Suara Kasih: Membersihkan Kegelapan Batin

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Menyadari Sifat Hakiki dan Membersihkan Kegelapan Batin

      

Memperlakukan semua makhluk dengan hati orang tua
Membimbing anak-anak berbakti kepada orang tua  pada saat upacara pemandian rupang Buddha
Menyadari sifat hakiki dan membersihkan kegelapan batin
Para Bodhisatwa lansia sangat giat dan bersemangat

Kita dapat melihat upacara pemandian rupang Buddha tahun ini hingga kini masih terus berlanjut. Bulan Mei adalah Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Insan Tzu Chi pun mulai mensosialisasikan pentingnya berbuat kebajikan dan berbakti. Kita dapat melihat para siswa TK Tzu Chi melakukan pemandian rupang Buddha dan berbakti kepada orang tua. Insan Tzu Chi di Malaysia juga mensosialisasikan pentingnya berbakti.Mereka mengajarkan anak-anak bagaimana mengungkapkan rasa syukur kepada orang tua. Saat anak-anak mempersembahkan teh, banyak orang tua merasa tersentuh hingga menangis. ”Saya sangat gembira. Tadi saya menitikkan air mata. Hari ini saya menerima hadiah terbesar. Mengikuti pemandian rupang Buddha bersama anak saya adalah hadiah bagi saya,”ucap seorang ibu. 

Lihatlah hati para orang tua. Permintaan mereka tidaklah banyak. Dengan sebuah senyuman di wajah anak atau pijatan ringan di pundak, mereka sudah merasa sangat puas. Kita hendaknya menghadapi setiap orang dengan hati bagaikan orang tua. Janganlah kita perhitungan dengan orang. Saat mereka membalas sedikit kebaikan kita, kita harus merasa sangat bersyukur. Dengan hati penuh rasa syukur, barulah kita bisa memiliki cinta kasih yang berkesinambungan. Memperlakukan semua makhluk dengan hati orang tua, inilah yang disebut hati Bodhisatwa. Inilah yang harus kita pelajari. Kita harus giat dan bersemangat. Dengan sikap giat dan bersemangat, kekuatan cinta kasih di dalam hati.  

Jika tidak giat dan bersemangat, kita akan cepat menjadi malas. Bukankah kita sudah melihat kegiatan bedah buku di komunitas? Kegiatan ini dimulai di Taiwan karena tahun lalu kita mengadakan pementasan adaptasi Sutra. Sesungguhnya, lirik lagu Dharma bagaikan Air hanyalah sepertiga dari Syair Pertobatan Air Samadhi. Masih ada dua per tiga bagian lagi. Karena itu, semoga setiap orang bisa terus menyelami Dharma. Semoga setiap orang bisa terus mempelajari setiap kata dari syair Dharma Bagaikan Air agar bisa melantunkannya dengan lancar dan memahami maknanya. Semoga setiap orang bisa menyerap Dharma ke dalam hatidan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Inilah yang harus terus kita lakukan.

Kini kita dapat melihat beberapa negara lainnya juga mengadakan kegiatan bedah buku. Di Kanada ada seorang Bodhisatwa lansia yang berusia 85 tahun. Bulan Maret lalu, Kanada dilanda badai salju yang mengakibatkan banyak orang tidak berani keluar rumah. Kegiatan bedah buku di sana diadakan secara rutin pada setiap minggu. Sang nenek tidak pernah absen. Hari itu, saat terjadi badai salju, banyak orang berpikir Bodhisatwa lansia ini tidak akan datang karena cuacanya sangat dingin. Akan tetapi, sang nenek tetap bersikeras untuk datang pada hari itu. Meski harus menerjang badai salju dan berjalan di atas tumpukan salju yang tinggi, sang nenek tetap hadir untuk mengikuti kegiatan bedah buku. Semua orang merasa sangat tersentuh melihat semangat beliau.  

”Saya ingin meminta maaf kepada semua orang. Saya tidak pernah datang terlambat. Pukul 8.45 pagi tadi, saya sudah keluar untuk menunggu bus di halte. Salju menutupi seluruh tubuh saya. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah memperkaya hidup saya. Terima kasih banyak,” ucapnya. Demikian pula dengan seorang lansia yang berusia 70 tahun. Dia juga selalu mengikuti kegiatan bedah buku dan selalu bertobat. Ia berkata, “Saya tidak terlalu suka berbicara. Dahulu, saya juga sangat emosional. Saya sering menghukum anak-anak saya. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, barulah saya memahami apa yang dimaksud dengan tahu malu dan berani memperbaiki diri. Tahu malu berarti merasa malu pada diri sendiri dan mau bertobat. Menurut saya, tahu malu berarti mau bertobat.” 

Berani berarti giat dan bersemangat. Artinya, kita harus bertobat terlebih dahulu, baru bisa giat melatih diri. Setelah mengikuti kegiatan bedah buku, dia menyerap setiap Dharma ke dalam hatinya. Karena itu, dia bertobat dengan hati yang paling tulus. Dia tidak pernah absen dalam mengikuti setiap kegiatan bedah buku. Inilah sikap rajin dan bersemangat. Manusia selalu sulit untuk mengubah tabiat buruk yang kecil. Saya pernah mendengar ada beberapa orang yang berkata bahwa mereka sudah bertobat dan sudah berbeda dengan dahulu. Akan tetapi, suatu kali, saat sedang rapat, saat semua orang berbicara baik-baik, emosi mereka tiba-tiba meluap. Saya bertanya, “Bukankah dia sudah berubah?” Orang disamping menjawab, “Ya, dia sudah banyak berubah. Emosinya kali inilebih kecil dibanding sebelumnya.” Saya berkata, “Baiklah, biarkan dia berubah perlahan-lahan.” Mereka pun menjawab, “Ya,frekuensi dia marah kini lebih berkurang.”  

Semua itu adalah perubahan yang baik. Singkat kata, untuk mengubah tabiat buruk bukanlah hal yang mudah. Meski sangat ingin mengubah tabiat buruk yang kecil, namun sungguh terasa sangat sulit. Mengubah tabiat buruk yang besar akan lebih mudah. Untuk mengubah kebiasaan buruk yang kecil, manusia sungguh membutuhkan waktu. Ada pula orang yang berpikir, "Hari ini tidak ikut kegiatan bedah buku tidak apa-apa. Saya bisa mendengar rekamannya nanti. Menunda sebentar tidak apa-apa, lanjut nanti juga tidak beda jauh." Manusia selalu memiliki pemikiran "tidak beda jauh" ini. Akibatnya, mereka tidak bisa sungguh-sungguh memahami ajaran Buddha.

Ada orang yang berpikir“Saya sudah mendengar Dharma, bisa mengingatnya, dan bisa berbagi dengan orang lain.” Banyak orang yang seperti ini. Mereka bisa berbagi Dharma dengan banyak orang. Akan tetapi, untuk sungguh-sungguh membuat mereka memiliki kesabaran dan selalu bermandikan air Dharma, bukanlah hal yang mudah. Ini karena hati manusia tidak menyerap inti sari Dharma yang terpenting yang dibabarkan oleh Buddha. Akibatnya, setiap hari manusia hanya berputar pada kondisi batin yang seperti ini. Saat ditanya, “Apakah Anda mengerti,” mereka menjawab, “Saya sudah mengerti.” Apakah Anda paham? “Saya paham.” Apakah Anda bisa mempraktikkannya? “Ini sedikit sulit.” Manusia selalu merasa sulit untuk mengubah kebiasaan kecil.  

Singkat kata, banyak orang yang hidupnya penuh kontradiksi. Mereka sangat mudah mengubah kebiasaan buruk yang besar, tetapi sangat sulit untuk mengubah kebiasaan buruk yang kecil. Satu-satunya cara adalah mengandalkan kegiatan bedah buku atau sering mendengar Dharma. Setelah mendengar Dharma, kita bisa berbagi dengan orang lain sekaligus berintrospeksi diri. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu, maka akan seperti yang saya katakan, “Meski awalnya berpura-pura, lama-kelamaan bagaimana?” Menjadi sungguhan. Jadi, kita harus meneladani kegigihan dan semangat yang dimiliki oleh para lansia itu. Inilah yang harus kita pelajari. Ini karena hati anak-anak bisa berubah dengan cepat. Meski kita selalu memuji anak-anak itu sangat patuh dan pengertian, namun selama masa pertumbuhan, entah mereka akan terpengaruh oleh lingkungan masyarakat atau tidak, kita tidak tahu. Kita harus berusaha maksimal untuk membimbing mereka.  

Ada sebagian orang yang berkata bahwa mereka sudah berintrospeksi dan berubah. Akan tetapi, apakah tabiat mereka benar-benar berubah? Kita hendaknya meneladani para lansia tadi. Setelah mengubah tabiat buruk, mereka tidak akan kembali terjerumus. Semangat dan ketulusan mereka adalah hal yang harus kita teladani. Baiklah. Banyak sekali hal yang patut kita syukuri. Meski semua ini terdengar biasa-biasa saja, tetapi sangat tidak mudah untuk mencapainya. Intinya, kita harus meneladani orang-orang yang rajin dan bersemangat. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 

Artikel Terkait

Tempat Baru untuk Melatih Diri

Tempat Baru untuk Melatih Diri

17 Maret 2011
Di atas tanah seluas 13 m x 25,5 m ini akan dibangun Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Ketua Tzu Chi Medan, Mujianto mengatakan, "Semoga pembangunan Depo Daur Ulang ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan saya harap nantinya akan ada depo daur ulang di setiap Xie Li." 
Embun Penghibur Lara

Embun Penghibur Lara

21 Desember 2012 Kebakaran hebat itu terjadi pada dini hari, Selasa 11 Desember 2012. Dalam waktu kurang dari tiga jam, pemukiman padat penduduk tersebut hangus tak bersisa, bahkan ada satu unit mobil pemadam kebakaran yang ikut terbakar. Sekitar 800 rumah yang terkena musibah itu terletak di atas empang yang kotor.
Saling Mengenal Seni dan Budaya

Saling Mengenal Seni dan Budaya

26 Agustus 2011 Setelah itu, 27 anak-anak diajak untuk mengenal budaya humanis Tzu Chi, yaitu menyajikan teh, merangkai bunga, dan isyarat tangan. Mereka juga ikut mempraktikkan bagaimana cara dan tata krama dalam menyajikan teh.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -