Suara Kasih: Menyadari Kerentanan Bumi

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

 

Runtuhnya gunung menunjukkan rentannya bumi
Menyucikan batin dengan bersikap rajin dan hemat
Mendoakan dunia bebas dari bencana dan hidup selaras dengan alam
Menghargai kehidupan dan mengasihi diri sendiri

Lihatlah Tiongkok yang dilanda bencana banjir. Saya sungguh khawatir melihatnya. Dulu di Xinjiang pada bulan Mei salju sudah jarang turun. Namun kini, salju masih turun lebat pada bulan Juni. Ini sungguh hal yang jarang terjadi. Kita juga melihat badai tropis Agatha yang melanda tiga negara pada saat bersamaan. Guatemala mengalami kerusakan sangat parah. Meski insan Tzu Chi Guatemala tidak banyak,namun mereka bekerja keras untuk menyalurkan bantuan.

Pada tanggal 16 Mei lalu,kita mengadakan penyaluran bantuan materi bagi korban bencana kekeringan di sana. Beberapa hari kemudian, bencana banjir menimpa mereka. Jadi, para relawan kembali bergerak untuk meninjau lokasi dan menyalurkan bantuan. Anggota komite, Tzu Cheng, dan relawan yang bersumbangsih tak lebih dari 30 orang. Asalkan ada tekad, maka akan ada kekuatan. Mereka kembali meninjau lokasi bencana dan menyalurkan bantuan. Kesulitan yang mereka hadapi adalah jalanan yang sangat sulit dilalui karena lokasi bencana adalah wilayah pegunungan yang berjarak sekitar 1 jam dari ibu kota. Mereka menempuh perjalanan yang sangat sulit. Ketika ingin masuk ke lokasi tersebut, banyak polisi datang menghadang karena orang tak berkepentingan dilarang masuk. Insan Tzu Chi menunjukkan kartu identitas dan menjelaskan bahwa mereka bermaksud memerhatikan kondisi korban bencana. Polisi setempat pun lalu memahami bahwa mereka adalah relawan dari organisasi amal sehingga mereka mengizinkan insan Tzu Chi memasuki lokasi tersebut.

Kepala sekolah setempat memandu relawan Tzu Chi melihat kondisi sekitar yang sangat parah. Wilayah di bawah gunung merapi mengalami kerusakan sangat parah karena gunung merapi tersebut pernah meletus sehingga tanah di daerah sekitarnya mudah longsor. Bencana kali ini mengakibatkan kerusakan sangat parah. Insan Tzu Chi mengunjungi tempat pengungsian dan bersimpati melihat mereka. Insan Tzu Chi mulai mempersiapkan kebutuhan sehari-hari bagi para korban bencana. Saya sungguh berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Di mana pun bencana terjadi, mereka akan segera bergerak. Terlebih lagi menjelang penyaluran bantuan materi. Insan Tzu Chi membimbing relawan setempat yang belum berpengalaman. Mereka harus mendapatkan arahan terlebih dulu.

 

Insan Tzu Chi juga berbagi tentang budaya humanis Tzu Chi. Contohnya, para relawan harus bersumbangsih dengan penuh ketulusan. Orang yang tertimpa bencana juga menderita secara batin. Karena itu, kita tak hanya memberikan bantuan materi, namun juga menenangkan batin mereka. Untuk menenangkan batin mereka, perilaku kita sangatlah berperan penting.  

Kita harus menunjukkan rasa hormat ketika memberikan bantuan kepada korban bencana. Inilah cara untuk menenangkan batin mereka. Setelah mendapatkan bimbingan dan pengarahan, barulah mereka mulai menyalurkan bantuan. Bencana alam terjadi akibat ketidakselarasan empat unsur, yakni unsur tanah, air, api, dan udara. yakni unsur tanah, air, api, dan udara. Ketidakselarasan unsur alam ini mendatangkan banyak bencana di dunia. Buddha pernah berkata bahwa segala hal mengalami proses pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Bahkan gunung besar pun dapat runtuh.

Sungguh, proses pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran telah kita saksikan. Kita tidak hanya mendengar, namun telah menyaksikan sendiri bagaimana rentannya bumi ini. Melihat bencana yang terjadi di dunia, bukankah kita harus meningkatkan kewaspadaan? Kita harus senantiasa intropeksi diri. Bukankah saya sering berkata bahwa bencana berasal dari pikiran manusia? Hati manusia penuh dengan ketamakan sehingga perindustrian terus berkembang dan pencemaran semakin meningkat. Bukankah setiap hari saya mengulas dan mengingatkan semua orang tentang ini? Setiap hari saya juga berkata bahwa kita tidak ada waktu lagi. Sungguh, ketamakan manusia terus terakumulasi “to live a life of indulgence have truly caused” Kesenangan hidup mereka dapat menyebabkan seluruh bumi mengalami kerusakan dan pencemaran sehingga atmosfer bumi bagai berlubang. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana cara menyelamatkan bumi? Satu-satunya cara adalah menyelaraskan hati manusia dan membimbing mereka untuk hidup rajin, hemat, dan tahan cobaan.

 

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengendalikan keinginan. Saya sering berbicara tentang pelestarian lingkungan. Saya berharap semua orang dapat saling menginspirasi dengan memulainya dari diri sendiri. Jika tak memulai terlebih dahulu dan menjadi teladan, bagaimana kita dapat menginspirasi orang lain? Pelestarian lingkungan sangatlah penting.

 

Selain melindungi bumi, kita juga harus menjaga hati dan pikiran serta kesehatan kita. Kita harus memurnikan hati dan bebas dari segala ketamakan dan ketidakpuasan. Kita harus sungguh menjernihkan batin. Kita juga harus menjaga kesehatan tubuh dengan bervegetarian. Karena itu, kita sering mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Kita harus menghargai kehidupan sekaligus melindungi diri dari pencemaran. sekaligus melindungi diri dari pencemaran. Bumi ini telah tercemar. Bagaimana mungkin hewan-hewan tidak ikut tercemar?

Lihatlah Teluk Meksiko yang telah tercemar. Mungkinkah makhluk hidup di dalamnya tidak ikut tercemar? Jadi, pencemaran hasil perbuatan manusia akan kembali kepada manusia lagi. Bukankah makhluk hidup yang telah tercemar dimakan oleh manusia dan masuk ke dalam tubuhnya? Sesungguhnya, bumi menyediakan banyak makanan bagi manusia. Mengapa kita harus memakan daging makhluk hidup lain? Kita harus sungguh-sungguh mengingatkan diri sendiri dan membangkitkan cinta kasih. Membangkitkan cinta kasih berarti kembali pada hakikat kebuddhaan yang telah ada saat kita dilahirkan. Semoga kita dapat hidup selaras dengan alam sehingga bumi penuh kedamaian. Singkat kata, kita harus menjaga hati dan pikiran serta berusaha menyucikan hati manusia. Mengasihi berarti bersedia bersumbangsih tanpa pamrih. Bumi dan semua makhluk hidup di dunia ini membutuhkan cinta kasih. Karena itu,kita harus mengasihi bumi dan menghargai semua makhluk hidup sehingga diri kita sendiri juga terlindungi. (Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan)

 
 

Artikel Terkait

Bulan Bakti, Bervegetaris, dan Melindungi Bumi

Bulan Bakti, Bervegetaris, dan Melindungi Bumi

15 September 2017
Rasa haru, ungkapan kasih tanpa kata, senyuman, maupun derai air mata menghiasi suasana pagi itu di Aula Jing Si lt.3, Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara. Sebanyak 250 orang, terdiri dari relawan Tzu Chi dan masyarakat umum, ikut dalam prosesi bakti orang tua.
Perhatian Untuk Para Dai dan Guru Ngaji di Kota Medan

Perhatian Untuk Para Dai dan Guru Ngaji di Kota Medan

15 Mei 2020

Wabah Covid-19 berdampak ke semua lapisan masyarakat dan juga ke semua umat beragama. Untuk itu Tzu Chi Medan memberikan bantuan berupa 500 paket sembako (beras 5 kg dan 1 dus mi instan) kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, Rabu 13 Mei 2020. Bantuan ini diberikan kepada para guru ngaji dan dai (pendakwah) di berbagai daerah di Kota Medan.

Baksos Kesehatan Umum Keliling bagi Orang Tua Lanjut Usia

Baksos Kesehatan Umum Keliling bagi Orang Tua Lanjut Usia

15 Maret 2019

Sebanyak 11 relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Kalimantan Selatan 2 menggelar bakti sosial Kesehatan Umum keliling yang khusus ditujukan bagi orang tua lanjut usia, 20-21 Februari 2019.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -