Suara Kasih : Menyebarkan Ajaran Kebajikan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menyebarkan Ajaran Kebajikan
Lewat Kata Perenungan
 

Inti ajaran Buddha tidak terlepas dari pikiran
Bodhisatwa dunia  memiliki ikrar agung
Menyebarkan ajaran kebajikan lewat Kata Perenungan Jing Si
Menyelami Dharma dan berjalan di jalan yang benar

Ajaran Buddha sungguh dalam dan menakjubkan, namun tak terpisah dari kehidupan sehari-hari. Dalam segala hal di kehidupan kita, kita dapat merasakan relevansi dengan ajaran Buddha. Jika dapat berpikir demikian, jarak kita dengan Buddha akan semakin kecil dan kita akan semakin dekat dengan Buddha. Jadi, apakah Dharma berada sangat jauh dari kita atau senantiasa ada di sekeliling kita, semuanya tergantung apakah pikiran kita sejalan dengan Dharma ini.

Kita insan Tzu Chi, bukankah merupakan contoh nyata? Insan Tzu Chi berkegiatan setiap hari. Dengan berkumpul bersama sesama orang baik dan bertutur kata baik, tekad kita melatih diri tak akan pudar. Kita saling mendukung serta saling memberi dorongan dan semangat. Alangkah indahnya. Insan Tzu Chi berbagi dengan berbagai cara baik di Taiwan maupun di negara-negara lain.

Ada seorang wanita bernama Elizabeth. Pada bulan September 2009, ia bepergian ke Suzhou, Tiongkok dan menginap di Hotel Shangri-La. Di sana ia menemukan sebuah buku Jing Si Aphorisms. Buku Jing Si Aphorisms ini berisi Kata Perenungan yang ditulis dalam empat bahasa. Setelah membacanya, ia menyukai buku ini. Ia sungguh menyukai buku ini. Setelah membelinya, ia sungguh-sungguh membacanya dan memberi banyak tanda di dalamnya. Ia merasa setiap kalimat dalam buku ini sangat berguna bagi kehidupannya. Karena itu, ia amat menyukai buku ini.

Di awal tahun ini, ia melewati salah satu momen penting hidupnya. Ia resmi menikah pada awal tahun ini. Dalam upacara pernikahan di Amerika Serikat, ada kebiasaan memberi cendera mata kepada para tamu yang datang mendoakan. Untuk itu, ia menghubungi kantor Tzu Chi di AS dan memesan 60 buah buku Jing Si Aphorisms.

Buku ini sangat bermakna, berisi tentang kehidupan serta cara menjalaninya dan fakta bahwa hidup penuh dengan kesempatan. Dan buku ini membuka banyak kesempatan. Ia membantu manusia menjalani hidup dan membuat mereka dapat membuka mata di kala mata mereka tertutup. Itulah alasan Elizabeth memilih buku ini sebagai cendera mata bagi para tamu. “Buku ini telah menjadi bagian dari hidup saya, dan saya rasa ini akan bermanfaat bagi mereka,” ucapnya.

Kabarnya, para kerabatnya yang tak dapat hadir pada hari pernikahan itu juga meminta buku tersebut setelah mendengar ia membagikannya sebagai cendera mata. Singkat kata, ia telah memperkenalkan Tzu Chi kepada para sahabat dan keluarganya. Ini adalah sebuah jalinan jodoh yang baik. Setiap orang memiliki jalinan jodoh yang unik dalam bergabung dengan Tzu Chi.

Lihatlah Myanmar. Di sana jalinan jodoh ini matang 2 tahun lalu. Sejak jalinan jodoh ini matang, insan Tzu Chi tak pernah meninggalkan Myanmar. Selain memberi bantuan materi, insan Tzu Chi juga berbagi Kata Perenungan baik dalam bentuk pembatas buku maupun lembaran kartu yang dimasukkan ke dalam tas bantuan. Orang-orang merasa ini sangat berguna. Bahkan para bhiksu di wihara melihat Kata Perenungan ini sangat bermanfaat dan menempelkannya di dinding wihara. Selama lebih dari dua tahun ini, Kata Perenungan Jing Si mendapat sambutan yang baik di Myanmar. Mereka juga mengadakan kelas Kata Perenungan. Karena Tzu Chi belum pernah menerjemahkan Kata Perenungan ke dalam bahasa Myanmar, maka insan Tzu Chi menjelaskan secara lisan dan hadirin mendengarkan dengan sepenuh hati. Mereka merasakan sukacita setelah mendengarnya.

Salah seorang guru yang hadir berkata, “Saya sudah membaca banyak buku, namun belum pernah sebahagia hari ini, saat saya membaca kalimat yang berbunyi, ‘Yang paling sulit terlihat oleh manusia adalah diri sendiri.’ Kalimat ini membuat saya berintrospeksi dan bertekad mengubah diri sendiri.” Saudara sekalian, apakah kalian semua setuju? Kita selalu dapat melihat kesalahan orang lain, kekeliruan orang lain, atau kebodohan orang lain. Kita selalu menilai orang lain dan jarang melihat pada diri sendiri. Inilah yang paling sulit.

Karena itu, guru tersebut mengatakan bahwa Kata Perenungan tadi sungguh bermanfaat, membuatnya berintrospeksi dan mengubah diri sehingga dapat mengajar lewat teladan nyata. Inilah yang ia rasakan. Kepala sekolah pun menginginkan agar anak-anak diajarkan Kata Perenungan Jing Si. Semoga mereka dapat menginspirasi orang tua sehingga keharmonisan masyarakat tercipta dan semua manusia di dunia dapat saling membantu dan mengasihi. Mereka merasa bahwa Kata Perenungan dapat menginspirasi orang untuk menyadari kebenaran secara mendalam dan mengubah kehidupan mereka.

Kita juga melihat di Malaysia insan Tzu Chi dan Tzu Ching melakukan hal yang sama. Selama bertahun-tahun mereka telah mensosialisasikan Kata Perenungan di tengah masyarakat. Kita dapat melihat insan Tzu Chi begitu giat dan penuh sukacita. Hambatan apapun yang dihadapi, mereka tak pernah berhenti berusaha. Bagaimana pun sikap orang terhadap mereka, mereka tidak pernah berkeluh kesah maupun menyesal. Mereka menganggapnya sebagai pelatihan diri. Terkadang, saat melihat mereka, orang segera menutup pintu rumahnya. Namun, insan Tzu Chi tetap ramah dan berbicara dari balik pintu.

Lihatlah, mereka sungguh mempraktikkan paramita kesabaran dan semangat. Demi memberikan dana Dharma, mereka rela melakukan ini. Saya sungguh tersentuh. “Kadang buku yang kita baca sangat tebal, dan kita lupa isinya setelah selesai membaca. Lain dengan Kata Perenungan ini, meski singkat, saya belajar banyak prinsip hidup darinya,” kata seorang warga Malaysia. “Kata-kata yang baik ini dapat menginspirasi orang untuk berbuat baik. Ya, saya suka Kata Perenungan ini. Kalian berniat untuk mendidik banyak orang,” kata seorang warga lainnya.

Sosialisasi Kata Perenungan dari rumah ke rumah adalah tekad insan Tzu Chi di Kaohsiung pada Tahun Baru Imlek kali ini. Target mereka tahun ini adalah mengunjungi 100.000 keluarga untuk berbagi Kata Perenungan. Menyebarkan kata-kata inspiratif agar meresap ke dalam batin setiap orang adalah tekad yang harus dimiliki praktisi Buddhis. Inilah yang disebut mencerahkan diri sendiri dan orang lain. Saya sungguh bersyukur. Manusia yang dapat menyebarkan kebenaran, bukan sebaliknya. Untuk itu, kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk lebih banyak menyerap ajaran yang baik agar dapat menyucikan batin sendiri dan kemudian menyucikan batin orang lain. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

 “Wo Ciao Radiansyah”

“Wo Ciao Radiansyah”

30 Juni 2011
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.” Kata-kata yang sering diucapkan oleh almarhum Habib Saggaf, pendiri Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman
Mencintai Kedua Tangan

Mencintai Kedua Tangan

23 Desember 2010
Open House and Mother’s Day Celebration Sekolah Bhakti Utama, 18 Desember 2010, diadakan di Lindeteves Trade Center (LTC) Lt. 2, Hayam Wuruk, Jakarta. Acara tersebut merupakan satu bentuk ucapan terima kasih anak-anak atas kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh seorang ibu kepada mereka.
Berbagi itu Indah

Berbagi itu Indah

25 Mei 2021

Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Sumsel 1 membagikan 150 paket berbuka puasa dan berlebaran kepada petugas kebersihan di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -