Sosialisasi Pelestarian Lingkungan di Sekolah Mutiara Bangsa II

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Sudatta, Halim Kusin

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi berbagi mengenai cara membuat ekoenzim dari sampah sampah kulit buah di Sekolah Mutiara Bangsa II Tangerang.

Sekolah Mutiara Bangsa II Tangerang telah menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi sejak tahun 2015 hingga sekarang. Pada Kamis, 30 Maret 2017 lalu, para relawan diundang untuk memeriahkan acara ulang tahun Sekolah Mutiara Bangsa II yang ke-10 tahun.  Di sini, relawan diminta untuk berbagi tentang Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di acara sekolah yang bertema “Go Grow.. Go Green” kepada para guru dan murid.  Baik itu guru dari Sekolah Mutiara Bangsa II  maupun guru dari sekolah lain yang turut datang memeriahkan acara.

“Seminar hari ini adalah dalam rangka memperingati 10 tahun Sekolah Mutiara Bangsa II. Kami ingin masyarakat sekitar sekolah juga mendapatkan pengalaman, pengetahuan mengenai bagaimana cara melestarikan lingkungan. Juga bagaimana memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak berguna  menjadi berguna,” terang Maryani, koordinator acara.

Dalam sharing-nya, Johnny Chandrina, relawan Tzu Chi yang aktif di misi pelestarian lingkungan membahas tentang global warming dan cara mengurangi dampaknya. Salah satunya melalui kegiatan daur ulang. Tidak hanya itu, Johnny juga mengajak relawan lain untuk berbagi mengenai cara mendaur ulang sampah organik seperti kulit buah. 

“Kita membahas tentang 5 R. Yaitu Rethink, Reduce, Repair, Reuse,  Recycle. Nah itu juga dari Misi Pelestarian Lingkungan. Karena pemahaman tentang barang daur ulang bukan hanya dari nilai tetapi adalah dari diri kita sendiri menerapkannya seperti itu,” terang Johnny.

Johnny, berbagi mengenai 5 R (Rethink, Reduce, Repair, Reuse dan Recycle) kepada para tamu undangan.


Gladys, (kiri ujung pegang buku) akan melakukan daur ulang mulai dari rumahnya sendiri.

Tidak sekadar memberikan teori, relawan juga mengajak Suriadi yang memahami tentang ekoenzim untuk menyampaikan materi kepada para tamu undangan. Dengan berbagai penjelasan dan cara untuk melakukan daur ulang, para peserta pun termotivasi untuk ikut berpartisipasi. Seperti Retno Dwi Wulansari, guru kelas 4 SDN Belendung ini mengatakan  jika melakukan daur ulang adalah hal yang sederhana dan simple.  Karena itu Ia pun ingin menularkan kebiasaan mendaur ulang barang di lingkungan sekolah ia mengajar. 

Memang untk mendidik anak tidaklah mudah, terutama dalam mengajarkan mereka untuk melestarikan bumi. Tetapi Retno tidak patah arang dan yakin jika ada niat pasti ada jalan.

“Karena untuk merubah sesuatu kan nggak seperti membalikkan telapak tangan. Membentuk anak gimana dia bisa menjaga lingkungan, melestarikan, apalagi saya di Belendung itu banyak masyarakat yang masih perkampungan istilahnya jarang membawa bekal sendiri. Nah itu mungkin yang saya coba, perubahan perilaku anak-anak,” ucap Retno.

Untuk menyampaikan niatnya kapada para murid, Retno pun sudah memikirkan sebuah cara sederhana,  yaitu dengan mengajari mereka membuat pupuk tanaman dari sisa sisa buah-buahan.

“Ini contohnya seperti membuat enzyme sebagai pengganti  pupuk yang biasanya selalu kita beli. Ini mau saya coba nanti di sekolah menggunakan enzyme ini untuk disemprotkan ke tanaman- tanaman,” ungkap Retno dengan sumringah.

Retno, (berjilbab kiri) ingin agar para muridnya bisa menerapkan pelestarian lingkungan minimal dalam pembuatan ekoenzyme untuk pupuk tanaman sekolah.


Maryani, (baju coklat) selaku koodinator acara menerangkan jika dalam acara ini, Sekolah Mutiara Bangsa II ingin ikut dalam gerakan melestarikan lingkungan.

Pendidikan mengenai cara melestarikan bumi, tambah Retno, juga ingin ditularkan kepada para murid dengan harapan mereka menyadari jika bumi sudah mulai rapuh. Mereka juga dapat melakukan gerakan sederhana untuk mulai melestarikan bumi yaitu dengan daur ulang.

“Dari sini aku baru tahu kalau bumi kita ini makin tidak benar ya. Karena itu manfaat seminar ini banyak banget. Jadi aku tahu bisa buat sesuatu yang bernilai dari sampah-sampah yang ada. Carinya cukup mudah, karena bahannya itu di sekitar kita, kayak sampah tadi, kita pasti ada di rumah kita, botol-botol kita pasti minum juga ada,” ucap Gladys Lovisa Dipo Putri, murid kelas 10 A Sekolah Mutiara Bangsa II ini.

Dengan berbagai tentang pelestarian lingkungan, para relawan berharap, informasi tersebut dapat menginspirasi siapa saja yang mendengarnya. Lebih penting lagi diterapkan sehingga bumi dapat kembali hijau dan sehat kembali.

Editor : Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Bersama Menghargai Bumi

Bersama Menghargai Bumi

12 Mei 2015 Memperingati Hari Bumi Sedunia, Sekolah Global Montessori mengundang Yayasan Buddha Tzu Chi untuk melakukan sosialisasi mengenai pelestarian lingkungan yang ditanamkan sejak dini kepada para siswa sekolah.
Ulang Tahun Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi ke 3

Ulang Tahun Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi ke 3

29 Januari 2015 Pada Minggu yang cerah, para relawan Tzu Chi yang tergabung dalam komunitas He Qi (wilayah) Barat telah mempersiapkan perayaan Ulang Tahun Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Duri Kosambi, Jakarta Barat yang ke-3
Apresiasi Atas Sumbangsih Pelestarian Lingkungan

Apresiasi Atas Sumbangsih Pelestarian Lingkungan

01 Juli 2016
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima penghargaan "Paper to People" dari Universitas Bina Nusantara. “Paper to People” merupakan salah satu kampanye yang didengungkan oleh Fakultas Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Jakarta tahun 2016 berkaitan dengan aksi pelestarian lingkungan.
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -