warga yang telah puluhan tahun memimpikan rumah yang layak huni. Melalui program ini, mimpi itu tak hanya sekadar mimpi karena tak lama lagi mimpi punya rumah yang layak terwujud.

Cinta Kasih Melalui Budi Pekerti

Cinta Kasih Melalui Budi Pekerti

02 Maret 2016 Sebanyak 24 orang anak kelas Budi Pekerti dan orang tuanya datang ke kegiatan kelas Budi Pekerti di Jingsi Pluit  pada 28 Februari 2015.
Perhatian Bagi Warga Terdampak Kabut Asap di Ketapang

Perhatian Bagi Warga Terdampak Kabut Asap di Ketapang

03 Oktober 2019

Setelah melewati perjalanan udara dan dilanjutkan perjalanan darat selama 10 jam, relawan tiba dan berkumpul bersama relawan komunitas Tzu Chi Sinar Mas wilayah Ketapang. Relawan Tzu Chi Jakarta berkumpul bersama relawan komunitas Ketapang untuk melaksanakan baksos kesehatan bagi 453 warga korban terdampak kabut asap di Desa Muara Pawan, Ketapang, Kalbar (21/09/2019).

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -