Membantu Kurnia yang Tak Bisa Melihat Kembali

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.

Tak pernah terbersit sedikitpun oleh Kurnia Winata (53) bahwa dia akan kehilangan pengelihatannya. Kedua matanya kini sudah tidak bisa melihat lagi akibat sakit gula tinggi. Retina di mata kanannya bahkan sampai terlepas pada tahun 2009 hingga akhirnya dioperasi. Lalu pada tahun 2018, mata kirinya juga pelahan-lahan kehilangan kemampuan melihat sampai akhirnya kedua matanya saat ini menjadi buta.


Rita Malia, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang menyerahkan bingkisan paket sembako dari Tzu Chi saat melakukan kunjungan kasih ke rumah penerima bantuan Tzu Chi, Kurnia Winata.

“Kondisi mata sekarang sudah tidak bisa melihat sama sekali. Cuma ya yang sebelah kanan kadang masih sakit ya, karena ada silikonnya (di mata kanan), kalau pas gulanya lagi tinggi rasanya sakit,” jelas Kurnia saat dikunjungi dua orang relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang pada Senin, 18 Januari 2021 di Kelurahan Gelam Jaya, Pasar Kemis, Tangerang.

Awalnya Kurnia bekerja di percetakan pada bagian cutting sticker. Pekerjaannya ini menuntutnya harus bekerja over time. Dari segi kesehatan ia sama sekali tidak menyadari bahwa kadar gula di dalam badannya tinggi. Sampai pada akhirnya kedua matanya tidak bisa melihat lagi.


Kurnia Winata (baju merah) ditemani istrinya, Anggi Pirenaning Tias saling berdiskusi dan bertanya kabar dengan  2 relawan Tzu Chi yang mengunjunginya.

“Rasanya udah kalap, namanya kita orang percetakan. Punya mata nggak ngelihat, sama saja orang punya separo nyawa trus tinggal seperapat. Jadi manusia nggak ada gunanya dulu saya berpikir. Saya buat apa hidup lagi nggak ada gunanya. Buat kerja udah nggak bisa, sakit-sakitan,” kata Kurnia saat belum bisa menerima keadaannya.

Kondisi kedua matanya yang sudah tidak bisa melihat ini mempengaruhi psikologis Kurnia. “Kalau tidur dulu suka ngamuk tiba-tiba, nendang dan pukul tembok. Sampai nemuin tetangga saja nggak mau, saya malu sekali,” kenangnya. Anggi Pirenaning Tias (34), istri Kurnia pun harus beradaptasi dengan kondisi suaminya yang sedang konflik batin karena kehilangan penglihatan.

“Kalau dulu menghadapinya ya sabar banget karena sedikit-sedikit dia marah, salah tanggap. Jadi serba salah. Di awal-awal itu, luar biasa emosinya, nggak terima gitu, yang tadinya sering kerja di luar tiba-tiba harus 24 jam di rumah,” kata Anggi.


Dengan memanfaatkan benda-benda seperti kursi dan tasbih besar sebagai penanda, Kurnia Winata dapat berjalan-jalan di dalam rumah dengan perlahan sambil menggunakan penanda tersebut untuk membantunya menentukan arah jalan.

Tetapi lambat laun konflik batin yang dialami Kurnia mereda seiring berjalannya waktu. Istri dan anaknya pun tidak membedakan kondisi Kurnia dahulu dan sekarang. Dengan sabar, Anggi dan anaknya yang paling besar (SMP) pun terus membantu Kurnia dalam keseharian.

“Prosesnya panjang bagaimana saya bisa mengalahkan emosi saya karena saya menjadi orang buta,” kenang Kurnia. “Ya akhirnya saya memikirkan anak saya masih kecil gimana ini? Saya tidak bisa apa-apa, hanya bisanya berdoa saja,” tambahnya.

Dalam menjalani kehidupan setelah kedua matanya tidak bisa melihat lagi, Kurnia berusaha untuk tetap mandiri. Ia kemudian menaruh benda-benda di beberapa titik di dalam rumahnya sebagai penanda. Sambil merambat-rambat dengan kedua tangan di tembok, Kurnia menggunakan penanda tersebut untuk mengetahui lokasinya di dalam rumah.


Kini Kurnia Winata sudah bisa menerima kehidupannya tanpa pengelihatan. Saat dikunjungi, ia pun sudah bisa bersenda gurau dengan para relawan Tzu Chi.

Karena kondisinya tersebut, Kurnia hanya bisa pasrah dan setiap harinya hanya di rumah saja. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Anggi menjual makanan ringan dengan sistem PO (Pre Order). Tetapi apa yang dilakukan istrinya tentu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi Kurnia dan Anggi memiliki dua anak yang saat ini masih bersekolah.

Kemudian pada tahun 2020, Kurnia mendapatkan informasi dari temannya yang dulu sama-sama aktif di salah satu organisasi Buddhis tentang pengajuan bantuan di Tzu Chi. “Ada teman yang membantu, saya bersyukur semua ada jalannya. Sambil menunggu proses bisa mandiri, saya sangat bersyukur sekali ada bantuan-bantuan,” kata Kurnia. Akhirnya setelah diproses pengajuan bantuannya, Tzu Chi memberikan bantuan berupa biaya hidup karena Kurnia sebagai kepala keluarga sudah tidak bisa bekerja kembali.

“Saya mengucapkan terima kasih sudah dapat bantuan, paling tidak saya masih bisa bertahan. Dalam memulihkan ekonomi keluarga, saya juga sangat-sangat menghargai bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Mudah-mudahan Tzu Chi banyak mendapatkan karma baik,” ungkap Kurnia.


Setelah dikunjungi, Kurnia dan Anggi mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi karena telah memberikan perhatian dan bantuan.

Rita Malia, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang yang melakukan kunjungan kasih ke Kurnia Winata juga menjelaskan kondisi yang dialami oleh Kurnia. “Beliau adalah gan en hu penerima bantuan Tzu Chi yang sakit di kedua matanya. Sakitnya karena kadar gula yang tinggi dan tanpa disadari mempengaruhi kedua matanya hingga tidak bisa melihat,” ungkapnya.

Sebagai relawan pendamping, Rita Malia juga berharap yang terbaik bagi Kurnia. Karena dengan kondisinya yang sudah tidak bisa melihat lagi tentunya menjadi sebuah beban tersendiri. Dalam kesempatan kunjungan kasih ini relawan juga memberikan paket sembako cinta kasih dari Tzu Chi.

“Semoga pak Kurnia bisa menjalani hidup ini dengan ikhlas sehingga beban hidupnya tidak berat. Apalagi istrinya kebetulan bisa membantu berjualan kecil-kecilan walaupun tidak sepenuhnya meringankan. Karena itu kami dukung dengan memberikan bantuan biaya hidup,” jelas Rita Malia setelah kunjungan kasih.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Perjuangan Suratmi Merawat Irwansyah yang Cerebral Palsy

Perjuangan Suratmi Merawat Irwansyah yang Cerebral Palsy

22 November 2023

Sejak usia dua tahun Muhammad Irwansyah (15) menderita cerebral palsy. Irwansyah yang terbaring lemas dirawat dengan penuh kasih sayang dan kesabaran oleh ibunya, Suratmi (56).

Membawa Kegembiraan dalam Tenda

Membawa Kegembiraan dalam Tenda

19 Mei 2015 Rudi Suryana yang baru dua hari bergabung dengan tim juga merasakan hal yang sama dengan Ong Seng Yeow yang telah lebih dulu datang. Ia membawa hobinya dalam menyanyi dan bermain musik untuk menghibur anak-anak dan beberapa warga yang dikunjungi oleh relawan
Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

05 Februari 2016

Kunjungan ke Panti Sahabat Baru merupakan kegiatan rutin satu bulan sekali yang dilakukan relawan, sehingga terjalin keakraban antara relawan dan opa oma.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -