Training Relawan Pendidikan: Menjadi Teladan Yang Baik

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
 

foto
Training relawan pendidikan dilaksanakan di Aula Jing Si. Para peserta dengan antusias memerhatiakan setiap materi yang disampaikan.

Guru memiliki peran besar dalam pendidikan selain orangtua dan masyarakat. Sebagai seorang pembimbing tentunya akan dijadikan sebagai teladan bagi anak didik, sehingga dalam bertutur kata sebaiknya lemah lembut, bertindak yang benar, dan berbahasa santun. Untuk mencapai semua itu Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pelatihan bagi relawan pendidikan selama dua hari kegiatan: 22 – 23 Maret 2014.

Di hari kedua, Minggu 23 Maret 2014, sebanyak 128 relawan pendidikan yang berasal dari Jakarta, Biak, Palembang, Batam, Singkawang, Tangerang, dan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas bersama-sama dengan antusias mengikuti kegiatan ini.

Dalam pelatihan ini juga ada sharing dari Kepala TK Tzu Chi School, Iing Felicia Joe. Ms. Iing menjelaskan tentang bagaimana membangun simpati dan empati anak-anak sehubungan dengan teman-teman mereka yang terkena bencana. Membangun rasa simpati dan empati memang harus dilakukan sejak anak-anak masih usia dini. Ia juga berharap setelah mengikuti pelatihan ini, para relawan pendidikan jauh lebih mengetahui perkembangan anak jika akan memberikan pelajaran tertentu. “Jangan sampai dalam memberikan pelajar itu tidak relevan dengan subjek yang akan diberikan berkaitan dengan tumbuh kembangnya anak,”ucap Iing.

foto  foto

Keterangan :

  • Satu per satu peserta menerima suvenir yang diberikan oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei (kiri).
  • Iing Felicia Joe memberikan materi bagaimana membangun simpati dan empati bagi anak sejak kecil untuk turut merasakan penderitaan bagi sesama yang terkena bencana (kanan).

“Kita Ingin Akar dan Batang itu Bagus”
Setiap sesi sharing semua peserta mengikuti dengan penuh perhatian. Tak terkecuali Fang Fang, salah satu relawan pendidikan dari Batam. Ia datang bersama lima relawan lainnya untuk memperoleh wawasan baru yang kelak akan diterapkan di kegiatan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Batam. Fang Fang masuk ke dalam barisan Tzu Chi sejak tahun 2004 silam. Ia pun aktif di kegiatan baksos dan kegiatan besar lainnya. Fang Fang bukan seorang guru, dan ia sama sekali tidak memiliki pengalaman mengajar. Namun, pada tahun 2010 ia menyatakan kesiapannya mengemban tugas sebagai penganggung jawab Kelas Budi Pekerti Tzu Chi di Batam. “Misi pendidikan Tzu Chi sangat bagus. Fokus ngajarinnya di budi pekerti, makanya saya mau menjadi penanggung jawab kelas budi pekerti ini,” kata Fang Fang. Ia menambahkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak di masa depan mereka.

Bagi Fang Fang, banyak pengetahuan baru yang diperoleh dalam pelatihan ini. Ia juga bertekad akan bersama-sama timnya untuk mengembangkan kelas budi pekerti di Batam. &ldquo;Selama empat tahun ini, saya merasa ingin lebih maju lagi (kelas budi pekerti),&rdquo; ungkapnya. Pendidikan kelas budi pekerti yang diadakan di Batam hanya sekali dalam sebulan. Untuk itu ia berharap orangtua juga turut berpartisipasi aktif dalam mendidik anak. &ldquo;Kegiatan kita sebulan sekali. Rasanya apa yang kita berikan kurang. Saya berharap orangtua meskipun sibuk tetap memberikan perhatian kepada anaknya. Peran orangtua sangat berpengaruh,&rdquo; kata Fang Fang. &ldquo;Kita ingin akar dan batangnya bagus. Paling <em>nggak </em>ranting-rantingnya juga bagus,&rdquo; tambahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Fang Fang (kanan) mengikuti sesi demi sesi yang diberikan dengan penuh perhatian yang nantinya akan diberikan pada kelas budi pekerti di Batam (kiri).
  • Ridwan (tengah seragam abu putih) dengan penuh sukacita mengikuti games yang diberikan yang nantinya akan diterapkan dalam komunitasnya agar anak didik tidak merasa bosan (kanan).

Menjadi Seorang Pendidik Bukan Pengajar
Berbeda dengan Ridwan, seorang relawan He Qi Barat yang juga guru di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Ia mengaku bahwa apa yang dipelajari dalam pelatihan ini sangat menyentuh hati. Bahkan dalam sharing yang diberikan, Ridwan sempat meneteskan air mata. Ridwan mengaku bahwa selama enam tahun mengajar, ia menjadi seorang guru yang mengejar nilai. “Jika ada nilai murid saya yang rendah, saya pasti akan marah,” aku guru Ilmu Pendidikan Sosial ini. Baginya, pelatihan yang diikutinya selama dua hari ini memberikan energi positif untuk menjadi guru yang baik. “Setelah ikut kegiatan ini, saya tersadar dan menyesal ternyata saya belum bisa mengayomi murid-murid saya, belum bisa dekat dengan murid saya walaupun sudah enam tahun mengajar. Bukan target nilai yang penting, tetapi budi pekerti baik itu yang paling penting,” ungkap Ridwan.

Ridwan bertekad ingin menjadi seorang pendidik yang baik dan bisa dijadikan teladan bagi anak didiknya. “Saya ingin menjadi seorang pendidik, bukan pengajar. Seorang pendidik menanamkan nilai, memiliki hati nurani sangat bijak dan cinta kasih. Seperti yang dikatakan Master Cheng Yen bahwa guru-guru harus menggunakan hati nurani untuk mengajarkan budi pekerti,” ucap Ridwan. Ia juga mengatakan akan berusaha untuk mengubah dirinya menjadi guru yang penuh welas asih. “Saya akan benahi diri saya. dengan mentransfer ilmu yang saya miliki, akan mengubah budi pekerti yang baik bagi murid-murid saya. Dan saya ingin menjadi lebih bijaksana,” tambahnya.

Seorang pendidik adalah yang meratakan jalan bagi para anak didik. Apabila ingin anak didik berjalan di jalan yang menuju masa depan yang baik dengan budi pekerti yang baik, tentu harus menjadi teladan bagi mereka. Semua ucapan dan tindakan yang dilakukan merupakan teladan yang paling penting.

  
 

Artikel Terkait

Sepasang Tangan untuk Melestarikan Lingkungan

Sepasang Tangan untuk Melestarikan Lingkungan

06 Mei 2015 Setelah Tzu Ching UNPRI diresmikan oleh Pihak Universitas Prima Indonesia, maka Tzu Ching UNPRI pun memulai program kerjanya dengan melakukan kegiatan pelestarian lingkungan.
Berbagi Kebaikan Di Bulan Ramadan

Berbagi Kebaikan Di Bulan Ramadan

05 April 2023

Relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) membagikan 163 paket  takjil yang dibagikan di sekitar Aula Jing Si Bandung.  

SMAT di Taman Matahari

SMAT di Taman Matahari

24 Juni 2015 “Kagum dengan ketulusan Tzu Chi yang tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan hal lain dalam memberikan bantuannya. Saya dan teman-teman mendukung untuk ngumpulin uang di celengan bambu,” paparnya sambil memegang erat celengan bambu yang diterimanya.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -