Kisah Maitri yang mengalami Ambiguous Genitalia

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Videografer: Chandra S.

Maitri Dhamma Visakha Chandra (3), bocah asal desa Kedung Waringin, Kecamatan Kedung Waringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejak lahir memiliki alat kelamin yang tidak sempurna. Maitri yang biasa dipanggil Weweh lahir pada 4 Maret 2017 dengan jenis kelamin perempuan secara kasat mata. Namun setelah berumur 5 bulan Weweh memiliki buah zakar yang dikira orang tuanya adalah penyakit hernia. Atas saran kerabat, Herlisa (34), ibu Maitri, membawa di bawa ke rumah sakit Amanda Cikarang untuk diperiksa benjolan yang ada di sisi atas alat kelaminnya. Dokter RS Amanda mendiagnosa bahwa Weweh mengalami pertumbuhan kelamin yang tidak normal dan dokter merujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Hasil diagnosa dokter menyatakan Maitri mengalami kelainan Undescended Testis (testis tidak turun di mana buah zakar belum atau tidak berpindah ke posisi seharusnya, yaitu pada skrotum (kantong testis). Dalam dunia medis, kondisi ini disebut kriptorkismus.


Maitri Dhamma Visakha Chandra pascamenjalani operasi pada 6 November 2020 lalu di RSCM Jakarta.

Dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuma mengatakan bahwa Weweh mengalami Ambiguous genitalia yang merupakan salah satu kondisi langka, di mana genitalia dari bayi tidak dapat ditentukan secara jelas. Pada bayi dengan ambiguous genitalia, kelamin dapat tidak berkembang dengan sempurna atau dapat memiliki karakteristik dari kedua jenis kelamin. Sedangkan Undescended Testis (UDT) merupakan kondisi ketika testis belum pindah ke kantong kulit di bawah penis sebelum kelahiran. 

Dari situ Weweh kemudian menjalani observasi secara keseluruhan, mulai dari pemeriksaan tes darah untuk mengukur kadar hormon, pemeriksaan darah untuk menganalisis kromosom dan menentukan status seksual secara genetik (XX atau XY) atau pemeriksaan untuk kelainan gen tunggal, pemeriksaan ultrasonografi rongga panggul dan abdomen untuk mengevaluasi adanya testis yang belum turun, adanya rahim, atau adanya vagina, dan pemeriksaan sinar X menggunakan zat pewarna kontras untuk membantu klarifikasi struktur anatomi saluran reproduksi pada bayi.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium biologi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dokter menyimpulkan bahwa Weweh 46.XY yang menyimpulkan bahwa Weweh adalah berjenis kelamin laki-laki.


Juniarti, relawan Tzu Chi Cikarang berkunjung ke rumah Maitri yang baru saja menjalani operasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Selanjutnya dokter dengan cepat melakukan tindakan terapi dengan memberikan terapi hormon kepada Weweh untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuhnya. Dan selanjutnya dokter melakukan tindakan pembedahan untuk memperbaiki bentuk penis sehingga dapat berfungsi normal saat anak tumbuh dewasa.

Saat ini kondisi alat kelamin Weweh sudah terlihat. Kelamin Laki-lakinya lebih terlihat jelas karena Weweh pada tanggal 6 November 2020 lalu baru selesai menjalani operasi pertama di RS Cipto Mangunkusumo untuk mengeluarkan alat kelamin laki-lakinya dan sekaligus disunat.

“Dulu kalau buang air kecil keluarnya lewat organ vital mirip perempuannya itu, tapi nampak juga organ vital yang laki-lakinya, di atasnya,” tutur Herlisa (34), ibu Weweh saat ditemui relawan Tzu Chi Cikarang di kediamannya, Selasa, 24 November 2020.

Sejak Weweh lahir Herlisa dan keluarga sudah mengasuh dengan pola asuh anak perempuan, seperti membelikan baju wanita dan menindik telinga untuk dipasangkan anting. “Pantesan (kalau) dipakein anting ilang terus” ungkap Herlisa. 
Sejauh ini, upaya pemeriksaan ke rumah sakit terus dilakukan Herlisa, termasuk sang Nenek Khan Tiang Kwah (64) yang sangat peduli dan terus mendampingi Weweh. Hal ini terlihat bagaimana Herlisa walaupun kaki kanannya mengalami patah tulang, dengan menggunakan tongkat tetap berjuang membawa Weweh ke dokter untuk penanganan tindakan kesempurnaan Weweh.

Weweh sendiri adalah anak yang periang. Selama relawan Tzu Chi datang berkunjung, Weweh tak bisa diam. Weweh anak yang sangat aktif bergerak. “Setelah diberi suntikan hormon sebanyak lima kali Weweh sangat aktif bergerak layaknya anak laki-laki,”ungkap Herlisa.

Bertemu Relawan Tzu Chi


Dalam kunjungan ini, relawan Tzu Chi selain memberikan perhatian juga memberikan bingkisan sembako, tongkat untuk Herlisa, serta tas sekolah untuk kakak Maitri, Mudita Delicia yang duduk di bangku sekolah Dasar.

Herlisa adalah orang tua tunggal dari kedua anaknya Mudita Delicia (8) dan Maitri Dhamma Visakha Chandra (3). Mengetahui kesulitan yang dihadapinya, kerabat Herlisa di vihara menyarankan untuk mengajukan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di PGC Cililitan, Jakarta Timur. Dari relawan Tzu Chi di PGC Cililitan inilah pengajuan bantuan ini diteruskan ke Ketua Komunitas Relawan Tzu Chi Cikarang, karena lokasi tempat tinggal keluarga Herlisa di Cikarang.

Saat ini biaya pengobatan Weweh dan Herlisa sendiri ditanggung oleh BPJS Kesehatan, dan Yayasan Buddha Tzu Chi membantu biaya transportasi dan obat-obatan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Kondisi ekonomi keluarga Maitri sangat memprihatinkan setelah ayah Weweh meninggal dunia karena kecelakaan. Sedangkan Herlisa sendiri kondisi fisiknya mengalami patah tulang pinggul setelah jatuh dari kamar di saat banjir merendam rumah mereka 5 tahun lalu. Herlisa saat itu hanya berobat secara tradisional. Kondisi ini membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan tetap, meski sesekali ia bekerja sebagai penjaga toko. Sedangkan Kakek Weweh sendiri sudah sangat tua, sehingga biaya biaya hidup sehari-hari Herlisa dibantu dari saudara-saudaranya.

Relawan Tzu Chi yang pertama kali mendampingi Weweh adalah Budi Permana. Hari itu (24/11/2020), Budi dan dua orang relawan Tzu Chi Cikarang lainnya menuju rumah Weweh untuk melihat kondisi Weweh pasca dioperasi pada 6 November 2020 lalu.

Relawan Tzu Chi juga membawa bingkisan sembako, tas sekolah dan sepasang tongkat untuk Herlisa. Budi mendampingi Weweh dan Herlisa sejak awal 2018. “Awalnya Verianto, Ketua Tzu Chi Cikarang mendapat kabar dari Tzu Chi komunitas Pusat bahwa ada warga yang butuh bantuan untuk disurvei di wilayah Kedung Waringin ini,” ujar Budi.


Kakek Maitri, Sim Pen Sui merasa bersyukur dan bahagia karena relawan Tzu Chi selalu memberi perhatian kepada Maitri dan keluarganya.          

Di komunitas relawan Tzu Chi Cikarang sendiri sudah terbentuk 4 tim yang akan menangani bantuan Misi Amal Tzu Chi. Ini terbentuk agar relawan lain juga dapat merasakan berkah ketika mensurvei pasien penanganan khusus Tzu Chi.

”Awal survei ke rumah Maitri saya minta untuk dijemput di depan gang, karena lokasinya belum tahu. Ibu Maitri menghampiri ke depan gang rumahnya untuk menemui relawan. Dari situ saya amati dan tahu kalau Mamanya Maitri ini kakinya juga dalam keadaan sakit,” kata Budi. Dirumah Maitri, relawan mengamati kondisi rumah yang sangat sederhana. “Kondisi rumahnya memang sangat sederhana dan tidak ada perubahan hingga saat ini sejak 2018. Ibu Herlisa ini memang tinggal bersama orang tuanya yang sudah tidak bekerja,” tambah Budi. Dengan melihat langsung dan mengamati kondisi kehidupan keluarga ini, akhirnya diputuskan jika keluarga ini memang layak dibantu.

Budi, Juniarti, dan para relawan Tzu Chi Cikarang lainnya berharap Weweh bisa tuntas pengobatannya. Menurut dokter, agar kondisi Weweh bisa sempurna, setidaknya dibutuhkan beberapa kali proses operasi lagi. Banyaknya dukungan dan perhatian relawan Tzu Chi membuat Herlisa sangat bersyukur.  “Perhatiannya luar biasa, kasih semangat, dukungan sama yang di rumah sakit, terima kasih banyak atas bantuannya dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Terima kasih juga pada relawan-relawan yang sudah membantu Maitri sama saya,“ucap Herlisa haru.

Kebahagian para penerima bantuan juga menjadi kebahagiaan relawan, harapan mereka juga menjadi harapan para relawan Tzu Chi yang mendampingi mereka. “Harapan kami Mamanya Maitri bisa sehat kembali, bisa mencari nafkah kembali, dan bisa lebih produktif. Kami para relawan akan terus membimbing keluarga Maitri agar bisa mandiri dengan mengajarkan kemampuan yang dia biasa. Untuk Maitrinya semoga menjadi anak yang kuat dan bisa mendampingi Mamahnya, membantu dan berbakti pada keluarganya,” kata Budi.

Editor: Hadi Pranoto 


Artikel Terkait

Keceriaan itu Ada di Santa Anna

Keceriaan itu Ada di Santa Anna

05 Maret 2015 Rencana kunjungan akhirnya terlaksana pada Minggu, 1 Maret 2015. Pada pukul 14:00 WIB, sebanyak 25 orang relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Angke termasuk saya, mengunjungi Panti Jompo Santa Anna yang berlokasi di Jalan M No. 40 Gang Mazda, Teluk Gong.
Hartaku yang Paling Berharga

Hartaku yang Paling Berharga

05 April 2023

Relawan Tzu Chi komuitas He Qi Pusat mengunjungi Suhoca Savira (5) salah seorang penerima bantuan Tzu Chi yang menderita TB Paru dan gizi buruk.

Natal Bersama Keluarga Tzu Chi

Natal Bersama Keluarga Tzu Chi

27 Desember 2017
Di Panti Wreda Karitas relawan biasa memberikan pijatan, mencukur rambut, dan membagikan makanan kepada para penghuninya. Namun sedikit berbeda dari biasanya, pada kunjungan yang dilakukan 21 Desember 2017 itu relawan Tzu Chi Bandung menambahkan atribut khusus untuk menyambut Natal dalam list perlengkapan.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -