Tzu Chi Dampingi Ghani, Si Bocah Tangguh Penjual Kerupuk

Jurnalis : Fithria Calliandra (Tzu Chi SinarMas), Fotografer : Dharmawanita 3 in 1 Xie Li Indragiri

Sebanyak 7 relawan Xie Li Indragiri Hilir mengunjungi rumah Ghani. Mereka membawa bantuan perlengkapan sekolah berupa tas, kotak pensil, krayon, dan pulpen untuk Ghani, Haidar, serta ketiga adiknya.

“Kehidupan memiliki nilai dan makna ketika kita sanggup bertahan terhadap cobaan dalam berbagai keadaan” Kata Perenungan Master Cheng Yen

Tetesan keringat perlahan mengalir di keningnya, menyatu dengan panas terik yang menyengat siang itu. Dengan langkah kecil dan sandal jepit, Ghani menyusuri pinggiran jalan beraspal. Di kedua tangannya tergantung plastik berisi kerupuk yang akan dijajakannya. Suaranya lirih namun penuh harap menyapa para pengunjung warung bakso, “Kerupuknya, Pak… Bu… Kerupuk, Kak…”

Setiap hari sepulang sekolah, Ghani telah terbiasa menempuh belasan kilometer dengan berjalan kaki. Ia menjajakan dagangannya dari toko ke toko, dari satu warung makan ke warung lainnya di sekitar tempat tinggalnya. Nama lengkapnya adalah Muhammad Zaidani Abdul Ghani. Remaja berusia 14 tahun ini adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Ibunya, Saidah Rahmah (43), menjadi satu-satunya tumpuan keluarga sejak sang ayah pergi meninggalkan mereka tanpa pernah kembali bahkan tanpa meninggalkan sedikit pun nafkah untuk menghidupi anak-anaknya.

Demi menghidupi ketujuh anaknya, Saidah berjualan kerupuk di pasar-pasar meski keuntungan yang didapat tak seberapa “Ghani itu sudah bantu saya jualan sejak kelas 3 SD, Bu, sampai sekarang. Dulu berdua sama abangnya, tapi sejak abangnya naik kelas 2 SMP, pulang sekolahnya sore, jadi sekarang tinggal Ghani yang bantu,” tutur Saidah dengan suara bergetar, menahan haru.

Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Kadang saya malu, Bu… banyak pinjaman, tunggakan sekolah anak-anak juga menumpuk… tapi mau bagaimana lagi.”

Sartika Sembiring, relawan Tzu Chi yang mendengarkan hanya bisa membalas pelan, “Sabar ya, Bu… harus kuat demi anak-anak,” ucapnya singkat, seperti kehabisan kata-kata.

Perjuangan Pendidikan di Tengah Keterbatasan Ekonomi
Keterbatasan ekonomi membuat pendidikan kakak-kakak Ghani sempat tertunda. Kakak pertamanya, Hairunnisa Azzahra (19), baru bisa kembali melanjutkan sekolah di jenjang SMA setelah hampir tiga tahun menganggur, menanti kesempatan dan beasiswa. Kini, ia bersekolah di Pondok Pesantren Al-Fattah Temboro, Jawa Timur. Hal serupa juga dialami kakak kedua, Siti Hajar (18), yang baru bisa melanjutkan pendidikan ke kelas 3 SMP di Pondok Pesantren Sa’adatuddaraein 2, Desa Suhada, Enok, Riau, setelah hampir dua tahun berhenti sekolah.

Muhammad Zaidani Abdul Ghani sangat senang saat melihat dua adiknya tersenyum bahagia melihat krayon dengan warna-warni lengkap, relawan pun ikut tertawa lepas.

Syukurnya, kakak ketiga, Muhammad Haidar Abdul Latif (16), dapat menyelesaikan pendidikan SMP-nya tanpa putus, dan kini telah melanjutkan ke MAS Al-Syahni Rumbai, Desa Sungai Gantang, Enok, Riau. Sementara Ghani sendiri baru saja lulus SD dan kini bersekolah di MTSS Sullamul Ulum Rumbai, di desa yang sama.

Tiga adik bungsu Ghani: Maisyaroh (11), Nabila Nuraini (9), dan Muhammad Abdullah Alhadist (8), saat ini menempuh pendidikan di Qur’anic School of Dewan Dakwah, Indragiri Hilir, Riau.

Kini, Ghani tinggal bersama ibunya, abang, dan ketiga adiknya di sebuah rumah kontrakan sempit yang hanya memiliki satu bilik kamar. Hidup mereka tak menetap dan beberapa kali keluarga ini terpaksa berpindah-pindah kontrakan karena keterbatasan biaya.

Setiap hari sepulang sekolah, Ghani melangkah dengan penuh semangat untuk berjualan kerupuk. Meski hanya mendapatkan keuntungan satu ribu rupiah per bungkus, senyum tak pernah lepas dari wajahnya, meski rasa lelah kerap menyapa.

“Aku nak bantu Umi cari uang buat sekolah adik-adikku. Daripada main, mending aku jualan. Kadang aku juga bantu di warung antar minuman es teh, es jeruk. Lumayan sehari bisa dapat sekitar tiga puluh ribu. Aku kasih semua ke Umi, dan sedikit buat jajan aku,” ujar Ghani dengan senyum tulus yang menyentuh hati para relawan.

Bahagianya Menerima Kunjungan Relawan
Pada Sabtu, 19 Juli 2025, relawan Xie Li Indragiri Hilir mengunjungi rumah Ghani. Mereka membawa bantuan perlengkapan sekolah berupa tas, kotak pensil, krayon, dan pulpen untuk Ghani, Haidar, serta ketiga adiknya. Selain itu, relawan juga menyerahkan bantuan biaya untuk pembelian buku paket yang langsung diserahkan kepada Tukiman, bendahara Yayasan Qur’anic School of Dewan Dakwah Indragiri Hilir, Riau.

Syamsuddin menyerahkan bantuan uang tunai untuk tunggakan buku paket selama dua tahun kepada Tukiman (44) selaku bendahara dari Yayasan Qur’anic School Of Dewan Dakwah Indragiri Hilir, Riau.


“Alhamdulillah, hari ini saya sangat bersyukur bisa hadir di sini. Terima kasih banyak kepada Yayasan Buddha Tzu Chi cabang Sinar Mas yang telah memberikan bantuan untuk keluarga Ghani. Kami sangat senang dengan kegiatan sosial tanpa syarat seperti ini, apalagi yang melibatkan lintas agama. Sebelum bantuan buku ini datang, adik-adik kami belum bisa mengambil buku di sekolah karena pembayaran belum lunas. Semoga program seperti ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih banyak berbagi,” ungkap Tukiman dengan senyum haru.

Kelima anak itu tampak tak sabar saat relawan menyerahkan bantuan. “Wah, tasnya anti air ya, Bu? Bagus kali laa!” seru Ghani dengan mata berbinar-binar.

“Makasih, Bu! Sudah lama kali pun tak pernah beli. Baru ni la aku dapat tas baru, kotak pensil baru,” tambah Haidar dengan suara penuh haru.

Ketiga adiknya pun memancarkan kebahagiaan saat membuka krayon warna-warni yang lengkap, wajah mereka penuh keceriaan.

Ikut Merasakan Semangat Ghani
Sebelum berpamitan pulang, para relawan menyempatkan diri membeli kerupuk dan bahkan berinisiatif membantu Ghani berjualan di depan rumah kontrakannya. Di pinggir jalan beraspal menuju Pasar Kilo 5, kendaraan lalu lalang, namun hanya sedikit yang berhenti membeli. “Ayooo, ayooo, kerupuknya! Kerupuk renyah, murah meriah! Dibeli, dibeli...” seru salah satu relawan, sambil menahan tawa.

“Baru beberapa menit berdiri di sini sudah terasa panasnya. Membayangkan Ghani harus berjalan kaki berkeliling setiap hari untuk berjualan, luar biasa tekadnya. Salut sama perjuangannya. Jadi bisa merasakan gimana rasanya kalau dagangan sepi pembeli,” ucap Julianti Nasution saat ikut membantu berjualan.

Wajah Ghani pun tampak berbinar ketika melihat sisa kerupuk di dalam karung plastik. “Alhamdulillah, terima kasih banyak. Saya tidak menyangka ibu-ibu mau membantu berjualan di pinggir jalan seperti ini. Tidak pernah terbayangkan akan banyak bantuan datang. Semua ini adalah jalan rezeki dari Allah SWT, yang diberikan lewat tangan ibu-ibu dan bapak-bapak. Terima kasih banyak,” ucap Saidah dengan air mata haru yang mengalir di pipinya.

Dengan penuh semangat para relawan Dhawa membantu Muhammad Zaidani Abdul Ghani berjualan kerupuk di pinggir jalan aspal depan rumah kontrakan.

Hari itu relawan mendapatkan kesan mendalam dengan kesempatan untuk membantu kelima anak Saidah dan sedikit meringankan beban ekonomi keluarganya. Selain bersedekah, berjualan juga turut dibantu dengan tulus oleh para relawan, sehingga perhatian tersebut benar-benar dapat dirasakan oleh penerima bantuan.

Gan En shijie-shijie, semoga amalan ibadah ini dapat diterima oleh kita semua, Aamiin,” ucap Syamsuddin di akhir kunjungan.

Dari pengalaman ini, relawan banyak belajar tentang perjuangan seorang anak yang rela melakukan apa saja demi membantu ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Ketangguhan Ghani dalam bertahan hidup pun menjadi inspirasi bagi anak-anak seusianya, terutama di tengah arus zaman modern saat ini. Hal ini sejalan dengan perenungan Master Cheng Yen yang mengatakan, “Manusia dapat bertahan hidup karena mereka selalu memiliki cara untuk mengatasi kesulitan dalam hidup.”

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Dukungan Perlengkapan Sekolah untuk Anak Yatim

Dukungan Perlengkapan Sekolah untuk Anak Yatim

11 September 2024

Siang yang terik mengiringi langkah kaki relawan Tzu Chi di komunitas Xie Li Downstream Marunda menuju Taman Pendidikan Alquran (TPQ) As Saniyah, Marunda, Jakarta Utara. Relawan menyerahkan bantuan tas sekolah dan alat tulis.

Tzu Chi Dampingi Ghani, Si Bocah Tangguh Penjual Kerupuk

Tzu Chi Dampingi Ghani, Si Bocah Tangguh Penjual Kerupuk

24 Juli 2025

Relawan Xie Li Indragiri Hilir memberikan bantuan perlengkapan sekolah untuk Ghani dan adik-adiknya. Mereka juga berkesempatan merasakan langsung bagaimana rasanya berjualan kerupuk di pinggir jalanan beraspal.

Keceriaan di Sekolah PAUD Harapan Bunda

Keceriaan di Sekolah PAUD Harapan Bunda

12 Maret 2019

Sebanyak 10 orang relawan bahu membahu melaksanakan kegiatan pemberian bantuan perlengkapan penunjang kegiatan sekolah yaitu berupa 1 set meja dan kursi, ayunan, perosotan, permainan keterampilan serta peralatan tulis bagi Sekolah PAUD Harapan Bunda.

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -