Suara Kasih : Mengurangi Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengurangi Bencana
dengan Pola Hidup Sederhana
 

Baik dan buruk tergantung pada sebersit niat
Bervegetarian dan bertobat secara mendalam
Mengikuti teladan anak kecil dalam melindungi bumi
Pola hidup sederhana dapat mengurangi bencana

Tanggal 7 April pukul 11.32 malam gempa berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Jepang. Peringatan potensi tsunami pun dikeluarkan, dan baru dicabut setelah 90 menit. Dapat kita bayangkan betapa paniknya warga. Jadi, jika kita dapat hidup tenteram, ini sungguh merupakan berkah. Jika dapat tidur dengan nyenyak, kita sungguh harus bersyukur. Bodhisatwa sekalian, setiap hari saya terus mengimbau agar setiap orang meningkatkan kewaspadaan dan menyadari hikmah di balik bencana.

Kondisi batin seperti apakah yang disebut sadar? Yaitu pikiran yang penuh niat bajik. Enam indra kita selalu mengalami kontak dengan enam objek. Begitulah kita manusia, enam indra kita dan enam objek selalu bersentuhan setiap hari. Akibatnya, begitu banyak pemikiran yang timbul. Jika timbul pikiran buruk, meski pada awalnya kita telah berencana untuk melakukan berbagai perbuatan baik dengan penuh sukacita, maka hanya karena pikiran buruk dan kebencian yang timbul ini, niat berbuat baik yang telah kita rencanakan akan lenyap seketika. Jadi, begitu pikiran buruk timbul, maka ia akan melenyapkan segala niat untuk berbuat baik. Sebaliknya, jika kita membangkitkan niat baik, maka pikiran buruk pun akan lenyap. Asalkan dapat membangkitkan pikiran baik, kita akan sadar bahwa kehidupan tidaklah kekal dan bumi ini sungguh rentan.

Karena itu, untuk apa begitu perhitungan? Jika kita dapat mundur selangkah, banyak kebencian akan dapat dilenyapkan. Dengan demikian, segala kejahatan dan bencana pun akan lenyap. Jadi, semua ini sungguh sederhana, hanya tergantung pada sebersit niat. Karena itu, Buddha berkata bahwa dengan mengembangkan pikiran baik, ratusan kejahatan dapat dihilangkan. Efek dari kebajikan ini bagaikan riak di atas air. Setetes air yang jatuh di kolam akan menimbulkan riak yang terus meluas. Contohnya, pasca terjadinya bencana di Jepang, imbauan saya dari Taiwan ini dapat meluas hingga ke berbagai negara.

Banyak orang membawa kotak dana, turun ke jalan-jalan dengan penuh hormat untuk menggalang doa yang tulus dan cinta kasih dari banyak orang agar turut peduli pada sesama dan bumi ini. Selain itu, juga mengetuk welas asih mereka agar rela berdana dengan sukacita. Inilah wujud kesungguhan insan Tzu Chi dalam menyucikan hati manusia. Namun, kita harus lebih cepat sedikit dan lebih berusaha lagi karena melihat begitu banyak bencana terjadi, kita sungguh tak ada waktu lagi.

Niat baik ini harus kita bangkitkan dan terus kita sebarkan hingga semakin banyak orang yang terinspirasi di lebih banyak tempat. Jika kekuatan kebajikan ini semakin besar, maka dunia akan menjadi lebih baik dan bencana akan berkurang. Tiba saatnya bagi kita untuk sadar dan sungguh-sungguh bertobat. Kita harus bertobat secara mendalam, bervegetarian, dan sungguh-sungguh melestarikan lingkungan. Semua ini harus kita lakukan, barulah fisik dan batin kita akan tersucikan. Bertobat, mengendalikan diri, bervegetarian, dan melestarikan lingkungan adalah yang harus dilakukan oleh manusia.

Lihatlah seorang siswa SD Tzu Chi Tainan. Meski masih duduk di kelas satu, ia dapat menginspirasi ibunya. Pertama, ia meminta ibunya bervegetarian dan tidak lagi makan daging. Ia bilang, “Ibu, kita jangan makan daging lagi. Semoga semua orang dapat bervegetarian demi melindungi bumi. Jangan biarkan Kakek Guru bersedih.” Ia juga mengajak ibunya ke posko daur ulang dan memintanya untuk lebih hemat. Ia pun meminta ibunya menonton Da Ai TV. Lihatlah, meski baru duduk di kelas satu SD, ia dapat menginspirasi ibunya. Janganlah kita meremehkan anak kecil. Semua orang pada hakikatnya bersifat bajik. Benih kebajikan yang tertanam dalam hati setiap orang adalah hati Buddha.

Kita juga melihat di Malaysia, seorang pemilik perusahaan teknologi mengundang insan Tzu Chi ke perusahaannya untuk berbagi dan menginspirasi karyawannya agar turut bersumbangsih bagi Jepang dengan tulus dan penuh sukacita. Ini adalah sebuah kesempatan baik untuk membangkitkan niat baik setiap orang. Saat bencana yang menggemparkan terjadi, semua orang harus sadar akan hikmahnya. “Jika saya dapat mengumpulkan lebih dari 200 karyawan saya ini dan menginspirasi mereka untuk mengubah pola hidup, saya rasa ini sangat baik,” kata sang pemilik perusahaan.

Bodhisatwa sekalian, kita semua harus lebih bersungguh-sungguh. Ketahuilah bahwa lapisan ozon telah berlubang. Mengapa ozon bisa berlubang? Penyebab utamanya adalah maraknya penggunaan klorofluorokarbon atau CFC, suatu zat kimia buatan manusia yang sebelumnya tidak ada di bumi. Zat ini digunakan pada alat pendingin dan juga dalam pembuatan sabun. Belakangan, para ahli menemukan bahwa klorin yang terkandung dalam CFC dapat merusak ozon. Karena itu, pada tahun 1987 ditandatanganilah Protokol Montreal guna menghapus penggunaan CFC.

Para ahli juga menemukan bahwa gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana dapat menurunkan temperatur atmosfer bumi. Penurunan temperatur ini juga merupakan penyebab kerusakan ozon. Saya harap semua orang peduli akan hal ini, jangan hanya peduli apakah  usaha kita berjalan baik atau berapa bonus yang akan didapat tahun ini. Jangan hanya peduli pada hal-hal seperti itu. Kita harus membuka mata ke seluruh dunia. Jika dunia ini tidak aman dan damai, apakah kita yang tinggal di dalamnya dapat hidup tenteram? Inilah saatnya kita menggunakan kebijaksanaan, bukan hanya pengetahuan. Dunia ini telah mengirimkan sinyal darurat. Dapatkah kita tetap berdiam diri?

Semua bencana ini berawal dari ulah manusia. Intinya, kita harus kembali pada pola hidup yang sederhana. Semua orang harus lebih rajin dan hemat, jangan terlalu sering menyalakan penyejuk udara. Semua orang hendaknya juga bervegetarian demi mengurangi kadar gas metana. Singkat kata, semoga setiap orang dapat hidup sederhana dan membangkitkan niat baik. Inilah yang terpenting. Begitu sederhana. Jika kita tidak memulainya sekarang, maka tidak akan ada waktu lagi. Semoga setiap orang setiap hari dapat mawas diri dan tulus, bertobat secara mendalam, mengendalikan diri, dan bervegetarian. Selain itu, kita pun harus berdoa dengan sungguh-sungguh sekaligus mengembangkan cinta kasih dan bersumbangsih dengan sukacita. Dengan begitu, semoga aliran jernih ini dapat meredam kekeruhan di dunia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

Mari Menjaga Kebersihan diri dan Lingkungan!

03 Juli 2018
Melihat kondisi aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) Hatta dan keluarga, relawan Xie Li Kalimantan Tengah 5 yang berada di sekitar Perkebunan Tajur Beras tergerak untuk membantu Hatta mendirikan bangunan MCK yang layak dan tidak mencemari lingkungan.
Mengenal Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

Mengenal Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

26 Agustus 2022

Sosialisasi Misi Pelestarian Lingkungan yang digelar Tzu Chi Bandung pada Sabtu, 20 Agustus 2022 disambut antusias warga masyarakat di sekitar Aula Jing Si Bandung. Kegiatan ini diikuti oleh 19 relawan Tzu Chi bandung dan 23 masyarakat umum.

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -