Suara Kasih: Mengendalikan Pikiran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengendalikan Pikiran dan Berdoa bagi Keselamatan Setiap Orang

Mengantisipasi bencana dan berdoa bagi keselamatan semua orang
Menunduk kepala saat berjalan bisa mendatangkan bahaya
Para petani di Myanmar menjalani pola hidup sederhana
Membagikan bantuan bibit padi kepada para petani yang kekurangan

Setiap kali mendengar laporan prakiraan cuaca, banyak sekali yang saya khawatirkan. Minggu ini, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan karena Topan Jelawat yang terbentuk di atas permukaan laut telah berubah menjadi topan berkekuatan tinggi. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan karena tidak jauh dari Topan Jelawat, ada sebuah topan lain yang terbentuk.  Entah mengapa beberapa tahun ini, topan yang terbentuk pada musim gugur sepertinya semakin banyak. Kita sungguh merasa khawatir. Harap semua orang bisa mawas diri dan berhati tulus.

Tadi kita juga melihat berita tentang Inggris, India, dan Pakistan yang dilanda bencana banjir. Negara-negara yang berbeda itu dilanda bencana banjir pada saat yang bersamaan. Inilah ketidakselarasan empat unsur alam. Unsur air tengah tidak selaras. Kita juga dapat melihat kebakaran hutan di Spanyol yang sangat besar. Ketidakselarasan unsur air dan api sungguh membuat orang khawatir. Yang lebih mengkhawatirkan adalah ketidakselarasan unsur angin. Hujan deras dan angin ribut mengakibatkan kondisi musim topan ini semakin memburuk. Karena itu, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Kita juga melihat sebuah berita yang sangat memilukan hati, yaitu salju longsor di Pegunungan Himalaya, Nepal. Jenazah yang sudah ditemukan berjumlah 11 orang. Salju longsor terjadi di daerah pegunungan, jika manusia tidak pergi ke sana, bukankah tidak akan terjadi bencana? Bayangkanlah betapa besar kesulitan dan bahaya yang harus ditempuh oleh tim penyelamat.  Hal ini sungguh disesalkan.

Manusia mampu menjaga keselamatan sendiri, tetapi mereka selalu enggan menunaikan kewajiban. Kita juga dapat melihat di Amerika Serikat. Kini banyak remaja yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Mereka mengalami kecelakaan bukan karena bersepeda atau mengendarai mobil, tetapi karena berjalan kaki. Orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas sebagian besar adalah remaja yang berusia sekitar 16 hingga 19 tahun. Angka kematian di Amerika Serikat mengalami peningkatan sebanyak 25 persen dari tahun dari 2001 hingga tahun 2005. Mengapa demikian? Karena banyak remaja yang memegang ponsel di tangan. Mereka berjalan kaki sambil menelepon atau bermain internet sehingga kepala mereka selalu menunduk. Hal ini mengakibatkan banyak remaja yang mengalami kecelakaan.

Sesungguhnya, kecelakaan seperti itu bisa dihindari. Pola hidup masyarakat masa kini sungguh mendatangkan bahaya bagi diri mereka sendiri. Kita juga dapat melihat kini para mahasiswa di Amerika Serikat diizinkan membawa senjata api ke sekolah. Ini semua sungguh merasa saya merasa bencana akan semakin sering terjadi. Menurut ajaran Buddha, Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana Kecil akan terjadi pada masa Kekeruhan Kalpa. Lebih dari 30 tahun yang lalu, saat membaca isi Sutra itu, saya merasa itu hal yang tidak mungkin. Akan tetapi, saya melihatnya terjadi pada saat ini. Semua itu sungguh mengkhawatirkan. Karena itu, kita hendaknya menyelaraskan dan menyucikan hati manusia.

Pada masa Kekeruhan Kalpa ini, kita harus segera bergerak dan bersungguh hati untuk membimbing setiap orang agar berjalan ke arah yang benar. Pada masa kekacauan ini, kita sungguh harus bekerja keras untuk menstabilkan pikiran manusia agar setiap orang bisa membedakan yang benar dan salah. Setelah itu, kita harus membangkitkan cinta kasih setiap orang. Baik orang dewasa maupun anak-anak, semuanya memiliki cinta kasih. Bahkan orang kurang mampu juga memiliki cinta kasih. Contohnya di Myanmar. Topan di Myanmar pada tahun 2008 mematangkan jalinan jodoh Tzu chi dengan warga Myanmar. Sejak membagikan bantuan di sana, insan Tzu Chi sudah mulai membimbing warga agar saling membantu.

Orang kurang mampu juga memiliki kekuatan untuk menolong banyak orang. Berkat adanya jalinan jodoh inilah, kita bisa membimbing warga setempat dan memberi bantuan berupa bibit padi kepada mereka. Warga setempat bercocok tanam dengan sungguh-sungguh dan mengerti untuk membalas budi. ”Sejak mendapat bantuan dari insan Tzu Chi, kehidupan kami berubah baik. Setiap kali melihat bibit padi, saya selalu teringat pada insan Tzu Chi. Saya merasa sangat bersyukur dan gembira. Insan Tzu Chi memperlakukan kami bagai satu keluarga. Setelah memiliki bibit padi yang baik, saya berharap petani lain juga memilikinya. Jika hanya saya sendiri yang memiliki bibit baik dan memiliki hasil panen yang berlimpah, sedangkan petani lain tidak demikian, saya akan merasa sedih.”

Setiap petani memiliki hasil panen yang berlimpah adalah kebahagiaan terbesar baginya. ”Dia sungguh adalah orang yang luar biasa dan baik hati. Meski hidup kekurangan, dia sangat bekerja keras. Dia menerima bimbingan dari insan Tzu Chi dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Saat kami bertemu dengan kesulitan, Master Cheng Yen membantu kami. Kami menganggap Master bagai ibu kami sendiri. Beliau membantu kami sehingga kami bisa terus bercocok tanam. Ini membuat saya sangat berterima kasih. Kami tidak akan melupakan cinta kasih Master selamanya. .

Di sini, tidak ada seorang pun petani yang menjadi kaya karena bercocok tanam, tetapi saya bersikeras untuk terus bertani. Hasil tanaman saya tidak hanya bisa menghidupi saya dan keluarga saya, tetapi juga bisa memenuhi kebutuhan semua orang di dunia. Inilah cara saya berkontribusi bagi masyarakat dan menghidupi keluarga saya. Saya akan terus bertani hingga saya menjadi tua, selama saya masih kuat,” ucap seorang warga

Dia adalah petani yang menerima bantuan bibit dari kita. Setelah memiliki hasil panen yang baik, dia bersedia membagikan bibitnya kepada banyak orang. Ini adalah hasil panen ke-3 dari bibit yang kita berikan. Selain itu, dia juga mengerti untuk tidak menggunakan pestisida. Kita dapat melihat para petani di Myanmar menerima bimbingan insan Tzu Chi, yaitu tidak membunuh makhluk hidup lain dan tidak menggunakan pestisida. Jadi, apa cara yang mereka lakukan? Beberapa waktu lalu, kita melihat seorang petani yang pergi ke sawah untuk berbagi Kata Perenungan Jing Si dan bersyukur kepada sawahnya.

Setiap hari dia bersyukur kepada sawahnya karena meski tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, tanamannya tetap tumbuh subur dan memiliki hasil panen yang baik. Beberapa tahun ini, kita sering mendengar berbagai kisah petani yang mengagumkan. Yang lebih membahagiakan adalah melihat para petani bisa terinspirasi untuk menjadi orang yang kaya batin. Kisah “segenggam beras” berasal dari Myanmar. Dengan penuh ketulusan, mereka menerima bimbingan kita dan mempraktikannya lewat tindakan nyata demi bersumbangsih bagi sesama. Melihat kontribusi mereka, saya sungguh merasa meski hidup kekurangan, tetapi hati mereka sangat damai. Semoga setiap orang memahami kebenaran dan mengerti untuk mengendalikan pikiran. Dengan demikian, barulah dunia ini dipenuhi berkah dan harapan.(Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Senasib Sepenanggungan

Senasib Sepenanggungan

07 Juni 2010
Maryanah bersama dengan 12 relawan Tzu Chi He Qi Selatan melakukan kegiatan kunjungan kasih yang rutin dilakukan satu bulan sekali. Sudah 2 tahun lamanya, Chong Kim Sun - suami dari Heni dan ayah dari Christina yang terkena stroke menjadi pasien penanganan khusus Tzu Chi.
Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 1)

Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 1)

07 November 2011 Tanpa daya (kemampuan finansial) dan hanya bisa pasrah menerima takdir ini, keluarga kemudian hanya bisa menyaksikan Wilna yang tumbuh dengan keterbatasan fisiknya. ”Waktu itu nggak tahu mau minta bantuan kemana?” kata Lina.
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -