Suara Kasih: Mengatasi Kesulitan dengan Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengatasi Kesulitan dengan Cinta Kasih serta Saling Membantu

Mengkhawatirkan hujan lebat yang sepanjang malam
Topan Saola mendatangkan bencana
Bekerja sama untuk memerhatikan dan mengantarkan makanan hangat bagi warga
Mengatasi kesulitan dengan cinta kasih dan saling membantu

 

Topan Saola sudah berlalu, semoga setiap orang berada dalam keadaan aman dan selamat. Kemarin, di saat-saat seperti ini, perasaan saya sangat tidak tenang karena saat pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, saya mendengar suara hujan yang sangat menakutkan. Saya merasa sangat khawatir. Saya terus menunggu kapan langit akan terang dan kapan hujan akan reda. Sungguh merupakan subuh yang panjang. Hingga genta dari ruang utama dibunyikan, setiap orang pun berkumpul  untuk melakukan kebaktian pagi. Mendengar suara genta,hati saya pun menjadi lebih tenang. Jadi, saya sering berkata bahwa saat mendengar suara genta, kerisauan kita akan berkurang dan kebijaksanaan kita akan berkembang. Karena itu, setiap pagi saat mendengar suara genta, maka saat itulah kebijaksanaan kita berkembang.

Intinya, saya mulai berpikir bahwa khawatir saja tidak ada gunanya. Kita harus berdoa dengan hati yang tulus. Saat saya beranjak dari kamar baca, saya mendengar bahwa desa yang berada di belakang Griya Jing Si tergenang air dan terjadi tanah longsor. Mendengar kata tanah longsor, sejujurnya, sejak dahulu, saya sangat mengkhawatirkan masalah ini. Saya tidak pernah ingin merusak gunung. Dahulu, saat ingin mendirikan rumah sakit, dan sekolah, meski ada lokasi pembangunan yang sangat indah di lereng gunung, saya pasti menolaknya. Akan tetapi, selama puluhan tahun terakhir ini, pegunungan terus dirusak dan dieksploitasi untuk dibangun tempat tinggal. Karenanya, hujan lebat kali ini mengakibatkan terjadinya tanah longsor.

Kemarin, saat berkunjung ke Desa Jiamin, saya melihat kondisi yang memprihatinkan. Banyak batu besar terus jatuh dari pegunungan. Desa tersebut berlokasi di bagian belakang Griya Jing Si. Saya sungguh khawatir melihatnya. Hal yang terus saya khawatirkan selama bertahun-tahun ini akhirnya terjadi juga. Saya sungguh khawatir. Akan tetapi, saya juga sangat bersyukur. Kemarin, sebelum matahari terbit, banyak orang yang membersihkan selokan agar tidak tersumbat oleh sampah sehingga aliran air bisa lancar dan banjir bisa cepat surut. Jika tidak, akibatnya sungguh sulit dibayangkan.

Kemarin, saat tiba di Aula Jing Si, saya melihat begitu banyak Boshisatwa berjaga-jaga di pusat koordinasi bencana. Dari laporan mereka, saya mendengar bahwa saat terjadi topan, tanpa mengindahkan segalanya, para insan Tzu Chi tetap pergi ke Desa Jingmei, Desa Xiulin, Desa Chongde, dan beberapa desa lainnya untuk mencurahkan perhatian, menyurvei kondisi bencana, mengantarkan makanan hangat, dll. Mendengar laporan mereka meski merasa tersentuh dari lubuk hati terdalam, saya juga merasa sangat khawatir. Saya berkata bahwa mereka hendaknya memiliki mekanisme kerja. Kelompok mana yang akan ke lokasi bencana,amankah untuk ke sana,serta lokasi mana yang akan mereka datangi, semuanya harus diputuskan terlebih dahulu agar pusat koordinasi bencana mengetahui berapa lokasi yang sudah didatangi dan berapa banyak orang yang sudah dikerahkan. Semuanya harus tercatat lengkap. Kita juga harus mempertimbangkan keamanan sepanjang perjalanan. Janganlah hanya mengandalkan keberanian dan antusias sesaat.

Saya sangat tersentuh sekaligus bersyukur dari lubuk hati terdalam. Demikianlah yang terjadi di Hualien. Kita juga melihat Yilan. Kemarin, insan Tzu Chi Yilan juga telah bekerja keras. Mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk menyurvei dan mengantarkan makanan hangat. Kemarin mereka mengantarkan sekitar 3.000 kotak makanan hangat. Selain itu, Sanxia yang terletak di Taipei juga tergenang banjir parah. Setelah air banjir surut, lumpur menutupi hampir seluruh wilayah. Melihat itu,insan Tzu Chi segera bergerak untuk membantu membersihkan rumah warga dan menyediakan makanan hangat bagi mereka. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu bergerak untuk membantu.

Tentu saja, kemarin, insan Tzu Chi juga menyalurkan bantuan ke desa yang akses jalannya terputus, seperti di Desa Heping. Saat masih di luar, sebelum kembali dari Aula Jing Si, saya mendengar ada helikopter yang mengantar pasien ke RS Tzu Chi. Saya juga mendengar bahwa di Desa Heping, warga setempat sangat membutuhkan selimut, nasi instant, dan lainnya. Inilah berita yang saya dapatkan sebelum kembali dari Aula Jing Si. Kita pun segera menyetujui permintaan tersebut asalkan ada orang yang bertanggung jawab menyalurkan bantuan.

Saat terjadi bencana, kita dapat melihat para tentara, polisi, petugas kebersihan, teknisi listrik dan air selalu diam-diam berkontribusi. Kemarin, pagi-pagi sekali, saya juga mendapat kabar tentang akibat tanah longsor, dua orang lansia dievakusi pada saat darurat. Salah satu di antaranya menderita stroke. Seorang polisi segera naik ke daerah pegunungan untuk menggendongnya turun dan mengungsikannya di kantor polisi. Insan Tzu Chi juga segera pergi ke sana untuk mencurahkan perhatian.

Kita juga melihat anggota Tzu Cheng dan para bhiksuni dari Griya Jing Si mengantarkan kedua lansia itu pulang ke rumah dan memastikan apakah kondisi rumah mereka sudah aman atau tidak. Polisi dan warga bekerja sama untuk melindungi keselamatan warga desa. Sungguh, saat terjadi ketidakselarasan unsur alam di dunia, setiap orang harus mengulurkan tangan dan bersumbangsih dengan sepenuh hati. Inilah kekuatan cinta kasih di dunia.

Hari ini, insan Tzu Chi akan kembali keluar untuk meninjau lokasi pascabencana. Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan dan memerhatikan keselamatan sendiri. Siang ini, Topan Saola akan masuk ke Provinsi Fujian, Tiongkok. Kita harus mendoakan warga setempat dengan tulus. Selain itu, Topan Demrey juga keluar dari Jepang hari ini dan akan masuk ke Tiongkok bersama dengan Topan Saola. Pemerintah setempat sangatlah waspada dan mulai mengevakuasi para warga.

Melihat mereka bisa melakukan antisipasi terlebih dahulu, saya merasa lebih tenang. Tentu saja, hingga saat ini, insan Tzu Chi yang menyalurkan bantuan di Beijing masih terus bersungguh hati mencurahkan perhatian di wilayah Fangshan, dll. Kemarin, mereka juga pergi ke tempat lain. Jadi, melihat berbagai bencana akbiat ketidakselarasan unsur alam di dunia, insan Tzu Chi selalu bergerak untuk membantu. Saya sungguh tersentuh dan bersyukur melihatnya. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Bantuan AirAsia QZ8501: Kunjungan ke Rumah Duka

Bantuan AirAsia QZ8501: Kunjungan ke Rumah Duka

05 Januari 2015 Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke Rumah Duka Adi Jasa untuk memberikan dukungan dan semangat kepada keluarga penumpang AirAsia QZ 8501 yang telah menerima jenazah keluarga mereka.
Mempraktikkan Dharma dalam Tindakan Nyata

Mempraktikkan Dharma dalam Tindakan Nyata

02 Februari 2016
Minggu, 24 Januari 2016, sebanyak 15 relawan Tzu Chi datang mengunjungi salah satu Gan En Hu (penerima bantuan), Tan Len Nio. Tidak hanya kunjungan kasih untuk menghibur penerima bantuan, melainkan relawan juga bergotong royong untuk membersihkan tempat tinggal Tan Len Nio yang cukup kotor dan sirkulasi udara yang kurang baik.
Sosialisasi Relawan Baru di Batam

Sosialisasi Relawan Baru di Batam

28 Januari 2019

Tzu Chi Batam mengadakan Sosialisasi Relawan Baru yang pertama di tahun 2019, pada Sabtu, 19 Januari 2019. Bertempat di Ruang Shou Yu, Aula Jing Si Batam, kegiatan kali ini dihadiri oleh sebanyak 28 orang peserta.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -