Waisak 2557: Menumbuhkan Semangat Berbakti
Jurnalis : Purwanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Dwi Hariyanto, Mie Li (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)
|
| ||
Jumlah semua orang yang hadir yaitu komite 2 orang, biru putih 13 orang, abu putih 17 orang, relawan 43, Tzu Shao 16 orang, dan tamu undangan 206 orang. Pukul 08.00 WIB prosesi pemandian Rupang Buddha dimulai. Sebelumnya setiap orang harus membasuh tangan dengan wangi air bunga yang mempunyai arti membersihkan batin manusia dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Selain itu bisa menghirup wanginya bunga yang mengibaratkan wanginya Dharma. Acara pemandian Rupang Buddha diawali oleh Romo Wagimin. Prosesi Waisak ini dapat terlaksana dengan tertib dan khidmat berkat kesadaran yang baik para peserta prosesi Waisak. Bakti Kepada Ibu
Keterangan :
Desi Shijie, salah satu peserta Waisak menuturkan bahwa dia merasa kaget saat membaca kartu ucapan anaknya yang bernama Deon. Surat tersebut bertuliskan: “Ma…, tolong berikan kesempatan saya untuk bermain, jangan belajar terus, saya kan sudah besar!”. “Saya merasa kaget, ternyata anak saya selama ini terlalu terkekang dalam belajar serta kurang bermain. Saya harus memberikan waktu bermain kepada anak saya. Ini memberikan pemahaman bahwa orang tua bisa memberikan waktu yang tepat untuk belajar dan bermain,” ujar Desi. Selain itu Lissa Shijie mengungkapkan, ”Saya sebagai relawan Tzu Chi sengaja mengajak anak saya mengikuti Hari Waisak dengan harapan anak saya lebih bisa menghargai orang tua yang telah merawat dan membesarkannya. Kalau sejak kecil sudah dimulai untuk berbuat yang baik, tentunya akan menjadi kebiasaan dan wataknya untuk berbuat baik setiap saat. Selain itu semoga ia mempunyai kasih sayang kepada teman dan orang lain sesuai ajaran Buddha,” ungkap Lissa berharap.
Keterangan :
Salah satu relawan yang lain juga mengungkapkan, “Saya pertama kali mengikuti kegiatan waisak yang luar biasa ini. Saat menyentuh air dan mengambil bunga saat pemandian Rupang Buddha, saya mau menangis karena di dalam hatiku acara seperti ini belum pernah saya temukan pada acara-acara yang pernah saya ikuti. Saat itu juga batinku menjadi lebih tenang dan damai,” ungkap Ahmei. “Saya mempunyai harapan karena saat ini banyak anak yang kurang patuh kepada orang tua di zaman sekarang, semoga di acara Waisak ini dapat membantu anak menjadi baik kepada orang tuanya,” tegas Ahmei yang suaminya telah meninggal dunia. Melalui prosesi Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia ini, semoga dapat memberikan perubahan sikap ke arah yang lebih baik serta menumbuhkan batin yang penuh dengan cinta kasih dan kasih sayang pada semua makhluk. | |||
Artikel Terkait
.jpg)
Makan Sehat, Hati Senang
25 Oktober 2017Yayasan Buddha Tzu Medan mengadakan “Festival Makanan Vegetarian” dengan berbagai menu olahan dan produk vegetaris selama tiga hari yang dimulai tanggal 20 Oktober 2017 dan berakhir tanggal 22 Oktober 2017 di Cambridge City Square Medan.

Suara Kasih: Membangkitkan Kebijaksanaan di Ladang Pelatihan Batin
07 Desember 2012 Di dunia ini, manusia hidup dalam kondisi yang berbeda-beda. Inilah yang dikatakan Buddha di dalam Sutra. Semua makhluk terlahir ke dunia sesuai dengan benih yang mereka tanam. Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan di mana.
Wujudkan Cinta Kasih Melalui Celengan Bambu
16 Juli 2019Xie Li Downtream Lampung menjadikan program donasi yang sudah menjadi budaya Tzu Chi sebagai program relawan yang tidak hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun. Setelah dilaksanakan pada bulan Maret 2019, para relawan kembali melaksanakannya pada 28 Juni 2019.