Tzu Chi Goes to Mall
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra![]() * Anak-anak kecil bernyanyi dan memeragakan isyarat tangan mengikuti gambar yang terlihat di layar proyektor pada pameran budaya kemanusiaan Tzu Chi di Mal Kelapa Gading 3, Jakarta Utara 14-16 November 2008. | Karina (3) kali ini pergi ke Mal Kelapa Gading 3, Jakarta Utara bersama ibu dan kakaknya bukan untuk berbelanja atau aktivitas konsumtif lain. Sabtu siang itu, 15 November 2008, ia ke mal justru sambil menenteng sebuah celengan dari plastik berwarna kuning. Sesampai tempat yang dituju, mereka bertiga segera menyerahkan celengan tersebut kepada seseorang berbaju biru celana putih. Lantas, celengan tersebut pun kemudian dibuka, bukan untuk berbelanja tapi justru untuk disumbangkan! |
Penerima celengan Karina adalah relawan Tzu Chi yang sedang menjaga pameran budaya kemanusiaan Tzu Chi di mal tersebut tanggal 14-16 November 2008. Sambil dibopong oleh relawan Tzu Chi, Karina menaruh sendiri uang tabungan yang telah dibuka pada sebuah pancuran dari bambu, kemudian uang-uang tersebut meluncur di pancuran seperti air ke sebuah jambangan. Sebagai penghargaan atas dana tersebut, relawan memberinya voucher makan vegetarian. Menurut Nita, ibunya, awal Karina menabung bukan untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Menabung untuk keperluan sendiri di masa datang. Namun niat berdana muncul setelah Karina mengikuti kelas Istana Dongeng Ceria yang diadakan Tzu Chi di Jing-Si Books & Café Kelapa Gading beberapa bulan lalu. Selain itu Nita juga mengajarinya untuk membantu orang lain dengan cara menyisihkan uang jajan. “Sebenernya udah beberapa tahun kalo ada uang koin dia masukkan ke dalam celengan. Kalau papanya ada uang koin, dia minta,” cerita Nita. Nita kemudian membeli 2 celengan Tzu Chi untuk pengganti celengan Karina yang telah dibuka dan satu lagi untuk Nilana (8), kakak Karina. Nilana yang juga mengikuti kelas Istana Dongeng Ceria juga menabung seperti Karina, namun hari itu tidak membawa celengannya. Rencananya dia akan memindahkan uangnya di celengan yang sekarang ke celengan Tzu Chi. “Buat nolongin anak kecil yang nggak punya makanan,” ujarnya polos ketika ditanya tujuannya menabung. ![]() ![]() Ket : - Karina memberikan celengan yang ia tabung selama beberapa tahun untuk disumbangkan kepada Tzu Chi. Mengenalkan Budaya Tzu Chi Menurut Lim Ji-shou, relawan Tzu Chi yang selama ini sering aktif di wilayah Kelapa Gading, pameran kali ini bertujuan agar relawan Tzu Chi memiliki kegiatan untuk mengenalkan Tzu Chi kepada masyarakat umum. Selama 3 hari itu, sekitar 30 ribu pengunjung menyambangi pameran. “(Pameran) pada intinya untuk memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi,” kata laki-laki kelahiran Malaysia yang telah beberapa tahun aktif di Tzu Chi Indonesia ini. “Budaya humanis ada dalam semua misi Tzu Chi,” tambahnya. Ketiga budaya tersebut adalah bersyukur, menghormati, dan cinta kasih yang menjadi tema pameran kali ini. Ji-shou menjelaskan, ada 2 hal utama yang dipamerkan dalam pameran kali ini, yaitu semangat celengan bambu dan pelestarian lingkungan. Semangat celengan bambu untuk mengenang kembali masa-masa awal Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi yang dimulai dari celengan bambu. Ikon celengan bambu belakangan ini dimunculkan kembali karena memberi kesempatan kepada lebih banyak orang, termasuk orang-orang tidak mampu secara ekonomi, untuk ikut berperan serta menabur kebajikan melalui Tzu Chi. Pelestarian lingkungan juga belakangan ini giat dikampanyekan oleh Tzu Chi. Dalam pameran kali ini, selain tersedia stand khusus tentang pelestarian lingkungan dan presentasi tentang pemanasan global, Tzu Chi juga memberikan voucher gratis untuk makan makanan vegetarian di 40 restoran yang terdapat di Mal Kelapa Gading. Voucher itu diberikan kepada orang yang berbelanja di pameran, menjadi donatur, atau mendaftar menjadi relawan. Seperti kita ketahui, pola makan vegetarian adalah salah satu bentuk mendukung pelestarian lingkungan karena lebih menghemat sumber daya alam dibandingkan kebiasaan makan daging. ![]() ![]() Ket : - Jing-Si Books & Cafe menjadi stand yang paling ramai dikunjungi. Di stand tersebut dijual berbagai macam “Cita-citaku Ingin Menjadi Relawan” Hampir semua anak itu datang bersama dengan ibunya. Para ibu tersebut menunggui di deretan kursi pendek di depan panggung. Mata mereka lekat melihat tingkah lucu anak-anaknya. Ada rasa bangga tersirat seperti yang terlihat dalam sorot mata Lanny (51). Dengan penuh senyum perempuan 3 anak ini terus menatap ke arah putri bungsunya, Natharina (7). Dengan bangga ia bercerita bahwa Natharina yang telah mengikuti kelas Istana Dongeng Ceria sejak April 2008 tersebut memiliki 2 celengan di rumah: satu untuk dirinya sendiri, satu lagi untuk Tzu Chi. “Untuk kepentingan semua orang,” tujuan Natharina menabung seperti ditirukan Lanny. Kebiasaan menabung itu juga menyebabkan Natharina menjadi hemat. “Dia ga pernah jajan,” ujarnya tentang Natharina yang kini duduk di bangku kelas 2 SD Santo Yakobus Kelapa Gading. ![]() ![]() Ket : - Sejumlah anak yang selama ini mengikuti kelas Istana Dongeng Ceria menghadiri pameran bergembira ria Lanny sudah puluhan tahun terbiasa ikut dalam kegiatan sosial sehingga anak-anaknya tidak terlalu kaget ketika dikenalkan dengan Tzu Chi. Bahkan, semua anaknya, termasuk cucunya, ia biasakan selalu merayakan ulang tahun di panti asuhan agar terbiasa membagi kebahagiaan dengan orang yang nasibnya kurang beruntung. Kebetulan dia sendiri saat ini merupakan pengurus Panti Asuhan Gunananda Cakung, Jakarta Timur. Yang lebih mengagumkan adalah jawaban Natharina ketika ditanya tentang cita-citanya, “Ingin jadi relawan menolong orang.” Cita-cita tersebut muncul sendiri, tanpa dipengaruhi siapapun. Mungkin itu karena Natharina terbiasa melihat ibunya aktif di kegiatan sosial. Lanny pun makin bangga terhadap putrinya tersebut. “Ini titipan anugerah dari Buddha yang diberikan pada saya. Ini anugerah terbesar dalam hidup saya,” ucap Lanny penuh syukur. | |
Artikel Terkait

Ketulusan Hati Seorang Pengajar
05 Desember 2012 Melihat keadaan ini, hati para insan Tzu Chi Indonesia tergerak dengan rasa belas kasih. Di tahun 2004, Tzu Chi khusus membangun sebuah pemukiman yang lebih layak dan manusiawi bagi mereka. Pemukiman tersebut kelak disebut Perumahan Cinta Kasih Muara Angke.
Tzu Ching Camp VII: Satu Akar
29 Oktober 2012 Semangat inilah yang berusaha ditanamkan kepada para peserta Tzu Ching Camp ke-VII yang diadakan sejak tanggal 26-28 Oktober 2012. Pada hari kedua, para peserta mendapatkan materi yang mendalam tentang filosofi Tzu Chi, khususnya tentang keteladanan Master Cheng Yen.
Doa Menyambut Hari Trisuci Waisak
05 Mei 2017Setiap tahun menjelang Hari Trisuci Waisak, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan ritual Namaskara, atau dalam bahasa Mandarin lebih dikenal Chao Shan. Ritual ini merupakan penghormatan kepada Sang Buddha dari para Bodhisatwa dengan melangkahkan kaki tiga langkah satu sujud atau dikenal dengan San Bu Yi Bai.