Penanganan Pasien Aditia Arrazi 5 tahun Penderita HICSPRUNG DISEASE

Jurnalis : Relawan Tzu Chi Bandung, Fotografer : Relawan Tzu Chi Bandung
 
foto

Aditia Arazi ,sejak umur 3 tahun menderita penyakit Hichprung, namun setelah beranjak umur 4 tahun baru bisa menjalani operasi pembukaan usus ke perut dan dibuat kan anus buatan. Operasi pertama dilakukan di RSHS, pasien seterusnya harus ditindak lanjuti dengan pengobatan-pengobatan berikutnya.

6 September 2005 (Selasa) orang tua pasien, Bapak Awaludin mengajukan permohonan pertama kepada Yayasan, menyatakan kondisi ekonomi keluarganya tidak memungkinkan untuk operasi lanjutan.

Relawan terdiri dari Bapak Uway dan isteri serta tim 3-1 mengadakan survey ketempat kediaman Aditia, keluarga Bapak Awaludin dan isteri beserta 2 orang anaknya menempati rumah susun 2 lantai,masuk ke sebuah gang kecil, tidak jauh dari jalan Binong jati, rumah berukuran kl.3x4 meter persegi, milik sendiri dengan peralatan rumah TV, VCD nyaris komplit, termasuk keluarga sejahtera dan belum memiliki kartu sehat.

Dalam pernyataannya Bapak Awaludin mengakui bahwa dari upah bulanan sebagai bar tender disebuah restaurant, hidup sehari-hari cukup memadai, namun untuk mengeluarkan uang bagi kesembuhan anak sulungnya,terutama sudah menghabiskan banyak biaya untuk operasi pertama, ayah pasien belum yakin bisa membiayai operasi kedua, karena ongkos yang harus dikeluarkan jumlahnya tidak kecil menurut perkiraannya.

Setelah melengkapi data-data, ayah pasien akhirnya berjanji mengeluarkan uang sejumlah Rp. 1.500.000,- sebagai partisipasi pengobatan, relawan dapat menerima permohonannya dengan syarat pasien bisa memperoleh KS. Melalui kepala ruang Cempaka Zr. Edah, relawan Suryani menjadwalkan ruang inap untuk pasien.

Pada hari Kamis,24-11-2005. Aditia masuk ruang tunggu operasi,sekitar jam 13, selama 4 jam, operasi selesai, jam 14.20 pasien keluar dari ruang pemulihan. Operasi ditangani Dr. Dikky, berlangsung lancar.

Dari keterangan Zr. Edah, disebabkan operasi lanjutan sekian lama tertunda, usus pasien sudah mengalami pembesaran, kalibernya tidak sesuai lagi dengan ukuran stapler yang harus dipasang, dokter memutuskan penyambungan tanpa alat, namun harus melalui 2 kali proses pembedahan.

Jumat, 25-11-2005, pagi jam 8.00, sebelum bertemu seorang pasien yang akan minta bantuan, Muhgi dan Suryani sempat menjenguk pasien Aditia, pasien sedang tidur dan ditunggu neneknya. Agak siang sedikit Bapak Awaludin, yang beberapa hari ini mengambil cuti, datang di RSHS untuk menemani putranya. Suryani setelah menerima uang pembatalan pembelian alat stapler dari Zr. Entin, segera mengembalikan uang sebanyak Rp. 1.500.000,- kepada Bapak Awaludin. Pesan suryani uang tersebut sebaiknya dianggarkan untuk membeli vitamin penambah kebugaran Aditia.

 

Artikel Terkait

Melihat, Mendengar, dan Bekerja dengan Sepenuh Hati

Melihat, Mendengar, dan Bekerja dengan Sepenuh Hati

22 November 2013 Akhirnya tiba waktunya para Xiao Tai Yang (murid kelas budi pekerti) untuk belajar lagi budi pekerti di Kantor Yayasan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. "Amitofo," salah satu dari siswa Budi Pekerti memberikan salam kepada semua relawan yang ada di dekat pintu.
Menambah Barisan Tzu Ching

Menambah Barisan Tzu Ching

28 November 2017

Muda mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Bandung mengadakan Tzu Ching Camp 2017 yang diadakan di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung, tanggal 18-19 November 2017. Peserta mendapatkan ilmu mengenai dunia Tzu Chi mulai dari budaya humanis Tzu Chi, sejarah Tzu Chi, visi dan misi Tzu Chi, serta sosialisasi Tzu Ching.

Suara Kasih: Berkumpulnya Para Anggota TIMA

Suara Kasih: Berkumpulnya Para Anggota TIMA

25 September 2010 Beberapa hari ini saya dipenuhi rasa syukur. Para anggota TIMA dari berbagai negara, latar belakang keluarga, serta budaya yang berbeda berkumpul di Taiwan untuk mengadakan konferensi TIMA di Aula Jing Si di Hualien.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -