Tulus Dampingi Hafsa yang Tengah Berjuang

Jurnalis : Trimulyono, Windi (He Qi Pusat), Fotografer : Trimulyono, Windi (He Qi Pusat)

Relawan Tzu Chi di Depok mengadakan survei dengan penuh empati kepada keluarga Hafsa pada Kamis, 18 Desember 2025.

Di tengah rutinitas kegiatan kerelawanan, komunitas relawan Tzu Chi di Depok kembali mendapat berkah untuk hadir di kehidupan sebuah keluarga kecil yang sedang berjuang. Seorang anak perempuan berusia enam tahun bernama Hafsa harus menghadapi kenyataan pahit yakni pendengarannya hilang secara mendadak pascameningitis. Harapan keluarga kini bertumpu pada satu tindakan medis implan koklea.

Kesepakatan untuk melakukan survei kasus lahir dari diskusi di grup relawan. Kebetulan, pada hari itu para relawan juga menjalani survei rumah di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Depok. Jaraknya hanya sekitar 1,3 kilometer dari rumah Hafsa. Setelah survei rumah selesai sekitar pukul 13.00 WIB, tujuh relawa melanjutkan langkah mereka menuju rumah pemohon, pada Kamis, 18 Desember 2025.

Survei berlangsung sekitar satu jam. Relawan disambut Hafsa bersama kedua orang tuanya, Andyka dan Kiki. Di ruang sederhana itu, cerita perjuangan mereka mengalir. Hafsa, siswa kelas 1 SD, terpaksa cuti sekolah selama tiga bulan. Meski begitu, semangat belajarnya tak pernah padam. Dengan penuh kasih, sang ibu rutin membawa Hafsa berobat ke RSCM tiga hingga empat kali sepekan, sekaligus mendampingi Hafsa belajar di rumah. Hafsa dikenal sebagai anak yang cerdas bahkan pernah meraih peringkat lima di sekolah dan tetap mengikuti ujian dari rumah.

Di balik senyum kecil Hafsa, ada perjuangan besar yang sedang dijalani. Orang tua menjelaskan bahwa telinga kiri Hafsa telah mengalami penulangan. Harapan terakhir adalah implan koklea di telinga kanan, yang harus dilakukan secepat mungkin sebelum penulangan terjadi. Biayanya tidak sedikit. Keluarga telah berusaha mengumpulkan dana dari berbagai sumber platform donasi, tabungan pribadi, hingga bantuan kerabat. Saat itu, masih tersisa kekurangan biaya sebesar Rp50 juta yang diajukan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Usai survei, para relawan berkumpul di rumah salah satu relawan yang tak jauh dari lokasi. Mereka berdiskusi dan menyusun laporan hingga larut malam melalui pertemuan daring. Kepedulian terhadap Hafsa tidak berhenti di situ.

Dalam pertemuan di Kantor Komunitas He Qi Pusat pada Sabtu 20 Desember 2025, relawan menyampaikan hasil survei. Hafsa digambarkan sebagai anak yang cemerlang, tidak mengalami tuli bawaan lahir, dan masih mampu berbicara dengan baik, sebuah harapan besar akan keberhasilan implan koklea. Kehangatan keluarga Hafsa juga menjadi keyakinan tersendiri bahwa proses pemulihan kelak akan dijalani dengan penuh cinta dan dukungan.


Pendampingan relawan Tzu Chi di RSCM menjadi bentuk dukungan moral bagi keluarga Hafsa saat hari operasi, Rabu 24 Desember 2025.

Kabar baik pun datang pada Selasa, 23 Desember 2025. Permohonan bantuan disetujui. Relawan Depok segera menyiapkan pendampingan untuk operasi yang dijadwalkan keesokan harinya di RSCM. Namun, di tengah persiapan, sebuah pesan masuk dan membuat suasana grup relawan terdiam. Keluarga Hafsa membatalkan bantuan yang telah disetujui karena mereka telah memperoleh dana dari keluarga.

Kejujuran itu membuat hati para relawan tergetar. Setelah berdiskusi, diputuskan relawan tetap hadir ke rumah sakit, bukan sebagai pemberi bantuan materi, melainkan sebagai sahabat yang memberi dukungan.

Pagi itu, kehangatan terasa saat relawan bertemu keluarga Hafsa di RSCM. Tak banyak kata, hanya pelukan, doa, dan air mata haru yang mengalir. Operasi berjalan lancar dan selesai sekitar pukul 10.00 WIB.

Dari pendampingan yang dilakukan pada Hafsa, para relawan Tzu Chi di Depok belajar bahwa di tengah kesulitan, masih ada ketulusan, kejujuran, dan kebijaksanaan yang tumbuh. Bantuan sebesar Rp50 juta yang telah disetujui dikembalikan dengan lapang dada karena keluarga memilih berlaku jujur.

“Kejujuran orang tua Hafsa membuat kami terdiam. Di tengah kesulitan, mereka justru memilih berjalan dengan hati yang jernih,” kata Tri, salah satu relawan.

Tak Cuma tentang survei kasus, pendampingan ini jadi pengingat bahwa kemanusiaan selalu menemukan jalannya, lewat kasih, keteguhan, dan rasa syukur yang tak pernah hilang.


Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Bahagianya, Kalika Sudah Operasi Implan Koklea Loh..

Bahagianya, Kalika Sudah Operasi Implan Koklea Loh..

29 Oktober 2020

Linda, serta Dedy Firmansyah tak henti-hentinya mengucap syukur. Berkat bantuan Tzu Chi Indonesia, anak bungsu mereka, Kalika (4) akhirnya menjalani operasi implan koklea. “Alhamdulillah diberi kemudahan untuk Kalika. Keinginan implan koklea itu tahun 2019, 2020 langsung terlaksana,” tutur Linda. 

Mendengar untuk yang Kedua Kalinya, Kisah Nando Penerima Bantuan Implan Koklea

Mendengar untuk yang Kedua Kalinya, Kisah Nando Penerima Bantuan Implan Koklea

11 November 2025

Hati orang tua mana yang tak hancur menyaksikan anak yang dikasihinya tiba-tiba tak bisa lagi mendengar. Ini dialami Nando di usia lima tahun.

Mengingat Xavier, Si Kecil dengan Implan Koklea

Mengingat Xavier, Si Kecil dengan Implan Koklea

07 Maret 2017
Relawan Tzu Chi dan dokter dari Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi mengunjungi pasien kasus Xavier (4,5 tahun). Sebelumnya, ia menderita congenital hearing loss atau ketulian total yang diderita sejak lahir. Tzu Chi membantu Xavier dengan mengaktifkan implant koklea yang dipasang di kedua telinganya pada 18 September 2015.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -