Tersenyumlah Selalu

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)
 
 

foto Semangat Elpina yang tinggi sewaktu menyambut kedatangan relawan Tzu Chi membuat mereka melupakan rasa capek setelah menempuh perjalan selama 4 jam dari Medan ke PRHJ Pematang Siantar.

“Ayo, mana senyumnya?” tanya Suster Xaveria kepada Elpina (9 tahun) yang merupakan salah satu pasien luka bakar yang dirawat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya (PRHJ). Melihat sapaan yang hangat dari Suster Xaveria, Elpina serta merta tersenyum lebar.

Elpina adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dari raut wajahnya, kita tidak akan pernah mengetahui betapa malangnya dulu nasib anak kecil ini. “Sewaktu berumur 2 tahun, dia bermain dengan kakak dan abangnya di ladang. Rupanya ada bekas sisa-sisa bakaran (pembakaran -red) rumput yang masih ada baranya. Tidak tahu dia ada itu (bara api), terjatuhlah ke dalam,” cerita sang ibu, Rania br. Payung. Karena jatuh tepat di atas bara api, telapak tangan kanan beserta kedua telapak kakinya terkena luka bakar yang cukup serius. Dikarenakan ketidakmampuan ekonomi keluarga, maka luka itu hanya diobati seadanya. Alhasil, luka bakar tersebut membuat ketiga anggota tubuhnya itu menjadi tidak sempurna.

Setiap tahun PRHJ kedatangan dokter-dokter bedah dari Belanda yang melaksanakan bakti sosial bagi pasien-pasien dari keluarga yang tidak mampu yang mengalami luka bakar. Sungguh beruntung, Elpina menjadi salah satu pasien yang dioperasi dan semuanya berjalan lancar. “Tak tega aku melihat Elpina ini. Makin besar dia. Makanya aku perjuangkan dia kemari,” ujar Rania dengan mata yang berkaca-kaca. Rania harus menempuh perjalanan selama 3 (tiga) jam dari Seribu Dolok agar dapat tiba di PRHJ yang berlokasi di Pematang Siantar. Rania juga menceritakan mengenai kondisi keluarganya harus ia tanggung seorang diri karena suaminya mengalami kecelakaaan beberapa bulan yang lalu. Kecelakaan tersebut menyebabkan tulang belakang suaminya patah sehingga tidak dapat bekerja untuk mencari nafkah. “Sekarang hanya bisa kerja yang ringan-ringan aja,” tambah Rania.

Sehari-harinya, Rania adalah seorang buruh harian di ladang tetangganya. Untuk menemani anaknya yang sedang menjalani pengobatan maka dia harus meninggalkan pekerjaannya. “Nggak tau lagi gimana nasib anak-anakku di rumah. Pasti kurus-kurus semua,” tambah Rania yang sudah meninggalkan rumahnya selama sebulan. Dirinya harus menemani Elpina yang baru saja menjalani operasi dan dalam tahap penyembuhan. Dokter hanya mengoperasi telapak tangan kanan dan telapak kaki kiri Elpina karena proses penyembuhan total membutuhkan waktu yang lama. Saat ini kulit telapak kaki kiri Elpina sedang dicangkok ke kaki kanannya, dan membutuhkan waktu selama 6 minggu, barulah perban dapat dibuka.

foto    foto

Keterangan :

  • Anak pemurung, itulah kesan yang dulu didapat dari seorang Elpina. Namun sekarang, Elpina adalah anak yang periang meski kesulitan hidup masih membayangi keluarganya. (kiri)
  • Kunjungan relawan membawa kesejukan pada para pasien luka bakar yang dirawat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya dengan saling berbagi beban dan perasaan. (kanan)

Positif Memandang Masa Depan
Di PRHJ yang dipimpin oleh Suster Xaveria, ditampung banyak sekali pasien-pasien dengan anggota tubuh yang tidak sempurna. Tetapi jangan melihat ketidaksempurnaan itu lantas kita menaruh simpati yang berlebih atau memandang sebelah mata terhadap mereka. Di tempat tersebut, semua pasien yang telah sembuh dilatih untuk berdikari. Di PRHJ terdapat ruangan-ruangan untuk fisioterapi dan ada ruangan-ruangan di mana pasien dapat berlatih menjahit dan membuat perabot sehingga pasien dapat memiliki bekal di masa depannya. Semua pasien itu diajarkan mengenai disiplin dan terus menanamkan semangat untuk memandang ke depan serta tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain.

Selain Elpina, juga ada salah seorang pasien yang bernama Elviana (25 tahun). Ibu 3 anak ini mengalami luka bakar 60% akibat kompornya yang meledak. Tindakan pengobatan yang cepat dan tepat membuat luka bakarnya dapat ditangani dengan baik. Dokter sendiri telah melakukan 3 kali operasi terhadap Elviana. “Saya sangat bersyukur karena semuanya berjalan lancar. Waktu itu semuanya sudah pada kelabakan. Sampai-sampai perawat harus mengambil urat nadi di kaki saya supaya dapat diinfus,” katanya. Elviana sangat merindukan keluarganya, terlebih kepada anaknya yang baru berusia 3 bulan.

Relawan Tzu Chi Medan mendapat pelajaran yang sangat berharga sewaktu melakukan kunjungan kasih di PRHJ. Banyak sekali hal-hal positif yang dipetik selama berada di sana. “Di sini kami menanamkan ke semua pasien agar senantiasa tersenyum,” ujar Suster Xaveria sewaktu ditanya kenapa tidak ada kesan bersedih pada diri pasien-pasien di PRHJ. Memang benar, semua pasien selalu tersenyum dan berbaur dengan para staf PRHJ lainnya. Kebetulan saat relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih semua pasien yang telah sembuh sedang menjalani fisioterapi bersama–sama dengan staf PRHJ dengan membersihkan ruangan-ruangan mereka atau merapikan taman bunga.

foto  foto

Keterangan :

  • Elviani yang mengalami luka bakar karena kompornya meledak, sangat terharu mendengar lagu Satu Keluarga. Kunjungan relawan seperti kunjungan dari keluarga sendiri.  (kiri)
  • Para relawan dan Suster Xaveri bersama memperagakan isyarat tangan Satu Keluarga untuk memberi semangat pada para pasien agar cepat sembuh. (kanan)

Sewaktu relawan berada di ruangan pasien perempuan dimana Elpina, Elviana beserta 3 (tiga) pasien lainnya berada, relawan bersenda gurau dan memberikan semangat untuk tetap berpikir positif. Isyarat tangan juga dipertunjukkan kepada semua pasien, dan semuanya diajak untuk bersama-sama memperagakannya. Sewaktu memperagakan dan menyanyikan lagu Satu Keluarga, tiba-tiba Elviana meneteskan air matanya. “Keluarga saya sendiri belum sempat menjenguk saya, tetapi malah kalian yang datang dan menghibur kami,” katanya bercerita. Di sana, ibu dari Elpina yang selalu menjaga Elviana dan membantu mencuci pakaian kotornya. Nuansa kekeluargaan sangat kental terasa.

Dalam ilmu kedokteran, para dokter melakukan tugas medisnya dalam menyembuhkan pasien, tetapi penyembuhan batin juga sangat menentukan. Memberikan perhatian dan semangat adalah salah satu obat mujarab yang tidak ternilai. Di sinilah ladang kebajikan ditanam dan menjadi ladang pelatihan diri. Memiliki orang-orang yang saling mengasihi di sekitar kita adalah sebuah berkah.

  
 

Artikel Terkait

Banjir Manado:

Banjir Manado: "Menyamakan Frekuensi di Manado"

13 Februari 2014
Tidak ada sesuatu yang sia-sia jika dilakukan dengan kesungguhan hati. Respon masyarakat terhadap kehadiran relawan, membuktikan bahwa "menyamakan frekuensi" sungguh merupakan cara yang tepat untuk menyebarkan bibit kebajikan dan ketulusan.
Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisattva dari Kehidupan ke Kehidupan

Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisattva dari Kehidupan ke Kehidupan

08 April 2013 Di antara 14 Silent Mentor kali ini, ada anggota Tzu Cheng, anggota komite, anggota komisaris kehormatan, dan donatur Tzu Chi. Meski donatur bukanlah anggota Tzu Cheng atau komite, tetapi mereka bersedia mendonorkan tubuh mereka.
Desa Kecil Cinta Kasih Besar

Desa Kecil Cinta Kasih Besar

27 Juni 2011
Desa Tualang adalah salah satu desa yang mempunyai penduduk terpadat dengan total penduduk sekitar 12.000 jiwa dan banyak diantaranya hidup dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, sehingga masalah kesehatan pun menjadi terabaikan.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -