Tempat yang Baik untuk Melatih Toleransi

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Ivana
 
foto

Walaupun berbeda-beda agama, etnis dan suku, para karyawan DAAI TV berbuka puasa bersama dengan penuh keakraban dan penuh toleransi.

“Saya dah hampir 2 tahun bekerja di DAAI TV di bagian drama. Sebelum membuat drama, kita melakukan riset berbagai karakter orang. Yang membuat terkesan, ketika mengerjakan drama pasti kisahnya ada sangkut pautnya dengan Tzu Chi dan bisa memahami tujuan dari Yayasan Tzu Chi yang tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, maupun golongan,” kata Titin, karyawan DAAI TV dalam acara sharing menjelang buka puasa bersama karyawan DAAI TV Indonesia.

Rabu, 10 September 2008, DAAI TV Indonesia mengadakan acara buka puasa bersama di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Acara ini diikuti oleh sekitar 80 karyawan dari masing-masing divisi program yang ada. Turut hadir dalam acara tersebut CEO DAAI TV Hong Tjhin, Wen Yu (presenter tamu), serta Sugianto Kusuma dan istri mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

DAAI TV sendiri merupakan bagian dari keluarga besar Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan banyak perbedaan etnis, ras, suku dan agama. Meski demikian, tetap tidak menghalangi kebersamaan di antara para pimpinan dan karyawan DAAI TV dalam hal bertoleransi dan bekerja sama dalam menghasilkan program-program yang baik. “Meski berlainan agama, kepercayaan dan aliran, tapi kita bisa berkumpul dan bekerja sama karena ada suatu kesamaan, ajaran yang baik, bagaimana kita bisa peduli dan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan,” kata Hong Tjhin.

foto  foto

Ket : - Para karyawan DAAI TV menuturkan pengalamannya selama bekerja di DAAI TV. Pimpinan DAAI TV
           berpesan agar para karyawan memahami visi dan misi Tzu Chi sehingga bisa memahami visi misi DAAI TV
           juga. (kiri)
         - Menu vegetarian yang sehat dan mengundang selera melengkapi acara buka puasa bersama yang indah.
           Memberikan asupan nutrisi yang baik setelah seharian melatih diri menahan lapar dan haus. (kanan)

Sementara Sugianto Kusuma menyampaikan harapannya agar para karyawan di DAAI TV dapat memahami dan mengerti visi dan misi Tzu Chi. “Dengan memahami tujuan DAAI TV didirikan, baru kita bisa bersama-sama menampilkan tayangan yang menjadi aliran jernih di Indonesia,” kata Sugianto yang merupakan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Dalam sharing, beberapa karyawan juga menyampaikan pendapat dan pengalamannya selama bekerja di stasiun TV yang memegang prinsip “Benar, Bajik, dan Indah” itu. “Kehidupan beragama di sini (DAAI TV –red) cukup kondusif, dimana sharing dari Master Cheng Yen setelah kita menyimak, itu merupakan suatu hal yang universal. Karena di tempat ini multi kultur, etnik dan agama, merupakan suatu tempat yang baik untuk melatih toleransi,” kata Sapto, kameraman program Refleksi. Ungkapan senada datang dari Awaludin dari program Mata Hati. “DAAI TV terdiri dari berbagai etnis dan agama. Di sinilah kita belajar bertoleransi dalam bekerja, beribadah dan beraktivitas,” kata Awaludin.

Usai sharing yang dimulai sejak pukul 17.30 hingga 18.00, tibalah waktunya untuk berbuka. Berbagai penganan kecil, besar, minuman, dan buah-buahan sudah disediakan oleh para relawan Tzu Chi sebagai hidangan berbuka puasa. Perbedaan yang ada bukanlah halangan untuk bekerja sama, tetapi justru perbedaan ini bisa menjadi aset yang bernilai dan menjadi kekuatan yang besar untuk mencapai tujuan, menebar cinta kasih universal.

 

Artikel Terkait

Menebar Cinta Kasih Melalui Kelas Budi Pekerti

Menebar Cinta Kasih Melalui Kelas Budi Pekerti

12 September 2018

Pengembangan nilai-nilai pekerti yang baik harus ditanamkan sejak usia dini. Seperti pada Kelas Budi Pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung kali ini, Minggu 9 September 2018 yang memberikan materi tentang mengasihi dan membantu orang lain.

Layanan Kesehatan di Pondok Pesantren

Layanan Kesehatan di Pondok Pesantren

12 Maret 2019

Bakti sosial kesehatan rutin di Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor kali ini jatuh pada 3 Maret 2019. Sebanyak 77 relawan He Qi Barat 2 dan 71 tim medis (dokter, perawat, dan apoteker) hadir melayani 1.284 santri maupun para guru dan pengurus pondok pesantren yang memeriksakan kesehatan mereka.

Pariaman, Sum-Bar: Menjaga Kesehatan Korban

Pariaman, Sum-Bar: Menjaga Kesehatan Korban

09 Oktober 2009 “Dengan baju basah, kami berlari menuju kuburan sana,” ucap Mursidah, sambil menunjuk ke arah sebuah lahan pekuburan yang memiliki dataran lebih tinggi dari tempat Mursidah berpijak. Mursidah mengaku sangat ketakutan, “Amak pikir hari itu kiamat sudah datang.”
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -