Suara Kasih: Menghemat Sumber Daya Alam dan Menunaikan Kewajiban

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

 

Judul Asli:

Menghemat Sumber Daya Alam dan Menunaikan Kewajiban

Empat unsur yang tidak selaras mengakibatkan bencana terjadi silih berganti
Menghormati langit, mengasihi bumi, serta berdoa bagi ketenteraman dunia
Menghemat sumber daya alam adalah kewajiban kita sebagai manusia
Lebih menghargai berkah setelah melihat penderitaan

Kemarin, sebuah gempa bumi terjadi di Nantou. Gempa itu berkekuatan 6,3 skala Richter. Berhubung titik pusat gempa sangat dangkal, guncangan terasa sangat dahsyat. Kekuatan alam sungguh besar. Saat kejadian, orang yang tengah mengemudi mobil di jalan pegunungan kesulitan mengendalikan setirnya. Mereka mengira bahwa ban mereka pecah. Akibatnya, terjadilah insiden saling menabrak di jalan pegunungan. Selain itu, batu yang jatuh juga menimpa kendaraan yang melintas. Karena itu, saat melintasi jalan pegunungan, kita tak pernah tahu kapan tanah longsor akan terjadi. Inilah ketidakkekalan di dunia. Selain itu, di sebuah tempat wisata, ada tidak sedikit wisatawan yang terjebak selama beberapa waktu akibat putusnya akses jalan. Ada pula orang yang terluka. Sebuah helikopter segera dikerahkan untuk mengantar orang yang terluka ke rumah sakit. Sebagian besar wilayah yang terkena bencana adalah wilayah pegunungan karena di sana terjadi tanah longsor.

Melihat itu semua, kita sungguh harus membiarkan gunung memulihkan diri. Demi berekreasi, manusia tak henti-hentinya mengendarai mobil ke wilayah pegunungan. Jika ada pemandangan gunung yang lebih indah, manusia akan mengubahnya menjadi tempat rekreasi. Akibat manusia yang terus melintasi jalan pegunungan yang begitu indah, gunung sungguh tak mampu lagi menanggung beban yang begitu berat. Tak peduli bencana angin maupun air, wilayah yang terkena bencana terparah selalu tempat rekreasi. Begitu pula dengan gempa bumi kali ini. Ini semua menunjukkan bahwa ruang lingkup aktivitas manusia seharusnya lebih dibatasi. Janganlah kita terus pergi ke wilayah pegunungan karena ini akan mengakibatkan struktur pegunungan mengalami kerusakan parah.

Sesungguhnya, kemarin, Kepulauan Solomon di Samudra Pasifik dan Filipina juga diguncang gempa bumi. Hari ini, gempa bumi kembali mengguncang Filipina dengan kekuatan 5,7 skala Richter. Ini sungguh membuat orang khawatir. Selain unsur tanah yang tidak selaras, hujan lebat di Eropa juga memicu terjadinya bencana banjir. Selain itu, di California, Amerika Serikat, kebakaran hutan yang terjadi sejak minggu lalu hingga kini masih belum padam. Lahan yang terbakar sungguh sangat luas. Ini juga mendatangkan kerusakan parah bagi struktur pegunungan.

Intinya, setelah melihat ketidakselarasan unsur tanah, unsur angin, atau unsur air, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus lebih mendisiplinkan diri dan lebih berhati tulus. Bodhisatwa sekalian, bisa berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita sungguh harus bersyukur. Kita harus menjalani kehidupan sehari-hari dengan sederhana.

Pada musim panas seperti sekarang ini, orang-orang terlalu bergantung pada penyejuk udara. Baik di rumah maupun di kantor, penyejuk udara terus dinyalakan sehingga menghamburkan banyak listrik. Terlebih lagi di Taiwan bagian utara. Jumlah penduduk di sana sangat padat dan terdapat banyak bangunan tinggi. Kondisinya bagaikan hutan beton yang penuh dengan bangunan. Lihatlah, saat matahari terbit, hawa panas dari setiap bangunan akan menyebar keluar. Kemana hawa panas itu tersebar? Akibat jarak bangunan yang begitu dekat, hawa panas matahari tidak bisa ke mana-mana. Jadi, suhu udara terus meningkat karena banyaknya bangunan yang tinggi. Begitu matahari bersinar, suhu udara juga akan semakin meningkat. Karena itulah, permintaan kebutuhan listrik semakin meningkat. Sebagian besar orang masa kini menggunakan penyejuk udara.

Akan tetapi, kita dapat melihat seorang anak yang tahu bagaimana menghemat listrik. ”Kami tinggal di lantai 16, tetapi kami tidak menggunakan lift. Kecuali jika sudah sangat lelah. Jika tidak, kami selalu berusaha untuk tidak menggunakan lift. Dengan begitu, kita bisa menghemat listrik dan berolahraga.” Dia selalu membuka jendela agar angin bisa masuk. Jika masih panas, dia lalu mengambil kipas untuk mengipasi dirinya sendiri. Bukankah ini yang kita lakukan dahulu? Akan tetapi, orang zaman sekarang tidak tahu bagaimana menangani hawa panas di tubuhnya. Orang zaman sekarang takut berkeringat sehingga menyalakan penyejuk udara.

Karena itu, Taiwan bagian utara membutuhkan pasokan listrik dari Taiwan Selatan karena permintaan listrik di Taiwan utara semakin lama semakin meningkat. Pasokan listrik di Taiwan telah mencapai limit. Untuk melakukan transmisi tenaga listrik dari selatan ke utara Taiwan, dibutuhkan saluran udara tegangan ekstra tinggi.

Manusia selalu merasa bisa mendapatkan tenaga listrik dengan gampang. Ketahuilah bahwa banyak orang harus bekerja keras demi menyalurkan tenaga listrik ke rumah setiap orang. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur. Untuk menyalurkan tenaga listrik, mereka harus memanjat hingga sangat tinggi. Ini sungguh berbahaya. Akan tetapi, apakah tenaga listrik itu cukup memenuhi kebutuhan orang masa kini? Mungkin tidak cukup. Pasokan listrik sudah mencapai limit. Jadi, setiap orang harus menghemat penggunaan listrik dalam keseharian. Pikiran yang tenang akan mendatangkan kesejukan. Dengan berpuas diri, kita akan senatiasa berbahagia. Kita harus berusaha mengendalikan diri dalam menghadapi lingkungan kehidupan kita. Dengan demikian, kita akan bisa menghemat energi agar bisa dipakai oleh banyak orang. Inilah yang harus kita kendalikan. Saya sangat berterima kasih kepada orang yang telah membangkitkan ketulusan. Setiap orang harus menghemat listrik dan air.

Ini semua adalah kewajiban kita. Jika setiap orang bisa berhemat, maka kita akan memiliki sumber daya yang cukup. Terlebih lagi pada musim panas seperti sekarang ini, setiap orang lebih berusaha keras. Setelah mengetahui penderitaan orang lain, kita akan bisa lebih bisa mengatasi kesulitan. Lihatlah, bukankah para murid SD Tzu Chi Tainan juga melakukan hal yang sama? Mereka mencoba belajar di luar ruang kelas untuk merasakan bagaimana para murid di Zimbabwe menulis di tanah yang tidak rata dan di bawah terik matahari. Setelah mencobanya sebentar, anak-anak berkata bahwa punggung mereka sangat sakit dan tidak tahan lagi. Para guru Tzu Chi berkata kepada mereka, “Jika demikian, kalian harus menyadari dan menghargai berkah.” Benar. Setelah melihat kondisi orang lain, kita harus merefleksikan diri. Kita harus menghargai berkah sekaligus lebih banyak menciptakan berkah. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 

Artikel Terkait

Menjalin Tali Silaturahmi dengan Para Seniman Bangunan

Menjalin Tali Silaturahmi dengan Para Seniman Bangunan

17 April 2023

Pembangunan Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun tak lepas dari peran dan kerja keras para seniman (pekerja) bangunan. Untuk mengapresiasi mereka, relawan Tzu Chi mengadakan kegiatan buka puasa bersama. 

Semangat Bersumbangsih

Semangat Bersumbangsih

06 Oktober 2015

Sebanyak 66 donor mengalirkan darahnya untuk membantu sesama yang membutuhkan. Kegiatan donor darah ini diadakan di Jing Si Books & Café Blok M pada tanggal 20 September 2015. Para donor pun merasa sangat antusias mengikuti kegiatan ini secara rutin.

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -