Lahan Pertanian yang Bisa Diwariskan

Jurnalis : Bambang Mulyantono(Tzu Chi Singkawang), Fotografer : Bambang Mulyantono(Tzu Chi Singkawang)
 

foto
Sejumlah ahli pertanian dari Tzu Chi Taiwan mengadakan kunjungan ke beberapa desa di Singkawang, Kalimantan Barat. Mereka mengadakan pertemuan langsung dengan para petani dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya pertanian organik.

Sabtu, 12 Mei 2012 sekitar pukul 16.00 WIB pesawat yang membawa tamu Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Singkawang mendarat di Bandara Supadio Pontianak. Tamu tersebut merupakan utusan dari Kantor Pusat Tzu Chi Internasional yang berkedudukan di Taiwan, mereka adalah Hsieh Ching-Kuei, Lu Fang-Tsuang, Jheng Hsing-Lu, Wu Fu-Hung, Wu Tien-Chy, dan Ho Chao-Wei, turut mendampingi adalah Adi Prasetio dari kantor perwakilan Tzu Chi Indonesia di Jakarta.  Sejenak mereka beristirahat dan makan malam di Pontianak, selanjutnya meneruskan perjalanan ke Singkawang yang ditempuh dalam waktu tiga jam diiringi rintik hujan di sepanjang perjalanan.

Tujuan mereka datang ke Singkawang tidak lain adalah menjajaki segala kemungkinan untuk membangun pertanian dengan konsep ‘pertanian berkelanjutan’, yaitu sebuah usaha pertanian yang dilakukan oleh masyarakat pertanian dengan tidak merusak daya dukung tanah dan lingkungannya. Untuk maksud tersebut, tim Tzu Chi Taiwan yang di dalamnya terdapat ahli tanah, ahli benih, dan ahli budidaya rumput laut. Sehari penuh pada Minggu, 13 Mei 2012 melakukan kunjungan lapangan ke lahan-lahan pertanian, wawancara dengan petani padi, jagung dan sayur, serta menyaksikan langsung tingkat perekonomian petani-petani miskin di Singkawang.

Kunjungan pertama dilakukan di Desa Painam untuk melihat lahan yang sedang dibuka dari hutan/semak belukar yang akan diperuntukkan sebagai lahan pertanian, di lokasi ini diketahui berapa biaya pembukaan lahan dan tingkat kesuburan asal tanah. Kunjungan berikutnya pada keluarga petani Herman Suryanto dan Sri Lestari di Desa Pajintan yang sudah menerapkan pertanian padi secara organik. “Kami sudah meninggalkan metode pertanian kimiawi (pupuk dan pestisida kimia), yang akibatnya sama-sama kita ketahui: pencemaran lingkungan, terbunuhnya mikrobia tanah, berkurangnya unsur hayati, hama menjadi kebal, munculnya ledakan hama, dan gangguan kesehatan manusia karena residu (racun) yang terkumpul.” Ungkap Herman yang menambahkan bahwa perpindahan dari pertanian kimiawi ke pertanian organik yang dijalani dilakukan secara bertahap. “Sekarang sudah 100% organik,” tegas Herman.

Kunjungan berikutnya ke Desa Pandereng untuk melihat pertanian jagung yang diusahakan oleh kelompok tani. Cara penanam jagung di lokasi ini masih menggunakan pupuk kimia meskipun diselingi pupuk kandang (kotoran ayam). Pada lokasi ini juga dilakukan wawancara dengan petani jagung dan meninjau kondisi rumah tinggalnya; berapa biaya produksinya dan penghasilannya setiap kali panen.

Perjalanan dilanjutkan meninjau pertanian sayur di Desa Kulor. Di sini petani Singkawang banyak mendapatkan masukan berupa penjelasan teknis yang diberikan oleh ahli pembenihan Taiwan seputar membuat benih sayur yang unggul.

foto   foto

Keterangan :

  • Selain meninjau lahan, para ahli juga meninjau keadaan ekonomi para petani yang tinggal di sana (kiri).
  • Para ahli mengadakan temuwicara dengan para petani demi mewujudkan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya (kanan).

Desa-desa yang dikunjungi tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Singkawang Timur yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani, berkebun, menorah getah karet, dengan kondisi ekonomi yang terbilang masih lemah.   

Setelah santap siang dan istirahat sejenak, rombongan sedianya melihat satu lokasi lahan pertanian lagi, namun dihadang hujan lebat disertai angin kencang, diperjalanan menuju lokasi terhadang pohon tumbang, akhirnya diputuskan kembali ke kantor penghubung sembari menunggu hujan reda dan menunggu para petani yang datang.

Pada pukul 15.00 - 18.00 diadakan temuwicara dengan para petani di kantor penghubung Tzu Chi Singkawang. Dikoordinasikan oleh Ir. Winarto – Kepala Kantor Penyuluh Pertanian Kota Singkawang, tidak kurang 50 orang dari kelompok tani diundang hadir untuk mengikuti diskusi seputar pertanian organik. “Pertanian dengan sarana produksi yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia terbukti tidak mampu memenuhi kecukupan pangan, bahkan dampaknya kian terasa jelas, yakni tanah menjadi rusak, keragaman hayati terganggu, alam menjadi tidak seimbang. Beras yang dibeli oleh Tzu Chi Internasional untuk memberi bantuan sosial semakin sulit didapat. Sehubungan dengan itu, Tzu Chi mendukung gerakan pertanian non kimia yang turut menjaga kelestarian tanah,” ujar Hsieh Ching-Kuei dalam diskusi.  

Diskusi berjalan lancar, berbagai persoalan teknis pertanian dikemukakan, dan ahli pertanian memberi penjelasan sesuai bidangnya masing-masing. Pertemuan diakhiri dengan makan malam bersama. Setelah para petani pulang ke rumah masing-masing, Tim Tzu Chi Taiwan melanjutkan pertemuan dengan para donator dan relawan Tzu Chi Singkawang, dimulai pukul 19.00 - 21.30. Topik pembicaraan tetap seputar pentingnya pertanian organik sekarang dan masa yang akan datang.

Esok harinya (14 Mei 2012) Tim Tzu Chi Taiwan diterima oleh Walikota Singkawang Dr. Hasan Karman di rumah dinasnya selama kurang lebih satu jam, antara pukul 08.00 - 09.00. Prinsipnya Walikota Singkawang mendukung apa yang akan dilakukan Tzu Chi dengan mendorong pertanian organik, dan tak lupa beliau mengucapkan terima kasih dengan berbagai bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada masyarakat Singkawang selama ini.

  
 

Artikel Terkait

 Duka itu Masih Terasa

Duka itu Masih Terasa

20 November 2009 Bencana gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September lalu meninggalkan duka di hati banyak orang, khususnya warga Kota Padang dan Pariaman. Semua orang merasakan duka yang sama, salah satunya adalah seorang relawan Tzu Chi Kantor Penghubung Padang yang bernama Tjia Tjoan An Shixiong.
Menanam Benih Kebajikan Melalui Celengan Bambu

Menanam Benih Kebajikan Melalui Celengan Bambu

19 Agustus 2013 Tzu Chi Pekanbaru dalam beberapa tahun terakhir telah menggelar acara Pemberkahan Akhir Tahun di kota Bagansiapiapi ini, yang dirangkai dengan kunjungan kasih ke Panti Kusta maupun kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan yang ada di kota in
Berbakti Sebelum Terlambat

Berbakti Sebelum Terlambat

24 Desember 2010
Di zaman sekarang ini, banyak anak yang sering menomorduakan orang tuanya, karena gaya hidup yang semakin moderen. Tidak menutup kemungkinan budaya dari luar turut mempengaruhi perilaku dan membuat beberapa anak bersikap melawan dan membangkang kepada orang tua.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -