Suara Kasih: Memerhatikan Kondisi Sekitar

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Melestarikan Lingkungan Mulai dari Sumbernya

      

Janganlah menjadikan kebiasaan buruk sebagai kebiasaan sehari-hari
Melestarikan lingkungan dan melatih diri mulai dari sumbernya
Pergerakan Cincin Api Pasifik menyebabkan gempa bumi
Mengutamakan keselamatan dan tidak gegabah

Sejak tanggal 11 Juni lalu, hujan lebat terus turun sepanjang hari. Hujan yang sangat lebat terus mengguyur seluruh Taiwan. Kini, entah apakah insan Tzu Chi di seluruh wilayah Taiwan dalam kondisi aman dan selamat. Apakah semua orang  di setiap tempat semuanya selamat? Setelah melihat siaran berita tadi pagi, saya pun segera menelepon untuk menanyakan kabar dan menanyakan kondisi setempat. Mereka semua berkata bahwa  meski hujan turun sangat lebat, beberapa jalan tergenang air, dan ada pula rumah yang tergenang air, namun mereka semuanya aman dan selamat.

Akan tetapi, daerah pegunungan mungkin tak seberuntung itu. Tanah longsor dan putusnya jalan mengakibatkan banyak orang  terjebak di pegunungan. Setiap kali terjadi bencana, sebagian besar tempat yang mengalami kerusakan lebih parah adalah tempat pariwisata. Ini karena untuk mengembangkan tempat wisata, jalanan harus dibuka sehingga mengakibatkan rusaknya struktur tanah pegunungan. Dalam waktu satu hari, entah berapa unit kendaraan berat yang berlalu-lalang di jalan pegunungan. Bayangkanlah, apakah bumi tidak terluka? Apakah struktur tanah tidak rusak? Jadi, alangkah baiknya jika kita dapat membiarkan  pegunungan memulihkan diri.

Di Taiwan bagian utara, beruntung insan Tzu Chi memberikan laporan bahwa meski ada tempat yang tergenang air, tetapi tidak ada kerusakan yang parah. Menurut prakiraan cuaca, hari ini masih akan  turun hujan yang sangat lebat. Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, serta berhati tulus. Mengapa banjir bisa begitu mudah terjadi? Dahulu saya sering mengingatkan setiap orang bahwa jika di sekitar rumah penuh dengan sampah plastik karena kita membuang sampah sembarangan, maka saat angin bertiup, sampah tersebut akan masuk ke selokan. Akibatnya, saat hujan turun, selokan akan tersumbat  sehingga dengan sangat mudah jalanan pun tergenang banjir.  

Jadi, setiap kali ada peringatan topan ataupun berita tentang hujan lebat, saya segera mengimbau insan Tzu Chi agar lebih giat mengajak para tetangga untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Singkat kata, inilah antisipasi  yang harus kita lakukan dengan baik sebelum hujan lebat dan angin topan. Dalam kehidupan sehari-hari, janganlah membuang sampah sembarangan baik sampah plastik maupun sampah lainnya.  Ini juga merupakan cara melestarikan lingkungan.

Bukankah kita dapat melihat para Bodhisatwa daur ulang begitu menghargai sumber daya alam di bumi? Dahulu, setiap orang tidak tertarik untuk mendaur ulang sampah plastik, namun insan Tzu Chi tetap melakukannya. Ini semua bertujuan untuk melindungi bumi dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Alangkah baiknya jika setiap orang memiliki pola pikir demikian. Selain membersihkan lingkungan sendiri, setiap orang hendaknya benar-benar saling bekerja sama untuk membersihkan lingkungan sekitar dan melakukan daur ulang dengan baik.

Selama lebih dari 20 tahun, insan Tzu Chi terus melakukan daur ulang dan tak hentinya bersumbangsih. Meski dengan tempat yang terbatas, setiap orang berlomba dengan waktu untuk memilah barang-barang daur ulang dengan sangat bersungguh hati. Ini merupakan cara Bodhisatwa daur ulang dalam melindungi bumi.  Mereka selalu memanfaatkan waktu  untuk bersumbangsih. Sungguh, ada banyak kisah yang menyentuh.

Saya juga melihat siaran berita tentang kondisi tanah saat ini. Tahun ini, gempa bumi  menjadi lebih sering terjadi, terutama di wilayah Cincin Api Pasifik. Cincin Api Pasifik ini membentang dari Jepang dan membentuk rangkaian gunung berapi Beberapa Negara yang melintasi beberapa negara, termasuk Australia, Taiwan, Tiongkok, dan lain-lain. Singkat kata, Cincin Api Pasifik ini mengelilingi banyak negara.

 

Tadi saya juga melihat  siaran berita tentang Afganistan yang diguncang gempa bumi pada dini hari.  Afganistan adalah negara  yang sering dilanda konflik dalam waktu yang berkepanjangan. Warga yang tinggal di sana sungguh kasihan. Akibat ketidakselarasan batin segelintir  orang, terjadilah konflik dan peperangan. Jadi, warga Afganistan hidup kekurangan. Konflik dan peperangan mengakibatkan kemiskinan yang berkepanjangan, ditambah lagi bencana alam yang terjadi silih berganti di sana. Jadi, saat melihat penderitaan mereka, saya merasa sangat khawatir  dan sungguh tidak sampai hati. Karena itu, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. Hanya cinta kasihlah yang dapat membawa kedamaian bagi batin manusia dan dunia. Untuk mewujudkan cinta  kasih ini, kita memerlukan ajaran yang benar, yang dapat membimbing batin manusia agar berjalan ke arah yang baik dan penuh cinta kasih. Selain itu, tidak ada cara yang lebih baik lagi. Kemajuan teknologi saat ini juga tidak bisa mencegah bencana alam yang terjadi. Yang terpenting adalah  kita harus membawa kedamaian bagi batin manusia. Hanya kejernihan batin manusialah yang bisa melenyapkan segala bencana di dunia. Singkat kata, kita harus senantiasa mawas diri  dan berhati tulus serta berdoa semoga dunia terbebas dari bencana.

Sebelum hujan reda dan sebelum akses jalan kembali dibuka, saya berharap insan Tzu Chi tidak menempuh risiko untuk menyurvei lokasi. Kalian harus mengumpulkan banyak informasi dan melakukan persiapan yang matang. Setelah memastikan akses jalan sudah aman, barulah boleh melangkah lebih jauh. Setelah memastikan keselamatan diri sendiri, barulah kalian bisa menolong orang lain dengan baik. Kepada setiap Bodhisatwa  yang mendengarkan saya berbicara sekarang, saya berharap kalian dapat memerhatikan perkembangan kondisi sekitar dan keamanan jalan yang akan dilalui. Saya berharap kalian lebih bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Mengatasi Rintangan di Haiti

Suara Kasih : Mengatasi Rintangan di Haiti

08 April 2010
“Sakitnya sampai ke tulang. Tulang saya serasa hampir patah. Sakit sekali,” kata seorang warga. “Sekarang sudah lebih baik?” tanya relawan. “Sudah lebih baik. Sebelumnya saya merasa kehilangan segalanya. Namun, kini saya merasa seperti lahir kembali,” jawabnya sambil meneteskan air mata.
Tekad di HUT ke-2 Xie Li Cikarang

Tekad di HUT ke-2 Xie Li Cikarang

13 November 2019

Dalam rangka memperingati hari jadi Xie Lie Cikarang yang ke-2, dilakukan kegiatan tur ke Jing Si Tang pada hari Sabtu, 9 November 2019 di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan ini diikuti 62 orang, terdiri dari relawan Komite, Abu Putih dan Relawan Kembang. 

Dalam rangka memperingati hari jadinya Xie Lie Cikarang yang ke-2, dilakukan kegiatan tur ke Jing Si Tang pada hari Sabtu, 9 November 2019 di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan ini  tepatnya pukul 06.00 pagi yang diikuti 62 orang, terdiri dari relawan KKomite, Abu Putih dan Relawan Kembang. Dengan semangat yang luar biasa, para relawan berkumpul di Lippo Cikarang, bus menjemput para relawan di mulai dari Sentral Grosir Cikarang sampai Lippo Cikarang dan kemudian berangkat menuju tujuan sekitar jam 6.30 dari Lippo Cikarang.

 

Kisah Tegar Masnita Merawat Suami dan Keluarganya

Kisah Tegar Masnita Merawat Suami dan Keluarganya

30 Juli 2020

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 mengunjungi rumah Khetima yang menderita stroke berat dengan membawa paket sembako. 

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -