Suara Kasih: Memperpanjang Barisan Bodhisatwa

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memperpanjang Barisan Bodhisatwa

Insan Tzu Chi Malaysia berikrar merekrut satu juta Bodhisatwa
Menyebarkan cinta kasih di seluruh Malaysia
Memutar roda Dharma dengan keyakinan dan praktik nyata
Menginspirasi semua orang yang ditemui demi memperpanjang barisan Bodhisatwa

Dari mana kalian berasal? “Kuala Lumpur dan Melaka”. Kalian begitu banyak, pantas saja berani berikrar untuk merekrut 200.000 orang. Namun, itu tidak cukup. Jika setiap orang dari kalian dapat merekrut dua orang, maka kalian akan punya 300.000 relawan.

“Terima kasih atas doa Master. Kami percaya diri. Semuanya percaya diri? Ya. Kami dengan tulus berikrar untuk senantiasa memiliki Buddha di dalam hati dan memiliki Dharma di dalam perbuatan; bekerja sama dengan harmonis, memberi persembahan bagi Master berupa keharmonisan,” ucap relawan Malaysia. Kalian harus ingat, Buddha harus selalu ada di dalam hati, Dharma harus ada di dalam perbuatan. Semua orang harus bekerja sama dengan harmonis. Inilah harapan saya satu-satunya.

Dalam rapat tahunan bulan Juni lalu, insan Tzu Chi Malaysia membangun ikrar. Sepulangnya dari Taiwan mereka, mereka menyampaikan harapan saya kepada para relawan lainnya. Terhadap harapan saya ini, mereka semua sangat percaya diri. Mereka semua menggalakkan hal ini di seluruh Malaysia, baik di wilayah tengah dan selatan maupun di wilayah utara dan timur. Inilah harapan terbesar saya kepada insan Tzu Chi di Malaysia. Saya berharap mereka dapat bergandengan tanganuntuk menyebarkan cinta kasih di seluruh Malaysia.

Saat saya menyampaikan ini, salah satu relawan kami yang selama ini jarang berbicara tiba-tiba berkata, “Ini harapan Master?” “Kalau begitu, saya berikrar untuk menghimpun seratus donatur.” Akhirnya, tidak sampai dua minggu, dia sudah menghimpun lebih dari 100 donatur. “Relawan kami bahkan ada yang pergi ke Kuil Hindu. Hasilnya, setelah dua kali kegiatan di sana, kami berhasil menghimpun 80 orang donatur. Banyak pula orang Melayu yang menjadi donatur kita. Di sini kita benar-benar melihat orang-orang dari tiga suku bangsa bersama-sama menggarap ladang berkah. Sebelum kami berikrar, pada bulan Juni pertumbuhan jumlah donatur kami hanya 2.322 orang. Setelah bersama-sama berikrar, kami menghimpun 14.392 orang,” ucap salah satu relawan.

Lihatlah, setiap orang selalu berusaha merekrut Bodhisatwa di mana pun berada. Mereka selalu berbagi tentang Tzu Chi kepada siapa pun. Inilah harapan terbesar saya, dan mereka sudah mulai melaksanakannya. Insan Tzu Chi di Malaysia sejak dua tahun lalu sudah pernah bertekad bahwa masing-masing regu Xie li akan mendirikan satu posko daur ulang. Berhubung jumlah regu Xie li bertambah, maka jumlah titik daur ulang mereka pun bertambah. Masing-masing titik daur ulang ini berfungsi untuk melindungi bumi sekaligus tempat melatih diri.

Setiap posko daur ulang dapat menjadi sebuah ladang pelatihan diri. Mereka juga pergi ke pasar-pasar untuk merekrut lebih banyak Bodhisatwa. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Semua pencapaian ini bermula dari kerjasama yang harmonis dari semua orang. Bahkan relawan yang sudah berusia 70 tahun juga terjun ke pasar untuk berbagi tentang Tzu Chi. Pada masa awal Tzu Chi berdiri, bukankah penggalangan Bodhisatwa juga dimulai dari pasar? Lihatlah, saat mengunjungi pasar, mereka juga membagikan majalah Tzu Chi. Para relawan juga banyak mendapat sambutan yang kurang ramah. Akan tetapi, mereka tetap rendah hati bagaikan Bodhisatwa Sadaparibhuta. Meski tidak disambut baik, mereka tetap membungkuk dan mengucapkan terima kasih. Melihat mereka bersikap demikian terhadap orang yang mengabaikan mereka, saya sungguh merasa ini adalah pelatihan diri yang tidak mudah.

Selain itu, para Tzu Ching juga tidak ketinggalan. Mereka juga mulai saling menyemangati untuk mengajak teman-teman kuliah mereka menjadi donatur Tzu Chi. Para Tzu Ching juga melakukan ini. Mereka saling menyemangati. Berhubung ini adalah harapan saya, maka mereka segera menjalankannya. Mereka sungguh memahami isi hati saya. Semangat mereka untuk merekrut lebih banyak Bodhisatwa juga membuat saya tersentuh.

Para guru TK Tzu Chi di Malaysia juga berbagi kepada para anak-anak agar mereka juga membangkitkan cinta kasih. Kita melihat Wei-xuan yang berusia 6 tahun. Dia mendengar gurunya berkata, “Kita perlu satu juta orang baik di Malaysia. Karena itu, kita semua harus bertekad untuk mengajak orang berbuat baik. Bukan hanya diri sendiri yang berbuat baik,kita juga harus mengajak orang lain. Kita ingin mengajak satu juta orang untuk menjadi Bodhisatwa.” Dia pun tergerak mendengar kata-kata ini. Dia menceritakan ini kepada ibunya, lalu membawa celengannya ke sekolah untuk diserahkan kepada gurunya karena dia ingin berbuat baik. Dia juga meminta gurunya membuka 12 tanda terima donasi karena dia telah memiliki 12 donatur. Saat ibunya bertanya kepadanya apakah dia sedih jika orang mengabaikannya, dia menjawab, “Tekad saya harus kuat,masih banyak orang baik.” Akhirnya, dia berhasil menghimpun lebih dari 12 orang donatur. Kepercayaan dirinya pun meningkat. Dia terus menginspirasi teman sekolahnya. Jika insan Tzu Chi di seluruh dunia memiliki tekad seperti ini, maka bukankah kita telah kembali pada semangat celengan bambu yang dimulai lebih dari 40 tahun lalu?

Himpunan sedikit demi sedikit sumbangsih ini bagai air yang terhimpun setetes demi setetes hingga dapat memenuhi sebuah guci atau bahkan membentuk sebuah sungai yang dapat memenuhi kebutuhan orang banyak. Bukankah sangat bermanfaat? Lagi pula, kehidupan tidaklah kekal. Segala sesuatu tak dapat dibawa serta, hanya karma yang terus mengikuti. Dalam hidup ini, kita mungkin telah banyak menghamburkan sumber daya alam. Coba bayangkan orang-orang yang kelaparan. Jika setiap orang dapat memberikan sedikit sumbangsih dan menghimpunnya menjadi satu, bukankah akan terbentuk kekuatan untuk membantu orang yang membutuhkan? Hanya karma yang terus kita bawa. Segala materi yang kita miliki sekarang tidak dapat kita bawa saat meninggal. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk menciptakan berkah, maka entah di mana kita akan terlahir pada kehidupan mendatang. Apakah kita masih menjadi manusia? Tidak tahu. Kini kita memiliki kemampuan untuk bersumbangsih dan melakukan hal-hal bermanfaat. Jika kita tidak menggunakan kemampuan ini untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita, maka hidup kita akan berlalu sia-sia.

Lihatlah para insan Tzu Chi di Malaysia yang sudah mulai bergerak untuk merekrut satu juta Bodhisatwa. Dari sini kita dapat melihat bahwa satu dapat berkembang menjadi tak terhingga, dan yang tak terhingga berasal dari satu. Asalkan memiliki tekad, tiada hal yang tak dapat dilakukan. Dengan demikian, di dunia ini setiap orang akan dapat hidup berkecukupan dan tiada lagi yang kelaparan. Semua ini dapat tercapai hanya jika setiap orang memiliki batin yang kaya. Hanya jika setiap orang kaya akan cinta kasih, barulah umat manusia dapat hidup sejahtera. Untuk itu, kita harus selalu bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Tzu Chi Peduli Pahlawan Lingkungan

Tzu Chi Peduli Pahlawan Lingkungan

22 Desember 2021

Menyambut Natal dan tahun baru, Tzu Chi Pekanbaru membagikan paket sembako kepada 328 pemulung dan pekerja yang berada di Tempat Pembuangan Akhir Muara Fajar Pekanbaru pada Sabtu, 18 Desember 2021.

Membangun Harapan di Rumah yang Lebih Baik

Membangun Harapan di Rumah yang Lebih Baik

18 November 2019

Sulusia (36) dan Hendra (26) adalah dua diantara keluarga penerima bantuan Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara, Jakarta Utara. Perubahan hidup dirasakan keduanya setelah rumahnya dibangun kembali oleh Tzu Chi. Rasa khawatir, cemas, dan takut akan rumah roboh dan banjir kini sudah tak lagi mengganggu hari-hari mereka. Yang ada justru semangat dan harapan untuk meraih hidup lebih baik lagi.

Suara Kasih: Mensyukuri Ketenteraman dan Menumbuhkan Nilai Budi Pekerti

Suara Kasih: Mensyukuri Ketenteraman dan Menumbuhkan Nilai Budi Pekerti

15 November 2013 Demikianlah para lansia itu menjalani hidup. Mereka berdua tinggal di sebuah rumah yang sangat kecil. Saat melihat insan Tzu Chi berkunjung, mereka bagai melihat anak-anak mereka yang pulang ke rumah.
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -