Sui Mo Zhu Fu: Bisa Karena Tekad

Jurnalis : Apriyanto , Fotografer : Relawan Dokumentasi He Qi Barat, Timur, dan Utara
 
 

fotoGenderang sebagai awal pembuka di acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini menimbukan suasana semangat dalam diri.

Sayup-sayup lagu berirama sedang bermakna rohani yang hening sudah terdengar dari dasar lorong Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Tak berapa lama setelah lagu itu sayup, gendang pertobatan yang dimainkan oleh para relawan dan karyawan DAAI TV mulai ditabuhkan. Bagi mayoritas relawan Tzu Chi acara Pemberkahan Akhir Tahun merupakan momen ungkapan rasa syukur setelah satu tahun lamanya bersumbangsih di bidang sosial (kemanusiaan, pelestarian lingkungan, dan lainnya).

 

Pemberkahan Akhir Tahun juga merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh relawan dan donatur Tzu Chi, karena pada saat itu mereka akan menerima langsung angpau dan doa dari Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Dan di tahun 2012 ini acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 diadakan di Aula Jing Si Lt. 4, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Sabtu 14 Februari (sesi 1 dan 2) dan Minggu 15 Februari 2012 (sesi 1 dan 2).

Pada tahun ini relawan Tzu Chi juga menampilkan drama “Dharma Bagaikan Air”.  Sesunguhnya drama bukan sekadar pertunjukkan melainkan sebuah sejarah di mana para Bodhisatwa berkumpul menyelami Dharma. Karena makna dari drama itu adalah pertobatan besar yang sepatutnya dilakukan oleh semua insan manusia.

foto    foto

Keterangan :

  • Dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini relawan menampilkan sepenggal drama "Dharma Bagaikan Air" (kiri).
  • Thomas (jas hitam), di tengah kendala kesehatan yang dihadapinya berusaha keras agar ia tampil dengan baik di drama Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini (kanan).

Makna yang begitu dalam inilah yang membuat para pemain drama dengan sepenuh hati menjalani gaya hidup vegetarian selama 108 hari. Selain itu tekad membagikan Dharma terhadap sesama juga menjadi alasan bagi para pemain untuk mengatasi segala rintangan yang dihadapinya. Salah satunya adalah Thomas. Thomas yang berperan sebagai seorang pengusaha dalam drama Nafsu Keinginan Manusia Tak Terbatas tegar mengatasi rintangan batin yang dihadapinya. Lebih dari satu bulan yang lalu seorang pendamping hidupnya, sekaligus belahan jiwanya meninggal karena sakit kanker hati. “Kejadiannya begitu tiba-tiba. Saat terdeteksi, istri saya sudah menderita kanker stadium 4,” katanya. November 2011 adalah masa-masa yang sibuk sekaligus galau bagi Thomas. Setelah 19 hari merawat dengan penuh kasih, akhirnya di pertengahan bulan November sang istri pergi untuk selama-lamanya.

Sesungguhnya kesedihan Thomas sudah berada di titik nadir, namun pemahamannya pada Dharma dan makna kehidupan membuat ia menjadi ikhlas dan tabah menghadapi ujian ini. Namun belum rasa kehilangan itu sirna Thomas harus menghadapi ujian berikutnya – saraf di wajah sebelah kanannya terganggu. Setiap dua menit sekali Thomas tak mampu mengontrol tremor (gemetar) di wajahnya. Setelah memeriksakan diri ke dokter, penyakitnya belum juga bisa disembuhkan. Bahkan di pengobatan alternatif pun ia belum juga menemukan obatnya. Keadaan ini jelas mengganggu aktivitas Thomas, namun kondisi ini tak mematahkan semangat Thomas untuk tetap berperan di drama “Nafsu Keinginan Manusia Tak Terbatas”.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebagai insan manusia hendaknya kita tahu bersyukur dan berterima kasih. Pesan itu disampaikan dalam lagu "Gan Xie" yang dibawakan oleh murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng(kiri).
  • Sebanyak kurang lebih 1.500 peserta hadir dalam sesi pertama Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini (kanan).

Salah satu cara yang Thomas lakukan adalah dengan membuka lebar-lebar rahangnya, lalu mengkontraksikan ototnya sekuat mungkin. Selain cara pertama, Thomas juga memiliki teknik kedua untuk mengatasi tremornya, yaitu dengan cara memijat kuat-kuat otot rahang sebelah kanan. Kedua cara ini sesungguhnya tidaklah nyaman bagi Thomas, tapi tekad untuk bersumbangsih telah mengalahkan rasa sakit di dirinya. Maka selama beberapa kali menjalani latihan, Thomas harus tabah menghadapi semua ketidaknyamanan. Dengan demikian selama 5 menit menjalani pementasan ini ia bisa berakting tanpa terganggu  oleh tremor. “Untungnya selama pentas tremor saya tak keluar. Saya memang bertekad untuk tampil dengan baik dan itu berhasil,” katanya.

Selain  harus mengatasi kesulitan dalam dirinya, bagi Thomas pementasan ini juga bermakna arah hidup haruslah benar. Harus dengan sungguh-sungguh membangkitkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan, dan senantiasa mempertahankannya. Inilah inti dari pertobatan. Meskipun tremor mengganggu penampilannya, namun Thomas tak merasa kehilangan semangat dan kepercayaan dirinya. Terlebih lagi untuk bersumbangsih di Tzu Chi, Thomas berkeyakinan obat yang paling mujarab adalah tekad. “Dokter bilang belum ada obatnya untuk penyakit saya. Mungkin kekuatan tekad adalah obatnya,” ungkap Thomas.  

 

  
 

Artikel Terkait

Bedah Buku: Tidak Meremehkan Orang Lain

Bedah Buku: Tidak Meremehkan Orang Lain

13 Desember 2011 Sifat meremehkan orang lain serta tidak sanggup menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik darinya sehingga memberikan tekanan jiwa dan depresi. Ingatlah “di atas langit masih ada langit”, jadi kita tidak berhak untuk meremehkan orang lain.
Menebar Kasih Menggalang Hati di Tanjung Morawa

Menebar Kasih Menggalang Hati di Tanjung Morawa

26 Februari 2018
Tzu Chi Medan mengadakan acara ramah tamah di Kito Convention Hall, Tanjung Morawa, Selasa 20 Februari 2018. Selama setahun ini warga Tanjung Morawa sangat bersungguh hati mengumpulkan barang daur ulang.
Kebajikan dari Celengan Bambu

Kebajikan dari Celengan Bambu

18 November 2021

Seiring dengan penurunan level PPKM di Jakarta, berbagai aktivitas masyarakat di ibukota kembali bergeliat. Seperti penuangan celengan bambu yang kembali dilaksanakan di Mal Pluit Village pada Sabtu 13 November 2021.

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -