Suara Kasih: Menyadari Ketidakkekalan Hidup

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Menyadari Ketidakkekalan Hidup dan Membangkitkan Ikrar Luhur

Korban bencana di Pesisir Timur Amerika Serikat tengah menunggu bantuan
Kehangatan cinta kasih menghalau rasa dingin
Petani kurang mampu giat menciptakan berkah
Menyadari ketidakkekalan hidupdan membangkitkan Empat Ikrar Agung Bodhisattva

“Saya tidak ingin menangis, tetapi saya kehilangan rumah saya. Semua orang saling membantu. Para warga dari Broad Channel membawa semua barang, pakaian, dan makanan yang masih mereka miliki ke sini. Semua orang saling membantu, tetapi segala sesuatu menjadi sangat sulit jika tak ada aliran listrik. Segala sesuatu menjadi sangat sulit. Kemarin malam kami merasa kedinginan. Saya mencoba memasak air, tetapi kita tak bisa membiarkan air terus mendidih saat sedang tidur. Begitu air panas dimatikan, suhu udara terasa sangat dingin. Kami hanya bisa menunggu bahan bakar dan aliran listrik. Kami tak bisa menyalakan mesin penghangat ruangan tanpa aliran listrik dan juga bahan bakar. Jadi, kami hanya bisa menunggu aktivitas kami bisa kembali normal,” kata seorang warga.

Pascabadai Sandy, kita dapat melihat banyak rumah yang tak mendapatkan pasokan listrik. Meski aliran listrik sudah kembali normal secara perlahan-lahan, tetapi masih banyak rumah yang mengalami pemadaman listrik. Di tengah cuaca yang dingin ini, banyak warga hidup tanpa aliran listrik dan tanpa mesin penghangat ruangan. Selain itu, genangan air dan terpaan angin ribut juga mengakibatkan banyak orang kehilangan tempat tinggal. Melihat rumah mereka yang rusak parah, kita sungguh merasa tak berdaya. Bagaimana mereka menghimpun kekuatan? Tanpa tenaga listrik, segala sesuatu tak bisa digerakkan, kekuatan manusia juga sangat terbatas.

Pada zaman sekarang ini, sangat sedikit orang yang bekerja sebagai tenaga kerja kasar. Karena itu, untuk membersihkan lingkungan hidup, bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Akan tetapi, kita dapat melihat para insan Tzu Chi bekerja tanpa henti selama beberapa hari ini. Mereka terus berdiskusi demi mencari cara yang lebih cepat untuk membantu para korban bencana agar lebih cepat menerima bantuan dan memulihkan kehidupan mereka. Inilah semangat Bodhisatwa dunia. Setiap orang merasa sangat panik dan iba terhadap para korban bencana. Dengan tenaga yang terbatas, mereka tetap berusaha keras untuk membantu.

Kita juga dapat melihat berita tentang Long Island. Saat mendengar nama Long Island, orang-orang selalu refleks berkata, “Oh, itu tempat tinggal orang kaya.” Ya. Sebagian besar warga di sana adalah kelas menengah ke atas. Akan tetapi, bencana alam tidak berperasaan. Saat diterpa angin ribut dan hujan lebat, rumah mereka juga tetap tergenang banjir. Tanpa aliran listrik, bahan bakar, dan air, berbagai sendi kehidupan warga setempat juga menjadi lumpuh total. Meski pemerintah setempat sangat makmur, mereka tetap membutuhkan tenaga manusia untuk menyalurkan bantuan. Karena itu, insan Tzu Chi menghubungi pemerintah setempat untuk turut membantu dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah guna membagikan selebaran pengumuman agar para warga mengetahui layanan bencana yang tengah diadakan oleh pemerintah.

Pada saat yang bersamaan, para insan Tzu Chi juga melakukan survei untuk mencari tahu bantuan yang bisa kita berikan. Melalui kegiatan penyurveian itu, mereka mengetahui bahwa bantuan yang paling dibutuhkan saat ini adalah makanan dan sup hangat. Untuk menyalurkan bantuan, kita membutuhkan tenaga manusia dan barang bantuan. Karena itu, Kepala Sekolah Lin dari Sekolah Budaya Humanis Tzu Chi di Long Island segera mengundang para orang tua siswa untuk turut membantu. Para orang tua siswa yang menerima kabar ini merasa sangat tersentuh dan segera datang untuk membantu.

Sungguh, semakin banyak orang, kekuatan kita semakin bertambah. Mereka segera bergerak untuk mengantarkan makanan hangat. Pada kehidupan sehari-hari, kita harus giat menggalang Bodhisatwa dunia. Dengan kekuatan yang besar, barulah bantuan kita bisa tersebar luas. Meski kekuatan kita sangat kecil, namun asalkan ada banyak orang, kekuatan yang terhimpun juga akan menjadi sangat besar. Melihat kondisi di Amerika Serikat saat ini, kita semakin percaya pada prinsip butiran padi bisa memenuhi lumbung dan tetesan air bisa membentuk sungai.

Kita dapat melihat petani di Myanmar yang bernama U Win Tun. Dia adalah petani yang hidup kekurangan dan menderita penyakit. Setelah mendengar insan Tzu Chi berbagi bahwa himpunan donasi bisa membantu orang yang membutuhkan, dia mulai menyisihkan segenggam beras setiap kali sebelum memasak nasi. “Dia sangat bersikeras. Beras yang dia sisihkan sudah ada setengah guci plastik. Sayangnya, dia meninggal dunia akibat menderita penyakit. Sebelum meninggal dunia, dia tidak berpesan apa-apa. Dia hanya mengingatkan saya agar jangan lupa menyisihkan segenggam beras,” kata istri U Win Tun.

Inilah kekuatan cinta kasih. Jadi, berbuat baik bukan hanya hak orang berada. Meski hidup kekurangan, dia tetap ingin membantu orang. Bahkan saat akan mengembuskan napas terakhir, dia masih berpikir untuk menyisihkan segenggam beras demi membantu orang lain. Inilah kehidupan yang paling indah. Makna kehidupan kita bergantung pada kekuatan cinta kasih kita.

 

 

Kita juga dapat melihat di Thailand. Sebuah komunitas di Provinsi Samut Prakan dilahap kobaran api akibat arus pendek. Kobaran api tiba-tiba melahap permukiman kumuh setempat. Insan Tzu Chi juga segera menyurvei lokasi, membagikan bantuan, dan menghibur para korban. Jika setiap orang memiliki cinta kasih dan semangat solidaritas yang tinggi, maka di mana pun terjadi bencana, mereka akan bisa segera berkumpul dan menghimpun kekuatan. Karena itu, saya sering berkata bahwa dalam keseharian, kita harus giat menggalang Bodhisattva dunia. Di dunia ini, setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Semoga setiap orang bisa menggalang satu Bodhisatwa. Kita harus terus mengembangkan kekuatan cinta kasih agar bisa semakin tersebar luas dan jauh.

Bukankah saya sering berkata bahwa Buddha datang ke dunia demi menyelamatkan semua makhluk? Salah satu dari Empat Ikrar Agung Bodhisatwa adalah menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas. Selama melatih diri, Beliau terus megembangkan kekuatan cinta kasih-Nya. Selama-lamanya, Beliau berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk. Setelah mencapai kebuddhaan, Beliau memberi tahu semua murid-Nya tentang Empat Ikrar Agung yang Beliau bangun pada saat melatih diri. Beliau juga membimbing semua makhluk untuk membangun ikrar yang sama. Ini karena manusia terus terbelenggu oleh nafsu ketamakan sehingga terus merusak bumi dan menciptakan polusi.

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha telah memprediksi bahwa pada masa sekarang ini, empat unsur alam akan menjadi tidak selaras, pikiran manusia juga akan lebih tidak selaras. Ini karena dunia ini telah dipenuhi Lima Kekeruhan. Akan tetapi, Buddha terus menekankan agar setiap orang membangkitkan cinta kasih. Dengan menghimpun cinta kasih, saat terjadi bencana, akan ada orang yang bergerak untuk mencurahkan cinta kasih. Pada masa penuh kekeruhan ini, kita bisa membuktikan ketidakkekalan yang diajarkan oleh Buddha. Di tengah ketidakkekalan hidup ini, kita bisa melihat kebenaran tentang penderitaan dan kekosongan. Empat Kebenaran Mulia telah terpampang di hadapan kita, karenanya kita harus meningkatkan kewaspadaan. Kita juga harus meyakini ajaran yang dibabarkan oleh Buddha. Kita harus menggalang Bodhisatwa dunia. Dengan menyelaraskan hati manusia, barulah kita bisa sungguh-sungguh menyelaraskan empat unsur alam. Ini adalah hal yang sudah pasti. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Gathering Relawan 3 in 1

Gathering Relawan 3 in 1

18 Juli 2011
Divisi 3 in 1 termasuk dalam salah satu misi Tzu Chi, yaitu misi budaya kemanusiaan, oleh karena itu kegiatan ini mengangkat tema Budaya Humanis yang Benar, Bajik, Indah, Menyucikan Hati Manusia.
Berbagi Sukacita dalam Dharma

Berbagi Sukacita dalam Dharma

03 April 2024

Triana mengajak 15 partisipan menyelami intisari yang terkandung dalam video Master Cheng Yen Bercerita berjudul “Roti Khayalan”. Berkisah tentang dua sahabat baik yang melakukan perjalanan wisata bersama. Namun di tengah perjalanan, mereka malah saling berkelahi.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -