Suara Kasih : Mempraktikkan Prinsip Kebenaran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mempraktikkan Prinsip Kebenaran
dalam Kehidupan Sehari-hari
 

Berkah terbesar adalah memiliki sandang dan pangan yang cukup
Senantiasa melatih diri untuk mempraktikkan Tiga Tekad dan bersyukur
Melatih kebijaksanaan dan giat menggarap ladang batin
Mempraktikkan prinsip kebenaran dalam segala kondisi

Sungguh, berkah terbesar manusia adalah memiliki sandang dan pangan yang cukup. Jika kekurangan bahan pangan, kekayaan dan kedudukan yang tinggi pun tidak ada gunanya. Belakangan ini saya sering mengkhawatirkan tentang krisis pangan yang tengah terjadi. Mengapa bisa terjadi gagal panen? Karena beberapa alasan seperti bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Kini kita telah melihat distribusi bahan pangan yang tidak merata mendatangkan kekacauan dalam masyarakat. mendatangkan kekacauan dalam masyarakat. Hal ini sungguh mengkhawatirkan.

Karena itu, kita harus menghargai makanan yang kita miliki. Saat makan, kita harus tahu dari mana nasi, minyak, garam, dan lain-lain berasal. Saat memegang sepiring makanan, kita harus tahu dari mana makanan itu berasal. Kita dapat melihat di Sekolah Dasar Tzu Chi di Thailand, para siswa dibimbing untuk memahami kerja keras petani agar mereka tahu bahwa makanan kita tidak datang dengan mudah. Di Sekolah Tzu Chi setempat terdapat sebuah lahan yang luas. Kepala sekolah dan para guru memutuskan untuk mengubah lahan tersebut menjadi sawah. Dengan begitu, para siswa dapat menanam padi, kentang, dan lain-lain agar mereka dapat memahami bahwa setiap butir padi tidak datang dengan mudah serta dapat membangkitkan rasa syukur mereka terhadap kerja keras orang lain dan bumi pertiwi.

Kita harus berterima kasih kepada para petani yang telah bekerja keras. Kita harus senantiasa memiliki hati yang penuh syukur. Orang yang memiliki hati penuh syukur akan tahu membalas budi. Contohnya Myanmar. Pascabencana tahun 2008 lalu insan Tzu Chi mulai menyaluran bantuan ke Myanmar. Selama lebih dari 2 tahun ini, para relawan memberikan bantuan berupa benih padi kepada petani setempat. Kantong benih yang kita berikan bertuliskan “Tiga Kebaikan”, yaitu berkata baik, berbuat baik, dan berpikiran baik.

Setelah melihatnya, salah seorang petani senantiasa mengingatnya dalam hati dan mempraktikkannya. Ia juga menanam kacang. Saat turun hujan, ia tidak merasa khawatir seperti petani lain. Hujan bagaikan permata yang jatuh dari langit dan akan membantu petumbuhan tanaman kacang. Dengan mempraktikkan “Tiga Kebaikan”, ia senantiasa berpengertian dan bersyukur. Setiap hari ia berkata-kata baik di sawahnya. Karena itu, ia memiliki hasil panen yang baik. Sebelumnya, ia hanya dapat memanen  800 karung beras dari 25 petak sawahnya. Tahun ini, hasil panennya mencapai lebih dari 1.200 karung.

Untuk mengungkapkan rasa syukurnya dan membalas budi, ia mendonasikan 25 karung beras kepada Tzu Chi guna membantu orang yang membutuhkan. Jika diakumulasi, lebih dari 100 petani mendonasikan hampir 500 karung untuk membantu orang yang membutuhkan. Saat menerima benih padi dari Tzu Chi, “Saya telah berikar mendonasikan hasil panen. Karena itu, saya menyimpan karung Tzu Chi untuk hasil panen yang saya donasikan sekarang,” kata salah seorang petani.

“Pascabencana tahun 2008 lalu, Tzu Chi datang menyalurkan bantuan kepada kami, karena itu kami sangat tersentuh. Saat membutuhkan bantuan, ada orang yang datang membantu kami. Kelak saya juga akan membantu orang lain. Kami senang karena saat kehilangan segalanya, Tzu Chi datang membantu kami. Karena itu, kami juga akan berusaha sekuat tenaga untuk bersumbangsih. Semoga tahun depan kami dapat berdana lagi,” kata seorang petani. Inilah ikrar mereka untuk membantu orang lain.

Meski prinsip kebenaran tak dapat dilihat dan tak dapat diraba, namun mereka mempraktikkannya dalam keseharian dan senantiasa bersyukur pada alam. Mereka senantiasa mempraktikkan “Tiga Kebaikan” dalam kehidupan sehari-hari. Tadi saya juga melihat sebuah kisah yang sangat menyentuh. Badai salju di Dallas, Texas mengakibatkan gangguan pada terminal bus. Akibatnya, banyak orang terkurung di sana selama 5 hari pada cuaca yang sangat dingin. Melihat hal itu, seseorang menelepon Kantor Penghubung Tzu Chi di Dallas. Saat menerima berita ini, para relawan segera membagikan selimut di terminal bus itu. Seperti yang saya katakan tadi, berkah yang sesungguhnya adalah memiliki sandang dan pangan yang cukup. Saat ada orang terjebak pada kondisi cuaca yang kurang baik, kita harus segera mengantar kehangatan. Ini adalah prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran tidaklah berwujud. Meski prinsip kebenaran tak dapat dilihat maupun diraba, namun kita dapat mempraktikkannya dalam segala situasi.

Sesungguhnya, Buddha terus mengingatkan kita bahwa prinsip kebenaran berada dalam hati setiap orang. Asalkan membuka hati dan membangkitkan kebijaksanaan, maka Dharma yang tak berwujud ini dapat kita wujudkan dalam segala hal. Beberapa hari lalu, Hualien kembali dilanda gempa bumi. Alam memiliki hukumnya sendiri. Ada yang mengatur tentang fisika, pikiran, makhluk hidup, dan sebagainya. Segala hukum ini berasal dari dari satu prinsip kebenaran yang tak berwujud dan tak terlihat.

Mengapa bisa terjadi gempa bumi? Para ahli menjelaskan bahwa gempa bumi terjadi karena pergerakan lempeng tektonik akibat energi panas. Apakah energi panas dapat dilihat? Tidak. Apakah prinsip kebenaran dapat dilihat? Juga tidak. Kita hanya dapat memahaminya jika memiliki kesungguhan hati. Sumber dari segala hukum ini adalah kebenaran hakiki. Hanya jika memahami kebenaran ini, barulah kita dapat memahami segala prinsip-prinsip turunannya. Untuk memahami segala prinsip dan fenomena, kita harus memahami Dharma di hati.

Saya sering berkata bahwa dengan memahami satu prinsip kebenaran, kita dapat menembus prinsip-prinsip lainnya. Karena itu, kita sungguh harus membuka hati. Bila tidak, fenomena dan prinsip apa pun akan sulit untuk kita pahami. Jika kita memahami kebenaran hakiki, kita akan memahami segala prinsip. Ini karena segala prinsip kebenaran berasal dari satu kebenaran hakiki. Inilah karakteristik segala fenomena di dunia. Sesungguhnya, kebenaran hakiki tidaklah berwujud. Namun, jika tindak-tanduk kita sesuai Dharma, kebenaran hakiki ini akan terlihat. Jika segala sesuatu kita gunakan dengan baik, maka akan menampilkan Dharma dan ajaran kebajikan.

Tahun Baru Imlek telah berlalu. Bukankah begitu juga dengan hidup kita? Seiring waktu berjalan, waktu kita di dunia pun semakin berkurang. Namun, apakah kebijaksanaan kita bertambah? Hal ini tergantung apakah kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan bekerja keras untuk menggarap lahan batin. Karena itu, kita harus berikrar luhur dan bertekad untuk menggarap lahan batin dengan berbuat bajik. Hal ini harus dimulai dari satu niat. Para Bodhisatwa sekalian, satu niat dalam hati sangatlah penting. Semoga setiap orang dapat menjaga pikiran baik dalam hati dengan sungguh-sungguh. Semoga setiap orang dapat mempraktikkan prinsip kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Keharuan Saat Merayakan Hari Ibu Sedunia

Keharuan Saat Merayakan Hari Ibu Sedunia

22 Mei 2017
Pagi itu Depo daur ulang Tzu Chi Tanjung Balai Karimun sudah ramai. Puluhan pasang orangtua dan anak siap untuk merayakan Hari Ibu Sedunia.
Langkah Xiau Pu Sa Kelas Budi Pekerti Merayakan Waisak di Panti Werda

Langkah Xiau Pu Sa Kelas Budi Pekerti Merayakan Waisak di Panti Werda

25 Mei 2023

Setelah tiga tahun terhenti karena pandemi Covid 19, Xiau Pu Sa yang tergabung dalam kelas budi pekerti (Tzu Shao Ban) kembali  merayakan Waisak di Panti Jompo “Taman Bodhi Asri”.

”Percaya dan Lakukan”

”Percaya dan Lakukan”

17 Oktober 2011 Sesudah dilantik menjadi biru putih, diharapkan para relawan berani mengubah dirinya sendiri ke arah yang lebih baik dan bersedia memikul tanggung jawab untuk memimpin orang dan membimbing hati.
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -