Sui Mo Zhu Fu: Pertobatan Besar

Jurnalis : Jennifer ( He Qi Barat), Fotografer : Dimin (HeQi Barat), Henry Tando, dan Stephen Ang(He Qi Utara), Roann (He Qi Barat).
 
 

fotoPemberkahan Akhir Tahun 2011 Tzu Chi Indonesia diselenggarakan sebanyak 4 sesi: 14 Januari 2012 (pkl. 14.00 dan 19.00 WIB) serta tanggal 15 Januari 2012 pukul (Pkl. 09.00 dan 14.00 WIB dengan jumlah undangan mencapai 2.000 orang setiap sesinya.

Setiap tahun, insan Tzu Chi di seluruh dunia menyelenggarakan acara pemberkahan akhir tahun, begitu pula halnya dengan insan Tzu Chi di Indonesia. Acara pemberkahan Akhir Tahun 2011 Tzu Chi Indonesia diselenggarakan pada tanggal 14 – 15 Januari 2012. Acara pemberkahan kali ini terasa sangat berbeda, karena untuk pertama kalinya diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, rumah baru insan Tzu Chi Indonesia.

 

 

 

Selain diadakan di Aula Jing Si, acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 yang mengusung tema ”Dharma Bagaikan Air yang Membersihkan Noda Batin, Bodhisatwa Mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas” menjadi sangat istimewa dengan dipentaskannya drama isyarat tangan Pertobatan Air Samadhi.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 Tzu Chi Indonesia diselenggarakan sebanyak 4 sesi, tanggal 14 Januari 2012 pukul 14.00 dan 19.00 WIB serta tanggal 15 Januari 2012 pukul 09.00 dan 14.00 WIB dengan jumlah tamu undangan yang hadir setiap sesinya mencapai rata-rata 2.000 orang. Para tamu undangan yang hadir dalam acara pemberkahan akhir tahun ini selain dari relawan Tzu Chi sendiri, juga para donatur, serta tamu undangan lainnya.

Dibuka dengan melantunkan Gatha Pendupaan, nyanyian yang mengundang kehadiran para Buddha dan Bodhisatwa membawa seluruh peserta pada suasana yang khidmat dan syahdu. Acara dilanjutkan dengan pemukulan genderang. Suara genderang bagaikan seruan yang menyadarkan umat manusia untuk kembali ke sifat hakiki yang setara dengan Buddha. Barisan insan Tzu Chi menaiki panggung dengan membawa pelita, menyanyikan gatha pembuka sutra yang dilanjutkan dengan lagu ’Sheng sheng shi shi dou zai pu ti zhong’ yang menjadi ikrar seluruh insan Tzu Chi untuk ’selama-lamanya berada di jalan Bodhisatwa’. Insan Tzu Chi berikrar untuk memperoleh kesadaran, mencari dan merenungkan kebenaran alam semesta serta terjun membimbing semua makhluk di dunia.

Dalam kilas balik Tzu Chi International maupun Tzu Chi Indonesia yang ditampilkan saat acara Pemberkahan Akhir Tahun, terlihat begitu banyak bencana yang sudah terjadi selama tahun 2011 dan insan Tzu Chi di Indonesia maupun seluruh dunia selalu terjun untuk memberikan bantuan.

foto    foto

Keterangan :

  • Dharma bagaikan air yang mencuci kekotoran batin manusia. Sutra Pertobatan Air Samadhi yang ditulis oleh Biksu Wu Da beratus-ratus tahun yang lalu dibawakan dalam bentuk drama oleh relawan Tzu Chi (kiri).
  • Salah satu adegan dalam drama "Nafsu Keinginan Manusia Tak Terbatas" yang dibawakan oleh para relawan untuk mengingatkan pentingnya bersyukur dan berpuas diri (kanan).

“Saya sangat terkesan, insan Tzu Chi kalau datang di tempat bencana itu datang paling awal pulang paling akhir,” kata Erma, salah satu tamu undangan yang hadir. Menurutnya acara Pemberkahan Akhir Tahun kali ini sangat bagus dan menyentuh.

Hal serupa juga disampaikan oleh Suster Perawat Mimin dan Ai yang datang bersama rombongan tim medis. “Ini bukan pertama kalinya kami menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi, tapi kali ini kesannya berbeda, mungkin karena diselenggarakan di Aula Jing Si sehingga nuansanya berbeda dan lebih nyaman. Kami merasa acara kali ini lebih dalam dan lebih menyentuh, terutama saat melihat kilas balik kegiatan Tzu Chi,” ungkapnya. 

Dharma Bagaikan Air
”Seluruh manusia pada dasarnya sama, semua memiliki sifat hakiki yang setara dengan Buddha, namun keserakahan, kebencian dan kebodohan telah menutupi sifat murni ini, bagaikan cermin yang tertutup oleh debu,” demikian diutarakan oleh pembawa acara, Wen Yu Shijie mengawali penampilan bahasa isyarat tangan Sifat Hakiki Setara dengan Buddha yang dibawakan dengan sangat indah dan menyentuh oleh para relawan Tzu Chi.

Dalam kehidupan ini kita sangat membutuhkan air, demikian halnya dengan batin kita juga membutuhkan siraman air Dharma. Dharma bagaikan air yang mencuci kekotoran batin manusia. Sutra Pertobatan Air Samadhi ditulis oleh Biksu Wu Da beratus-ratus tahun yang lalu. Kisah asal usul Sutra Pertobatan Air Samadhi ini dibawakan dalam bentuk drama oleh relawan Tzu Chi. Selain drama kisah Biksu Wu Da, ditampilkan pula drama yang memperlihatkan bagaimana sifat dasar manusia yang dipenuhi dengan keinginan dan tidak pernah puas. Keinginan yang tidak terpenuhi hanya akan mendatangkan ketidakpuasan dan penderitaan. Setiap manusia hendaknya dapat bersyukur dan merasa puas diri, barulah dapat merasakan kebahagiaan.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan dan peserta pemberkahan menyalakan lilin saat berdoa bersama menjelang berakhirnya acara (kiri).
  • Para tamu undangan yang hadir dalam acara pemberkahan akhir tahun ini selain dari relawan Tzu Chi sendiri, juga para karyawan (yayasan, DAAI TV, RSKB Cinta Kasih, Sekolah Tzu Chi) donatur, serta tamu undangan lainnya (kanan).

”Saya sangat senang bisa hadir hari ini, saya sangat tersentuh dengan acaranya, susah diungkapkan dengan kata-kata,” tutur Ye Siaw Ching, salah satu donatur yang hadir dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi ini, ”saya datang beramai-ramai, dengan suami, anak, menantu dan cucu saya. Anak saya juga relawan di Tzu Chi dan saya senang sekali anak saya bisa berada di Tzu Chi. Saya belum menjadi relawan, tapi kadang-kadang saya ikut kegiatan daur ulang di Depo Kosambi (Depo Daur Ulang He Qi Barat-red),” lanjutnya lagi.

”Tzu Chi Indonesia bisa berbuat seperti saat ini, semua tidak terlepas karena sumbangsih dari seluruh relawan Tzu Chi dan para donatur, untuk itu saya mengucapkan gan en kepada semuanya,” kata Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam sambutannya, ”semoga ke depannya, barisan insan Tzu Chi Indonesia dapat terus bertambah, sehingga dapat bersumbangsih lebih banyak lagi.” 

Nyala ribuan pelita memenuhi ruangan Aula Jing Si, bersamaan dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, yang diucapkan oleh seluruh peserta yang hadir dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun ini. Doa insan Tzu Chi selalu sama dari tahun ke tahun: menyucikan hati manusia, menciptakan masyarakat yang aman dan damai, serta dunia terhindar dari bencana. ”Dalam setiap acara pemberkahan akhir tahun selalu dibagikan angpau yang berasal dari royalti penjualan buku-buku karya Master Cheng Yen yang diterbitkan oleh Penerbit Jing Si. Meskipun angpau ini terasa ringan, namun makna yang terkandung di dalamnya sangatlah dalam. Dalam angpau ini terkandung berkah dari Master Cheng Yen dan juga pesan dari makna 3 benih padi di dalamnya, yaitu Sila, Samadhi dan Kebijaksanaan. Semoga setiap orang dapat senantiasa mengembangkan ketiganya di dalam kehidupan ini,” kata Agus Hartono, pembawa acara yang berpasangan dengan Wen Yu Shijie siang itu memandu jalannya acara.

Dengan dibagikannya angpau dari Master Cheng Yen ini maka berakhirlah acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 Tzu Chi Indonesia. Sebagai penutup acara para relawan Tzu Chi membawakan lagu ’Da Can Hui’ (Pertobatan Besar). Semoga setiap orang dapat menyerap Dharma dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari agar dunia senantiasa aman dan damai serta terbebas dari bencana.

 

Dalam era sekarang diperlukan pemahaman atas salah dan benar
Dalam masa penuh bencana diperlukan pembinaan welas asih Agung
Dalam era penuh kegelapan batin diperlukan kebijaksanaan agung
Dalam masa penuh kekacauan diperlukan pertobatan besar. (Pertobatan Besar)

 

  
 

Artikel Terkait

Pembagian Kupon Paket Lebaran untuk Warga Lansia di Cilincing

Pembagian Kupon Paket Lebaran untuk Warga Lansia di Cilincing

25 Juni 2016
Sabtu, 18 Juni, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Kelapa Gading, membagikan 1.000 kupon paket lebaran untuk warga lanjut usia (Lansia) di daerah Cilincing, Jakarta Utara.
Membangkitkan Hati Buddha

Membangkitkan Hati Buddha

31 Oktober 2011 Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan suku, bangsa, ras, dan agama. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -