Tumbuh Bersama Mereka

Jurnalis : Desminar (Tzu Chi Batam), Fotografer : Santoso, Steven Agustunus (Tzu Chi Batam)

Para relawan mengajarkan cara Pradaksina yang benar kepada murid-murid kelas budi pekerti yang diadakan pada tanggal 16 Juli 2017.

Waktu silih berganti, setelah menyebarkan ilmu kepada para murid kelas budi pekerti selama 11 bulan, tim pendidikan Tzu Chi Batam kembali mengadakan acara pelepasan kelas budi pekerti Tzu Chi Batam. Acara kali ini jatuh pada tanggal 16 Juli 2017 dan berlokasi di Universitas Internasional Batam. Jumlah siswa yang hadir pun sebanyak 166 orang.

Memasuki tahun ketujuh, relawan juga terus berinovasi agar acara pelepasan memberikan kesan bagi murid-murid kelas budi pekerti. Berbeda dengan acara sebelumnya, susunan acara tahun ini diadakan Pradaksina atau meditasi berjalan. Para murid diajak untuk melatih diri dengan berkeliling mengikuti tempo 2 kata, 1 langkah. “Dalam acara gathering ini, kita menambah sebuah kegiatan yang tidak biasanya dilakukan, yaitu Pradaksina. Semoga mereka bisa merasakan bahwa di Tzu Chi juga ada pelatihan diri, fokus, konsentrasi lewat acara ini,” jelas Megawati, relawan Tzu Chi yang telah berpartisipasi dari kegiatan misi pendidikan selama 7 tahun.

doc tzu chi

Para murid juga diajak berbaur bersama dengan berbagai permainan interaktif.

“Dan yang terpenting adalah agar para Tzu Shao yang telah lulus bisa ikut bergabung dalam barisan Daai Koko dan Daai Jiejie di kelas Xiao Tai Yang dan Er Tong Ban/Qing Zhi Ban. Sehingga, melalui kegiatan Pradaksina ini, kita bisa berbaur dengan anak-anak kelas Xiao Tai Yang dan Qing Zhi Ban agar mereka tidak merasa asing lagi dengan sikap anak-anak. Agar mereka bisa membangkitkan sifat imut dan kesukaan kepada anak-anak seperti apa, agar melatih mereka untuk berani menanggung jawab di kelas Pendidikan ini,” tambahnya. Sebelum melanjutkan ke sesi permainan, relawan terlebih dahulu membagikan para murid sesuai dengan jenjang kelas mereka.

Dalam tahun ini, ada beberapa relawan yang bergabung di Misi Pendidikan. Salah seorangnya ialah yaitu Kustini. Ini merupakan tahun pertama Kustini menjadi guru dikelas Xiao Tai Yang 1, salah satu tugasnya ialah menyampaikan materi kepada anak-anak. Tugas ini tidaklah mudah, anak-anak pada usia ini kebanyakan mulai nakal dan menjiplak apa yang mereka lihat dari kita. Namun, ia memiliki pandangan yang berbeda akan murid-murid yang nakal. “Anak-anak yang nakal itu lebih mudah untuk diajar, karena mereka lebih mau berpatisipasi dengan kita. Sedangkan yang pendiam lebih sulit, karena pada saat kita mengajak mereka melakukan kegiatan, mereka akan diam dan tidak mau melakukannya,” tutur Kustini yang juga Tzu Ching Batam ini.

Di penghujung acara, para Daai Mama dan para murid bersama-sama memeragakan isyarat tangan yang mereka belajar selama satu tahun ini.

Dalam acara kali ini, Kustini juga bertugas membuat kilas balik kegiatan kelas budi pekerti selama satu tahun, padahal foto kegiatan selama satu tahun sangat banyak yang terdiri dari ribuan foto. “Pada saat memilih foto, saya merasa Wow! ternyata kita telah melakukan kegiatan yang luar biasa yang tidak kita lihat dari mata kita sendiri, tetapi semua ini hanya memori. Kita melihat mereka pelan-pelan tumbuh, dari mereka yang tidak bisa isyarat tangan, mereka menjadi bisa. Dari mereka yang tidak bisa praktik hormat kepada Master Cheng Yen menjadi bisa, sehingga saya merasakan perasaan yang sangat bersyukur,” ungkapnya.

Bagi sebagian murid kelas budi pekerti, tahun ini merupakan tahun terakhir mereka berpartisipasi dalam kelas budi pekerti. Mereka akan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi untuk mengejar cita-cita mereka, salah satunya Miki Luvyana. Miki merupakan murid angkatan pertama kelas budi pekerti dan sudah bergabung pada saat berusia 10 tahun. Selama mengikuti kelas budi pekerti, dia merasakan upaya para relawan pendidikan dalam membimbing mereka agar menjadi individu yang tidak hanya mantap dalam ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus teladan dalam moral. “Terima kasih untuk para shigu-shigu (panggilan untuk relawan wanita yang lebih tua-red) yang sudah memikirkan materi, mengajari, menjaga kita selama ini. Terima kasih banyak,” ucapnya.

Kelas budi pekerti Tzu Chi merupakan salah satu upaya insan Tzu Chi dalam merealisasikan misi pendidikan Tzu Chi di Kota Batam. Dengan mengemban tanggung jawab tersebut, para Daai Mama terus melatih diri dan menggarap ladang berkah ini. Acara kali ini diakhiri dengan isyarat tangan yang telah diajarkan selama kela budi pekerti.


Artikel Terkait

Akhir Tahun Ajaran yang Menyenangkan

Akhir Tahun Ajaran yang Menyenangkan

30 Mei 2017
Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan di akhir tahun pelajaran 2016/2017 pada Minggu, 28 Mei 2017. Berbeda dari kelas sebelumnya, kali ini siswa tidak menerima penyampaian materi melainkan hanya berbagi kisah sesama siswa.
Pengetahuan Tentang Covid 19

Pengetahuan Tentang Covid 19

07 September 2021

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan acara Parenting Kelas Bimbingan Budi Pekerti Via Zoom dengan tema “Pengetahuan Tentang Covid 19” pada Minggu, 29 Agustus 2021.

Daur Ulang, Menjaga Kelestarian Bumi

Daur Ulang, Menjaga Kelestarian Bumi

21 April 2015
Para Xiao Tai Yang juga membawa tentengan berupa sekantong plastik yang di dalamnya terdapat barang daur ulang paling sedikit lima macam barang yang siap dipilah. Sebanyak 63 Xiao Tai Yang turut hadir dalam kegiatan kelas budi pekerti praktik melestarikan bumi yang didampingi 48 relawan Tzu Chi.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -