Terus Mendampingi Deni yang Terkena Stroke

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.

Deni (32) yang menderita stroke sejak 2016 terus didampingi oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang. Sebagai Gan En Hu (penerima Bantuan Tzu Chi), setiap bulannya Deni mendapatkan bantuan berupa biaya hidup. Di bulan November 2020 ini, relawan He Qi Tangerang mendapatkan berita bahwa Deni mengalami kecelakaan, terjatuh hingga bahu kanannya patah. Relawan pun berinisiatif mengunjungi Deni untuk memberikan bantuan bulanan serta melihat kondisinya pascakecelakaan.


Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang melihat kondisi Deni, Gan En Hu penderita stroke yang sedang berjalan.

Sebelum stroke, Deni bekerja sebagai supir angkutan kota (angkot) jurusan Parung-Depok. Awalnya penyakit yang diderita Deni bermula dari kepala yang sakit dan mata kirinya yang terganggu pada tahun 2016. Karena keterbatasan biaya, Deni tidak segera memeriksakan kondisinya tersebut.

Kemudian saat sedang menunggu penumpang di terminal, ia pun tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Setelah sadar, beberapa bagian tubuh bagian kiri tidak bisa digerakkan, mata kirinya pun kini juga sudah tidak bisa melihat.


Relawan memeriksa kondisi tangan kanan Deni yang ditopang dengan kain karena patah akibat terjatuh.

“Awalnya sih sering sakit di bagian kepala, tetapi saya tidak mau bilang sama orang tua. Sakit itu saya tahan. Pas lagi di terminal ngetem (menunggu penumpang), itu rasanya gelap semua dan pingsan. Pas sadar saya sudah ada di rumah sakit dan kondisinya badan saya sudah mati separo (sebagian),” cerita Deni tentang awal mula penyakitnya.

Deni sudah menikah di tahun 2013 dan memiliki seorang anak laki-laki. Ia pun merasa bingung dengan kondisinya. Sebagai kepala keluarga, Deni merasa takut jika tidak bisa bekerja kembali.

“Saya waktu itu merasa bingung. Dulunya bisa kerja, ini jadi nggak bisa kerja,” kenang Deni.

Di tengah kondisi sakit dan tidak bisa bekerja. Cobaan kembali menghampiri Deni. Istrinya pun meninggalkan Deni dan anaknya begitu saja karena kondisinya.

“Sekarang istri sudah pergi ninggalin saya, karena kondisi saya seperti ini (stroke). Saya tidak apa-apa, saya menerima. Kalau tidak jodoh mau gimana lagi. Yang penting anak saya tetap sama saya,” kata Deni yang begitu tegar dengan cobaan yang dihadapinya.


Semenjak stroke, Deni yang awalnya bekerja sebagai sopir angkutan kota (angkot) harus berjalan dengan merambat di tembok ataupun pintu rumahnya.

Pihak keluarga yang mengetahui kondisi yang dialami Deni kemudian mencari solusi. Kakak perempuan Deni, Low Desih (39) yang mengetahui hal ini segera mencarikan bantuan untuk adiknya. Salah satu teman dari Low Desih memberi tahu untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi.

“Waktu itu tahun 2016 ada satu teman saya yang kasih tahu buat ngajuin bantuan ke Tzu Chi. Setelah itu saya mengajukan langsung ke kantor pusat Tzu Chi di PIK. Saat itu saya mengontrak rumah di daerah Tangerang sama ibu dan Deni yang sudah sakit. Trus dari Tzu Chi diberitahu kalau nanti akan dihubungi dari kantor Tzu Chi yang ada di Tangerang,” cerita Low Desih.

Setelah dihubungi dan dilakukan survei oleh relawan, bantuan yang diajukan untuk Deni akhirnya disetujui Tzu Chi dengan pemberian biaya hidup setiap bulannya.

“Perasaannya bersyukur dapat bantuan. Saat itu disuruh memilih mau untuk lansia (ibu) atau Deni. Karena Deni yang sangat membutuhkan, jadi bantuannya buat adik saya,” tambah Low Desih.

Kunjungan Relawan ke Gunung Sindur


Low Gin Wah, ibu dari Deni menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Rita Malia, relawan He Qi Tangerang saat survei ulang kondisi pasien Deni.

Setelah terjatuh, kesulitan Deni semakin bertambah. Untuk berjalan saja, Deni selalu tertatih akibat stroke yang dialaminya. Sekarang ditambah tangan kanan yang patah. Relawan pun berinisiatif untuk melihat kondisi deni di rumahnya.

Ketika tiba di kediaman Deni (Sabtu, 7 November 2020) di wilayah Kampung Bulak Saga, Desa Cibadung, Gunung Sindur, kab. Bogor, relawan mendapati lengan kanan Deni sudah dibalut dan disangga menggunakan kain. Setelah meyerahkan bantuan bulanan dari Tzu Chi, relawan juga melihat kondisi patah pada bahu kanan yang dialami Deni.

“Waktu itu Senin malam, sama saya berdua (Deni) dan kondisinya jam 2 malam. Kemudian Deni berpamitan untuk pergi ke kamar mandi. Biasanya juga bisa tidak pernah dituntun-tuntun. Tiba-tiba bunyi ‘gedebukk’ kenceng bener. Saya pun kaget dan memanggil-manggil. ‘Den…Den…’ tidak ada jawaban. Kemudian saya membuka pintu dan melihat Deni ada di dekat rak piring di dapur dengan posisi padan tiarap,” kata Low Gin Wah (65), ibu dari Deni saat menceritakan kronologi jatuhnya Deni kepada relawan.

Setelah jatuh, rasa sakit yang luar biasa dirasakan Deni pada bagian tangan kanannya saat disentuh oleh ibunya dan tidak bisa digerakkan. Di tengah kondisinya tersebut, Deni tidak segera dibawa ke rumah sakit dan hanya berobat alternatif. Setelah bertemu dengan relawan dan berdiskusi, kemudian disarankan agar segera membawa Deni ke rumah sakit untuk di-rontgen kondisi tulangnya supaya ada panduan untuk penanganan medis selanjutnya.

“Selain menyerahkan bantuan biaya hidup, kami bermaksud mengunjungi pasien Deni yang kebetulan mengalami kecelakaan yaitu terjatuh sehingga bahu kananya patah sekaligus untuk mensurvei ulang,” ungkap Rita Malia, relawan He Qi Tangerang yang mengunjungi Deni.


Low Gin Wah, Low Desih, dan Deni mengucapkan terma kasih kepada relawan Tzu Chi atas kunjungan dan perhatian kepada keluarga mereka.

Setelah mensurvei ulang dan mengumpulkan data-data, hasilnya pun akan didiskusikan terlebih dahulu di komunitas He Qi Tangerang.

“Tentunya nanti akan kami rapatkan kembali jika ada bantuan lainnya untuk Deni terkait kecelakaan yang dialaminya tersebut. Harapan kami di komunitas bisa memberikan kembali bantuan yang tidak ditanggung oleh BPJS,” jelas Rita Malia yang datang bersama empat relawan He Qi Tangerang.

Atas kunjungan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang, Deni mengucapkan rasa syukur atas kepedulian dan perhatian yang selama ini diberikan relawan Tzu Chi kepadanya.

“Saya banyak-banyak terima kasih buat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Selama ini saya sudah dibantu. Ini sangat membantu sekali buat kehidupan saya dan anak saya,” ungkap Deni setelah dikunjungi relawan Tzu Chi.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Terus Berharap untuk Kemandirian Wisnu

Terus Berharap untuk Kemandirian Wisnu

28 Oktober 2021

Sejak tahun 2015, Tzu Chi terus memberikan bantuan dan perhatian bagi Wisnu (penderita Cerebral Palsy Spastik Diplegia) serta bantuan bedah rumah bagi keluarganya.

HUT DAAI TV Ke-8: Cinta Kasih dalam Aksi

HUT DAAI TV Ke-8: Cinta Kasih dalam Aksi

06 Agustus 2015

“Di sini kami melakukan kegiatan lebih ke pendekatan psikologis seperti, hubungan antara orang tua dan anak. Kita mesti bisa mempraktekkan itu kepada orang tua kita sendiri juga, saling mengasihi, saling menghargai, saling menghormati, selalu bersyukur terhadap sesama, ini yang ditanamkan di dalam bakti sosial kali ini,” jelas Adi Nugraha.

Bahagia dalam Setiap Kunjungan

Bahagia dalam Setiap Kunjungan

22 Juni 2015
Meluangkan waktu sekedar untuk berbincang dan berinteraksi dengan para opa dan oma tak hanya menjadi sebuah rutinitas belaka melainkan juga memberikan kebahagiaan tersendiri kepada para relawan. Selain memberikan kebahagiaan, kegiatan ini juga dapat memberikan inspirasi bagi orang banyak untuk turut berbuat kebajikan bagi sesama.
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -