Tiket Masuk ke Dunia Tzu Chi

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy, Teddy Lianto, Melizza Suhartono (He Qi Utara)
 
 

foto
Pada tanggal 22-23 Juni 2013 diadakan pelatihan relawan komite dan calon komite yang diikuti sebanyak 135 relawan dari beberapa daerah di Indonesia.

Pada sesi tanya jawab di pelatihan relawan komite dan calon komite, ada sebuah pertanyaan yang disampaikan, “Seorang relawan apabila tidak pandai membaca dan menulis, apakah bisa jadi seorang relawan komite?”

 

Lalu dengan penuh keyakinan, seorang relawan, Like Hermansyah pun menjawab bisa. Ia menjelaskan pada masa awal Tzu Chi juga banyak murid Master yang tidak bisa membaca dan menulis. “Yang penting ada kesungguhan hati.  Saya yakin you xin jiu bu nan (ada hati maka tidak akan sulit). Pendidikan bukan hanya datang dari sekolah, kita belajar sampai tua, yang penting ada niat atau tidak. Jadi kalau menjadi komite yang penting punya hati, niat dan tekad,” ucapnya dengan semangat.

Pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 22-23 Juni 2013 lalu ini diikuti sebanyak 135 relawan komite dan calon komite yang berasal dari Jakarta, Bandung, Batam,Biak, Makassar, Medan, Pekanbaru, Surabaya, dan Tanjung Balai Karimun. Pelatihan selama 2 hari ini bertujuan agar setiap relawan dapat mendalami ajaran Jing Si secara mendalam dan mengaplikasikannya ke dalam masyarakat sehingga mereka dapat menjadi teladan dan dapat membina relawan lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan memulai pelatihan dengan melakukan pradaksina di lapangan Aula Jing Si (kiri).
  • Di pelatihan ini relawan diingatkan kembali tentang arahan yang diberikan oleh Master Cheng Yen untuk seluruh insan Tzu Chi (kanan).

Komite adalah tahap akhir dalam jenjang relawan Tzu Chi, namun menjadi komite bukan berarti lulus dari Tzu Chi dan perjalanan pun usai, tapi sebaliknya menjadi komite berarti perjalanan sesungguhnya di dunia Tzu Chi pun baru dimulai. Hal itu juga disampaikan oleh Liu Su Mei, ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, ia bertanya kepada para relawan apakah mengikuti pelatihan ini untuk mengambil “tiket masuk” atau “sertifikat lulus”. Ia pun menjawab bahwa relawan harus menganggap ini seperti mengambil tiket masuk, bukan sertifikat lulus, karena jika mengambil sertifikat lulus, sesudah mendapatkan sertifikat relawan akan senang lalu lengah dan tak mau  berusaha lagi, namun jika menganggap baru mengambil tiket masuk maka relawan akan termotivasi untuk lebih banyak memikul tanggung jawab dengan sukarela dan sukacita.

Bersukacita dalam Dharma
Salah satu relawan yang mengikuti pelatihan ini, Wismina, mengikuti pelatihan untuk dilantik menjadi relawan komite pada tahun 2013 ini. Pada awalnya ia sempat merasa belum pantas menjadi seorang relawan komite, namun ketika mendengar sharing relawan komite lainnya di pekanbaru yang mengatakan, bahwa yang terpenting dalam menjadi komite adalah pembinaan diri, ia pun mulai terus berusaha untuk membina diri menjadi lebih baik. “Ketika ditunjuk untuk dilantik komite tahun ini, saya selalu mengingatkan diri sendiri, apakah 10 Sila Tzu Chi sudah saya jalankan, tabiat buruk saya apakah sudah saya mulai mengikisnya, itu yang selalu saya ingatkan kepada diri sendiri agar dapat menjadi lebih baik lagi. Jadi tujuannya menjadi komite berharap saya dapat menjadi lebih baik. dan tentunya untuk mengemban misi Tzu Chi,” ucapnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Exhibition hall pun digunakan sebagai tempat pelatihan bagi relawan dalam mengenal sejarah Tzu Chi (kiri).
  • Bagi Wismina (kiri) Tzu Chi adalah sebuah pilihan yang tak akan ia sesali dan akan terus berada di jalan ini sampai akhir (kanan).

Dapat dikatakan dalam seminggu, tujuh hari ia berada di Tzu Chi karena pada Januari 2010 ia memutuskan untuk bekerja di badan misi Tzu Chi di Kantor Penghubung Pekanbaru. “Kalau kita sudah full time di Tzu Chi kayaknya ada satu kebahagian yang kita rasakan sendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mungkin kita merasa apa yang kita lakukan sangat berarti. Sebelum kerja di Tzu Chi sempat nonton sutra bakti seorang anak dibelakangnya ada ceramah Master yang bilang, kita berbakti itu bisa dengan memanfaatkan tubuh pemberian orang tua dengan melakukan perbuatan yang bermanfaat, itu adalah salah satu cara membalas budi,” tuturnya yang giat bersumbangsih sebagai wujud bakti bagi orang tua terutama sang ibu yang telah meninggalkannya sejak ia kecil.

Pelatihan yang ia ikuti selama dua hari ini memberikan semangat tersendiri bagi dirinya, melalui jalan Bodhisatwa ini ia ingin dapat lebih banyak menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Ia pun berharap dapat lebih banyak menyerap Dharma Master Cheng Yen dengan lebih giat membaca dan mendengarkan ceramah Master, karena ia sadar bahwa yang Master inginkan kepada murid-muridnya supaya jiwa kebijaksanaan murid-muridnya bisa tumbuh berkembang. Tzu Chi adalah sebuah jalan yang ia pilih dan baginya tak kan ada penyesalan memilih Tzu Chi menjadi bagian dalam hidupnya. Ia pun bertekad tidak akan mundur dan selamanya akan berada di jalan Bodhisatwa ini sampai akhir.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Pentingnya Berbakti

Suara Kasih: Pentingnya Berbakti

02 November 2012 Kita harus senantiasa memanfaatkan kehidupan kita yang singkat ini untuk bersumbangsih bagi orang lain. Kita juga dapat melihat para relawan di Kompleks Tzu Chi Guandu membantu para lansia memangkas rambut dan mengadakan baksos kesehatan untuk mereka.
Menyelami Makna Sutra Budi Luhur Orang Tua yang Sulit Dibalas

Menyelami Makna Sutra Budi Luhur Orang Tua yang Sulit Dibalas

26 Mei 2015 Pementasan yang diadaptasi dari Sutra Bakti Seorang Anak yang diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Jakarta dan Tangerang tentu tidak mudah untuk mengkoordinir mereka, sehingga selama proses latihan diserahkan kepada komunitas Tzu Ching di masing-masing wilayah.
Belajar Mencintai Lingkungan

Belajar Mencintai Lingkungan

05 Oktober 2017
Sebanyak 44 anak Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara hadir di aula rusun untuk mengikuti kelas Budi Pekerti yang rutin diadakan tiap bulan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -