Waisak 2558/2014: Menunjukkan Sikap Bakti Pada Orangtua

Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun) , Fotografer : Beverly Clara, Mie Li, Yogie (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)


Prosesi pemandian Rupang Buddha pada perayaan Waisak berlangsung penuh khidmat pada tanggal 11 Mei 2014.

Secercah cahaya mentari pagi mengiringi langkah insan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun untuk melaksanakan kegiatan yang sangat dinanti insan Tzu Chi diseluruh dunia, yaitu perayaan hari Waisak, hari Ibu Internasional dan hari Tzu Chi sedunia. Jauh hari sebelum perayaan, semangat yang mengebu-gebu terlihat ketika para insan Tzu Chi mempersiapkan segala keperluan untuk merayakan hari yang sakral ini. Tepatnya pada hari Minggu 11 Mei 2014, seluruh insan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memperingati Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.

Segala persiapan mulai dari perlengkapan sound system, perlengkapan persembahan bahkan logistik telah dipersiapkan dengan matang. Pada pukul 08.00 WIB barisan yang begitu rapi tampak dipelataran Sekolah Menengah Pertama Maha Bodhi, Tanjung Balai Karimun, dimana persembahan sekaligus pemandian Buddha rupang dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Suasana hening dan khidmat sangat terasa ketika seluruh insan Tzu Chi mengumandangkan lagu persembahan.


Antusias dan keseriusan pun nampak pada setiap peserta yang turut serta mengikuti ritual perayaan ini.


Selain perayaan Waisak, juga memperingati hari Ibu Internasional dengan membuat acara bagi para orang tua.

Langkah yang mantap namun teratur selalu mengiringi para relawan dalam kegiatan ini. Tidak hanya berhenti sampai disini namun persembahan sekaligus pemandian Buddha rupang dilanjutkan ke sesi yang kedua terkhusus untuk para tamu undangan yang hadir. Keheningan dan kekhidmatan masih terasa hingga di akhir kegiatan ini. Sebanyak 320 tamu undangan yang hadir dalam perayaan Waisak kali ini termasuk di dalamnya para romo serta guru Agama Buddha dari setiap sekolah yang ada di Tanjung Balai Karimun juga turut hadir dalam memperingati hari Waisak kali ini.

Baktiku untuk ibu

Selain memperingati Hari Waisak juga memperingati Hari Ibu Internasiaonal, dimana para ibu berkumpul di sebuah ruangan yang telah disediakan oleh insan Tzu Chi. Isyarat tangan yang dipersembahkan oleh para anak budi perkerti Xiao Tai Yang dan para Tzu Shao menambah semarak dan kehangatan pada hari itu. Bukan hanya penampilan isyarat tangan namun, bermain peran (drama) juga ikut memeriahkan kegiatan pada hari itu. Sebuah drama “bakti anak kepada orangtua” yang dipersembahkan oleh para relawan Tzu Chi termasuk di dalamnya juga ada para guru. Cerita singkat ini memberikan sebuah pengertian dimana sebuah sikap bakti pada orangtua itu penting dan patut untuk dilaksanakan. Walaupun singkat namun cerita ini memberikan banyak inspirasi bagi anak-anak agar selalu berbakti pada orangtua setiap saat selama nafas masih berhembus.




Sebagai wujud rasa bakti anak kepada orangtua, setiap anak juga membasuh kaki ibunya masing-masing.

Sebagai wujud bakti anak kepada orangtua juga ada kegiatan membasuh kaki ibu sekaligus memberikan teh pada para orangtua. Isak tangis haru mengiringi kegiatan ini. Mengapa tidak? Setiap anak maupun orangtua akan merasakan hal sama ketika mereka mengingat kebaikan akan kasih sayang orangtua kita selama ini, mulai dari dalam kandungan hingga kita dewasa semua kasih sayang orangtua dicurahkan untuk merawat kita hingga kini. Sebuah pengorbanan yang tak ada henti dan tanpa pamrih yang telah diberikan orangtua pada kita. Tidak ada yang bisa membalas sebuah pengorbanan yang dilakukan orangtua, maka sepantasnya kita menumbuhkan sikap bakti kita pada orangtua sejak dini.


Salah satu anak dengan penuh rasa sayang memberikan ucapan hari Ibu dan bunga kepada ibunya.

Linangan air mata membasahi pipi Budi (17), “saya tahu acara hari ini karena diberitahu teman saya Joice, kalau hari ini ada perayaan waisak di SMP Maha Bodhi, maka dari itu saya ikut andil dalam kegitan hai ini” ungkapnya. Ia juga mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena teringat pada orangtuanya yang saat itu tidak dapat hadir pada peringatan hari Ibu. “Tahun depan saya ingin mengajak orangtua saya untuk hadir dalam perayaan hari ibu,” lanjutnya.

Hari itu seluruh kegiatan berjalan dengan lancar. Walaupun ada sedikit kendala di bagian sound system namun tidak menjadi masalah karena setiap acara telah dilaksanakna dengan tertib dan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan para insan Tzu Chi sebelumnya. “Setiap kegiatan pasti ada kendala baik dari segi individunya maupun perlengkapan dan sebagainya, namun semua itu tidak jadi masalah selama kesungguhan hati para insan Tzu Chi tetap bersatu menjalin jodoh bersama,” ungkap Jurman Shixiong, koordinator kegiatan. “Harapan saya di Waisak yang akan datang lebih banyak lagi calon Bodhisatwa baru yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan selanjutnya. Semoga dengan kegiatan kali ini menjadi sebuah pelatihan untuk para relawan Tzu Chi agar lebih maju lagi untuk menyukseskan setiap kegiatan yang dilaksanakan,” tuturnya.

Kesungguhan hati dan semangat yang tinggi dari para insan Tzu Chi memberikan aura positif tersendiri dalam perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasioanl dan Hari Tzu Chi Sedunia. Semoga dengan kegiatan-kegiatan seperti ini, kita dapat menjalin jodoh yang lebih baik untuk menapaki jalan Bodhisatwa.


Artikel Terkait

Waisak 2558: Kisah Dari Balik Layar

Waisak 2558: Kisah Dari Balik Layar

14 Mei 2014

Peringatan Hari Waisak, hari Ibu Internasional, hari Tzu Chi sedunia untuk tahun 2014 telah berlangsung dengan sukses pada hari Minggu, 11 Mei 2014 bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk.

Sungguh Hati Berlatih Prosesi Waisak

Sungguh Hati Berlatih Prosesi Waisak

19 Mei 2014 Bagaimana kita juga bisa berbuat lebih banyak kebaikan bagi sesama yang masih membutuhkan uluran tangan-tangan, sehingga semakin banyak hati manusia tersucikan, cinta kasih yang tersebar mampu menghapus dunia dari segala bencana.
Waisak Perdana Tzu Chi Palembang

Waisak Perdana Tzu Chi Palembang

23 Mei 2014 Persiapan demi persiapan dilakukan, dari Fandi Shixiong selaku koordinator yang belajar prosesi Waisak di Jakarta hingga ia kembali ke Palembang dan mulai memberi arahan kepada semua relawan bagaimana melakukan prosesi perayaan Waisak dengan baik.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -