Tekad Anak Kelas Budi Pekerti untuk Berdana
Jurnalis : Widiyanti (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Widiyanti &Jennie Phala murti (Tzu Chi Pekanbaru)Melalui tayangan video kisah nyata dalam Ceramah Master, diharapkan anak-anak dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
Jarak rumah yang jauh juga panas yang terik tak menyurutkan semangat anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru untuk menuntut ilmu. Pun dengan para orang tua yang mendampingi mereka belajar. Seperti biasa, kegiatan rutin bulanan yang kali ini digelar pada 2 Oktober 2016 dimulai dengan absensi kehadiran anak didik oleh duifu dari xie li masing-masing.
Melanie yang memandu kegiatan ini mengajak anak kelas Teratai memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen, orang tua dan para duifu. Setelah itu anak-anak menyanyikan lagu mars “Menyingsing Fajar Utama” sambil memperagakan isyarat tangan. Anak-anak dengan riang menggerakkan tangan dan orang tua yang menemani di bangku belakang juga tidak kalah antusias.
Pelajaran dimulai oleh Tishe dengan pertanyaan “Apa itu berdana?” Pertanyaan ini dipaparkan untuk mendalami materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yakni “Berdana bukan hak monopoli orang kaya, namun merupakan wujud persembahan kasih sayang yang tulus”. Tishe menjelaskan pengertian berdana, yang terbagi atas berdana materi dan non-materi. “Berdana materi dapat dilakukan dengan menyisihkan sedikit dari uang jajan. Sedangkan berdana non-materi dapat dilakukan dengan menyumbangkan tenaga. Misalnya dengan membantu membersihkan rumah ibadah,” jelas Tishe.
Martha (kiri) berjanji akan berdana non-materi yakni bersumbangsih tenaga membantu ibunya di rumah.
Anak-anak diajarkan membuat keset kaki dengan memanfaatkan baju bekas.
Tishe juga bercerita tentang seorang kakek yang telah menerima bantuan dari Tzuchi selama 40 tahun. Ia menyisihkan sedikit dari bantuan yang diterimanya setiap bulan dan akhirnya dapat berdana sebuah ranjang rumah sakit yang sama sekali tidak murah harganya. “Hal ini menunjukkan bahwa semua orang dari kalangan manapun dapat berdana,” tambah Tishe.
Tampak Anak-anak kelas Budi Pekerti menyimak dengan seksama penjelasan Tishe yang sangat menarik karena juga diselingi dengan humor ringan. Setelah materi selesai, Tishe mengajak anak kelas Teratai untuk sharing mengenai pendapat mereka tentang berdana. Salah satunya Martha yang kemudian berjanji akan berdana non-materi yakni bersumbangsih tenaga membantu ibunya di rumah dengan memotong cabe dan bawang. Anak Teratai lainnya, Diki bertekad akan selalu membahagiakan ibunya. Ibunda Diki yang mendengarkan pengakuan ini tersenyum bahagia. Buku kecil kumpulan Jing Si Yu pun diberikan kepada Martha dan Diki sebagai apresiasi atas keberanian mereka untuk bersumbangsih dan membangkitkan tekad murni melakukan tindakan luhur.
Selanjutnya, anak Teratai diajak berkreasi dengan membuat keset kaki dari baju bekas. Anak-anak diajarkan untuk mengolah barang bekas menjadi barang yang bernilai dan dapat digunakan kembali. Ini juga sebagai salah satu wujud cinta kasih kepada lingkungan. Baju bekas dipotong-potong menjadi untaian kain yang sangat panjang, setelah itu dijalin secara apik ke jari-jari kain yang telah dirangkai pada hulahup. Anak-anak diarahkan untuk bekerja sama dalam menjalin kain-kain tersebut, sehingga dalam waktu yang cukup singkat bentuk keset kaki pun sudah mulai terbentuk. Anak-anak tampak senang dan merentangkan hasil karya ketika hendak diabadikan ke dalam foto.
Kelas budi pekerti pun ditutup dengan dengan Jing Si Yu “Seberapa banyak cinta kasih yang Anda sumbangkan, sebanyak itu pula cinta kasih yang akan Anda dapatkan.”
Artikel Terkait

Menghargai Berkah, Memanfaatkan Air dengan Bijaksana
02 Agustus 2018
Keceriaan dalam Penutupan Akhir Tahun Kelas Budi Pekerti
29 November 2024Penutupan Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban di Medan berlangsung meriah dengan diadakannya Lomba Memasak Vegan. Sebuah momen yang seru yang mana para ibu dan buah hatinya bekerja sama menyajikan hidangan yang lezat.
.jpg)
Harapan Baru Kelas Budi Pekerti
26 Agustus 2016Minggu, 21 Agustus 2016, Kelas Budi Pekerti dibuka kembali oleh tim pendidikan Tzu Chi Batam. Pada tahun ajaran yang baru ini, jumlah murid terus mengalami pertumbuhan, hingga mencapai 326 orang. Mereka pun dibagi dalam kelas Xiao Tai Yang (siswa kelas budi pekerti TK dan SD) dan Tzu Shao ( siswa kelas budi pekerti SMP).