Sui Mo Zhu Fu: Berbagi Berkah

Jurnalis : Agus Lee (Tzu Chi Batam), Fotografer : A khong, Jhony (Tzu Chi Batam)
 
 

foto
Pada tanggal 27 Januari 2013 di lantai 4 Pasific Palace Hotel Tzu Chi Batam kembali mengadakan acara pemberkahan akhir tahun.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. 2012 telah kita lalui. Tahun ini Tzu Chi Batam kembali mengadakan acara pemberkahan akhir tahun pada tanggal 27 Januari 2013 di lantai 4 Pasific Palace Hotel. 

Tahun lalu, para tamu diajak untuk melakukan pertobatan besar dan tahun ini dengan mengusung tema “Kehidupan Bersahaja Menumbuhkan Hati yang Berwelas Asih. Ketulusan dan Kebajikan Memupuk Cinta Kasih yang Bijaksana”, insan Tzu Chi diingatkan mengurangi sedikit keinginan dan menambah sedikit cinta kasih dalam keseharian, dengan hati penuh empati dan welas asih segera bersumbangsih, maka akan terhimpun kekuatan cinta kasih sampai nantinya dunia ini penuh dengan cinta kasih universal.

Tahun 2012 merupakan tahun yang sangat bersejarah bagi Tzu Chi Indonesia karena pada tanggal 7 Oktober 2012 diresmikan Aula Jing Si yang termegah di dunia. Aula Jing Si Indonesia yang merupakan hasil kerja keras dan sumbangsih dari para donatur sejak 19 tahun yang lalu Tzu Chi dibentuk di Jakarta. Dengan diputarnya video Peresmian Aula Jing Si Indonesia, acara Pemberkahan Akhir Tahun Batam dimulai.

Banyak bencana alam yang terjadi di tahun 2012 dan masih menyisakan banyak penderitaan bagi korban. Gambar-gambar mengharukan ditayangkan melalui video Kilas Balik Tzu Chi Internasional. Gambar tersebut menunjukan bagaimana relawan Tzu Chi selalu bersatu untuk membantu saudara-saudara yang sedang mengalami kesusahan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan ramah dan penuh senyuman, relawan berbincang satu sama lain sehingga rasa kekeluargaan tercipta begitu hangat  (kiri).
  • Satu demi satu tamu undangan menerima angpau berkah dari Master Cheng Yen sebagai wujud kewelas asihan melalui Angpao yang berasal dari royalti penjualan buku-buku yang ditulis oleh Master (kanan).

Adaptasi sutra “Dharma Bagaikan Air” 
Melalui isyarat tangan, 114 Bodhisatwa mendalami sutra “Dharma Bagaikan Air”. Latihan telah dimulai sekitar tiga bulan yang lalu. Salah satunya adalah Siti Shijie yang tidak bisa membaca baik bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia, “Saya belajar sedikit demi sedikit dengan menghafal. Suami saya juga memberikan dukungan dengan membeli sebuah telepon genggam kepada saya karena saya tidak memiliki telepon genggam dengan fasilitas menyimpan dan memainkan lagu,” ungkapnya.

Dan untuk pertama kalinya, Tzu Ching yang dibentuk sekitar satu tahun yang lalu juga ikut berikrar untuk beradaptasi Sutra dengan mementaskan “Berikrar dengan Tulus”. Disamping kerja dan kuliah yang harus mereka bebani, mereka juga harus meluangkan waktu untuk turut belajar isyarat tangan ini. Tidak hanya itu, mereka juga bertekad untuk vegetarian selama 108 hari.

Diputarnya video kilas balik Tzu Chi Batam menunjukkan bahwa di Batam ini juga ada sekelompok relawan yang membagikan kasihnya demi meringankan beban penderitaan orang-orang yang memerlukannya. Dengan adanya Bodhisatwa-Bodhisatwa ini, tempat yang berisi penderitaan menjadi tempat yang penuh kehangatan.

foto  foto

Keterangan :

  • Pada akhirnya, Tzu Ching mengajak para tamu untuk memperagakan lagu ‘Da Can Hui’ (Pertobatan Besar) sebagai penutupan acara (kiri).
  • Dalam Pemberkahan Akhir Tahun ini juga disediakan celengan bambu, relawan memasukkan koin cinta kasih sebagai wujud bersumbangsih dengan tulus (kanan).

“Baru hari ini saya tahu bahwa Tzu Chi melakukan begitu banyak kegiatan di dunia, mungkin saya yang tidak tahu saja kalau bisa memang bisa disebarkan untuk lebih banyak orang tahu,” kata Evan Lim, salah satu tamu undangan yang hadir. Dia juga bertekad untuk menjadi donatur regular Tzu Chi agar bisa membantu sesama.

Pemberkahan akhir tahun kali ini juga terasa berbeda dengan hadirnya para anggota Sangha dari berbagai Vihara di Batam yang turut memberkati jalannya acara ini. Para anggota Sangha sangat setuju terhadap apa yang dilakukan oleh insan Tzu Chi dalam menjalankan misi-misinya. “Berkat kewelas asihan Master Cheng Yen, kita dapat berkumpul di ruangan ini. Berkat kewelas asihan Beliau pula, semua murid-muridnya bisa bersatu dalam membantu orang-orang yang sedang mengalami kesusahan. Setiap ada bencana, siapakah yang hadir paling pertama? Orang Tzu Chi lah yang selalu hadir paling awal dan pulang paling terakhir,” kata Da He Fa Shi saat memberikan pemberkatan.

Menjelang berakhirnya acara, Master juga membagikan berkah dan wujud kewelas asihan melalui Angpao yang berasal dari royalti penjualan buku-buku yang ditulis oleh Master. “Dalam rancangan angpao yang sangat halus dan indah ini, di dalamnya terdapat gambar langit malam berbintang di kala Tzu Chi terbentuk dulu, perwujudan Sad Paramita (enam perbuatan luhur) dalam segala tindakan, tiga landasan pelatihan diri (Sila atau kemoralan, Samadhi atau konsentrasi dan Panna atau kebijaksanaan), serta dilimpahi dengan ungkapan berterima kasih dan pemberkatan dari Master Cheng Yen,” kata Fang Fang Shijie, pembawa acara yang berpasangan dengan Budi Shixiong saat memandu jalannya acara.

Sebagai penutup, para tamu undangan berdoa dan berikrar untuk masa mendatang dengan hati tulus dan penuh mawas diri. Pada akhirnya, Tzu Ching mengajak para tamu untuk memperagakan lagu ‘Da Can Hui’ (Pertobatan Besar). Bencana-bencana yang terjadi di dunia ini tidak lain disebabkan oleh manusia. Asal setiap orang mau bersumbangsih dengan cinta kasih, maka dengan bertambahnya keberkahan, tentu akan dapat mengurangi bencana di dunia dan terpupuk cinta kasih bijaksana sampai akhirnya dunia ini tetap aman dan selamat.

 

 
 

Artikel Terkait

Senyum Lebar Iqbal dan dr. Tonny

Senyum Lebar Iqbal dan dr. Tonny

19 Januari 2017

dr. Tonny Christianto begitu bahagia dan bersyukur melihat Iqbal Ramdani (17 tahun), pasien yang dulu pernah dirawatnya terlihat sangat sehat. Saat dr. Tonny, dr. Siska, perawat Yanto serta relawan Tzu Chi sampai juga di rumahnya, Iqbal bergegas mencium tangan mereka.

Harapan untuk Eka (Bag. 1)

Harapan untuk Eka (Bag. 1)

20 Oktober 2011
Dari hasil CT-scan yang lengkap itulah kemudian diketahui jika Eka terkena tumor otak. Tanpa berpikir dua kali, Ngatijo dan Subarni pun memutuskan untuk mengobati penyakit Eka hingga tuntas. Berbekal uang pesangon tersebut Eka pun kemudian menjalani operasi.
Pasca Banjir Jakarta: Untaian Cinta Kasih

Pasca Banjir Jakarta: Untaian Cinta Kasih

15 Februari 2013 Daerah yang dipilih kali ini dirasakan sangat tepat mengingat permukiman yang padat warga dan pada saat musibah banjir, wilayah ini terkena cukup parah dengan ketinggian 1-2 m.  Sebanyak 809 warga yang berobat pada baksos kali ini.
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -