Suara kasih : Menciptakan Karma Baik demi Melindungi Bumi

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Bersama-sama Menciptakan Karma Baik demi Melindungi Bumi

Mengkhawatirkan kondisi gempa dahsyat di Yunnan
Bersama-sama menciptakan karma baik demi melindungi bumi
Menyosialisasikan kegiatan daur ulang dan menghimpun berkah
Menyebarkan benih cinta kasih agar berkembang menjadi hutan Bodhi

Kemarin siang, di perbatasan Yunnan dan Guizhou, Tiongkok tiba-tiba terjadi guncangan. Gempa bumi dahsyat yang terjadi sebanyak 2 kali itu berkekuatan 5,6 skala Richter. Bumi sangatlah rentan. Ia tak bisa menahan guncangan seperti itu. Lihatlah, begitu banyak rumah yang roboh, bahkan gunung yang kokoh pun ikut roboh. Sungguh membuat orang takut melihatnya. Inilah yang disebut ketidakkekalan.

Mengapa itu semua bisa terjadi? Setiap hari, saya selalu bertanya-tanya dalam hati, “Mengapa itu semua bisa terjadi?”Menurut saya, itu semua karena karma buruk kolektif semua makhluk. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Yang terpenting adalah kita harus mawas diri dan berhati tulus.

Kita harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Jika setiap orang mengakumulasi karma buruk, maka dunia ini akan penuh dengan bencana. Jika setiap orang mengakumulasi karma baik, maka dunia ini akan aman dan tenteram. Karena itu, kita harus saling membimbing. Kita harus banyak menyosialisasikan perkataan yang baik, membimbing orang untuk banyak berbuat baik, dan menggalang Bodhisatwa dunia. Jika demikian, bukankah dunia ini akan menjadi Tanah Suci?

Kita dapat melihat Fujian, Xiamen, Quanzhou, dan beberapa wilayah lainnya. Para warga di sana mengetahui bahwa saat ini pelestarian lingkungan merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Setiap orang bertanggung jawab atas hal itu. Mereka memahami bahwa sampah yang kita ciptakan bisa merusak bumi. Barang-barang itu terbuat dari minyak bumi yang disedot secara berlebihan dari dalam bumi.

 

Selain itu, minyak bumi diolah lagi dengan berbagai bahan kimia untuk membuat produk pemenuh kebutuhan manusia. Setelah suatu barang digunakan, manusia akan membuangnya sehingga menciptakan kerusakan bagi bumi. Sampah-sampah itu tidak bisa terurai hingga ribuan tahun lamanya. Jadi, pertama, kita harus menghemat energi. Kedua, kita harus mengurangi emisi karbon. Yang ketiga adalah kita harus memahami bahwa semua barang memiliki sifat dasar dan unsur-unsur pembentuk. Lihatlah, setelah minyak bumi disedot, ia bisa diproduksi menjadi berbagai produk yang berbeda-beda. Jika produk tersebut tidak bisa digunakan lagi, kita harus mendaur ulangnya kembali. Ini karena sifat dasar dan unsur-unsur pembentuknya masih ada sehingga barang-barang itu bisa didaur ulang.

Demikian pula dengan manusia. Manusia terus terlahir kembali di enam alam kehidupan Meski bersifat hakiki bajik, manusia masih memiliki tabiat burukakibat pengaruh lingkungan dan kekuatan karma. Karena itu, manusia bisa melakukan kejahatan ataupun kebaikan. Mengubah karma buruk menjadi karma baik
adalah bagaikan kita tengah melakukan daur ulang.

Apakah kita akan membuangnya ke tong sampah atau mendaur ulangnya kembali menjadi produk yang dibutuhkan oleh manusia? Ini adalah prinsip yang sama. Contohnya, kita bisa mendaur ulang botol plastik menjadi barang-barang yang dibutuhkan manusia. Botol-botol tersebut bisa terkumpul berkat cinta kasih setiap orang. Mereka menghancurkan rintangan batin dan membungkukkan badan untuk melakukan daur ulang. Selain itu, di tengah tumpukan barang daur ulang yang berantakan itu, mereka memilahnya dengan sungguh-sungguh serta mencucinya dengan bersih agar bisa didaur ulang kembali. Untuk bisa melakukannya, setiap orang harus mengatasi rintangan batin.

Lihatlah, setiap orang sangat bersungguh hati dan melakukannya dengan penuh sukacita. Sesungguhnya, inilah Dharma. Dharma bisa kita temukan di sini. Jika kita hanya mendengar Dharma tanpa mempraktikkannya, Dharma ini tidak akan bisa bersatu dengan kehidupan kita. Dengan penuh kebijaksanaan, Buddha memberi tahu kita semua bahwa setiap benda memiliki sifat dasar dan manusia memiliki sifat kemanusiaan. Semua itu tak terlepas dari sifat hakiki. Sifat dasar ini terdapat pada benda materi, tubuh, dan pikiran. Itu semua tak terlepas dari prinsip kebenaran.

Dalam pencerahan-Nya, Buddha berkata bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidak bisa terlepas prinsip kebenaran. Jadi, melakukan daur ulang juga merupakan salah satu prinsip kebenaran. Setiap orang hendaknya menyayangi bumi dan memberi manfaat bagi orang banyak. Selain itu, saat melakukan daur ulang, ada sekelompok Bodhisatwa yang saling berbagi pengalaman, saling meringankan beban hati, dan melenyapkan kerisauan, serta membangkitkan sukacita dalam Dharma. “Awalnya, saya merasa sedikit takut Awalnya, saya merasa sedikit takut karena tidak membakar kertas sembahyang. Akan tetapi, setelah 2 hari berkunjung ke sini, saya mendengar para insan Tzu Chi berkata bahwa dengan tidak membakar kertas sembahyang, kita bisa menggunakan uang tersebut untuk membantu orang yang membutuhkan dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Mendengar itu, saya pun merasa sangat tenang,” ujar relawan.

Yang terpenting dalam bersembahyang adalah ketulusan hati, bukan membakar kertas sembahyang ataupun membunuh hewan  untuk dijadikan persembahan. Kita harus terus melindungi semua makhluk. Inilah makna upacara Ulambana yang sesungguhnya. Lihatlah, jika mereka bisa membawa semangat ini dan menyebarkannya di Tiongkok, saya yakin dampak yang tercipta akan jauh lebih baik dibanding di Taiwan. Ini bukanlah hal yang mustahil. Saya berharap Tanah Suci di dunia bisa segera tercipta di Fujian dan semoga setiap warga di Tiongkok bisa menyucikan fisik dan hati. Semoga mereka bisa menghimpun cinta kasih, bersikap mawas diri, serta berhati tulus.

Entah bagaimana kondisi korban bencana di Yunnan. Sayangnya, di wilayah tersebut masih belum ada insan Tzu Chi. Wilayah terdekat yang ada insan Tzu Chi adalah di Kunming. Relawan Liu Mei berkata bahwa  perjalanan dari Kunming menuju lokasi bencana membutuhkan waktu lebih dari 8 jam. Wilayah Tiongkok sungguh luas.

Berhubung Yunnan dan Kunming terpisah oleh pegunungan dan jarak yang jauh, sulit bagi kita untuk memahami kondisi bencana dan memberikan bantuan. Karena itu, saya berharap benih cinta kasih bisa tersebar ke tempat yang lebih jauh. Jika di setiap tempat terdapat insan Tzu Chi, kita akan bisa memberikan bantuan dengan cepat. Inilah kesatuan tekad yang harus kita miliki. Saya berharap benih cinta kasih bisa tersebar ke seluruh dunia dan bisa tercipta hutan Bodhi yang tumbuh dari satu akar yang sama. Semoga dunia bisa aman dan tenteram serta terbebas dari bencana. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Nasi Bungkus Vegetarian Untuk Warga Yang Membutuhkan

Nasi Bungkus Vegetarian Untuk Warga Yang Membutuhkan

09 Agustus 2021

Selama 12 hari (26 Juli–7 Agustus 2021), Tzu Chi Padang telah membagikan 3.300 nasi bungkus vegetarian. Nasi bungkus ini dibagikan kepada buruh, petugas kebersihan, pemulung, ojek online serta masyarakat lainnya.

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

20 Juli 2011
Sekolah Tzu Chi Indonesia adalah sekolah yang menggunakan 3 jenis bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris, dimana bahasa Mandarin dan bahasa inggris merupakan bahasa utama dalam pelajaran dan dalam komunikasi sehari-hari para guru dan siswa.
Suara Kasih: Ulang Tahun ke-20 Tzu Chi Singapura

Suara Kasih: Ulang Tahun ke-20 Tzu Chi Singapura

23 Oktober 2013 Hari ini merupakan peringatan ultah Tzu Chi Singapura yang ke-20. Lihatlah, mereka melakukan ritual namaskara dengan penuh semangat. Ratusan relawan berbaris dengan rapi untuk melakukan ritual namaskara.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -