"Belajar Bersyukur"

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

fotoMemperhatikan para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) merupakan wujud cinta kasih universal yang disebarkan para relawan.

Bersumbangsih dengan hati penuh sukacita, berpartisipasi dengan rasa syukur, tidak akan terasa melelahkan. (Master Cheng Yen)

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali merasa kekurangan dalam segala hal. Sepertinya kita adalah seorang yang sangat kekurangan. Karena perasaan itu maka kita tidak pernah mensyukuri apa yang kita dapat dan apa yang kita miliki. Karena pemikiran yang keliru ini maka sering kita merasa sedih dan kecewa. Padahal, di luar sana banyak sekali saudara-saudara kita yang lebih menderita, hidup dalam kemiskinan maupun menderita karena sakit.

Menyegarkan Hati dan Pikiran
Setiap bulan di minggu pertama relawan Tzu Chi dari He Qi Utara mengadakan kunjungan kasih ke Gan En Hu (pasien penerima bantuan Tzu Chi). Pada tanggal 3 Oktober 2010, para relawan telah hadir sejak pukul 8 pagi di Jing Si Books and Cafe Pluit untuk mengikuti kunjungan kasih. Setelah berkumpul, kegiatan dimulai dengan mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen untuk menyegarkan hati dan pikiran relawan. Setelah itu relawan dibagi menjadi 3 regu. Masing-masing regu akan mengunjungi 2 – 3 orang Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi).

Sekitar jam 9 ketiga regu ini berangkat satu per satu menuju tempat Gan En Hu. Salah satu regu ini meluncur ke daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Sesampainya di sana para relawan berjalan kaki masuk menelusuri lorong-lorong kecil menuju rumah Gan En Hu. Tempat pertama yang dikunjungi adalah rumah Tan Len Nio (52) yang menderita lumpuh sejak kecil. Penderitaannya bertambah ketika sang mama meninggalkannya untuk selama-lamanya (meninggal dunia).

Sejak itu Tan Len Nio hidup sebatang kara dan tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan berukuran 2,5 x 5 meter. Untuk beraktivitas seperti mandi dan buang air (kecil dan besar) Tan Len Nio sangat kesulitan. Ketika relawan datang, ia sempat berkata bahwa ia sudah sangat putus asa dan mengatakan dengan polos bahwa ia sangat sedih dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Mendengar itu spontan relawan menenangkan hatinya. Selain mendapatkan perhatian dan kasih sayang, Tan Len Nio juga menerima bantuan biaya hidup dari Tzu Chi. Ketika relawan pamit, terlihat senyum kebahagiaan di bibirnya.

foto  foto

Ket : - Relawan menelusuri lorong-lorong sempit dan lembab untuk menuju rumah para Gan En Hu. (kiri)
        - Walau berjalan jauh menelusuri lorong-lorong sempit, wajah relawan tetap cerah karena hati mereka            penuh cinta kasih. (kanan)

Perhatian yang Sangat Berarti
Pasien kedua adalah seorang nenek berusia 87 tahun yang terbaring tak berdaya di tempat tidur akibat patah tulang yang dialaminya setahun yang lalu. Karena keluarga pasien tersebut menolak untuk dioperasi maka Tzu Chi kemudian memberikan bantuan tunjangan hidup kepadanya. Melihat kedatangan para relawan nenek ini merasa sangat gembira. Walau dalam kondisi terbaring di tempat tidur, senyumnya tetap terpancar untuk relawan Tzu Chi. Setelah berbincang-bincang dalam suasana yang akrab penuh kekeluargaan, relawan pun kemudian pamit.

Setelah kunjungan selesai, kelompok ini kembali ke Jing Si Books and Café Pluit. Tak lama satu per satu kelompok lain pun kembali. Setelah istirahat sejenak maka diadakan sharing tentang tempat yang dikunjungi dan bagaimana perasaan para relawan terhadap kondisi kehidupan para penerima bantuan yang dikunjunginya. Satu per satu kelompok relawan maju ke depan untuk memberikan laporan dan mengungkapkan perasaannya.

foto  foto

Ket : - Rapat setelah selesai kunjungan kasih untuk mendata dan menyusun laporan dari hasil kunjungan              kasih tersebut. (kiri).
         - Go Chai Suan, Hendra dan relawan lainnya tengah menceritakan pengalaman mereka setelah              melakukan kunjungan kasih. (kanan)

Saat sharing umumnya para relawan memberikan pernyataan yang hampir sama, yaitu bagaimana kehidupan para Gan En Hu itu sangat memprihatinkan. Ini membuat para relawan akhirnya dapat lebih mensyukuri kehidupan mereka, padahal sebelumnya mereka sendiri merasa sangat kekurangan. Mereka bersyukur memiliki badan yang kuat dan sehat dan  berbahagia bisa berbuat untuk membahagiakan orang lain. Inilah Tzu Chi, tempat di mana kita berlatih dan belajar. Pada akhirnya bukanlah Yayasan Buddha Tzu Chi yang beruntung, tetapi relawan yang menjalankan dengan tulus dan hati yang murni yang akan memetik hasil dari pencerahan yang didapatkannya.

Oleh karena itu, Lim Ye Jiao, relawan Tzu Chi yang sering menangani pasien kasus Tzu Chi mengimbau kepada relawan-relawan lain agar lebih giat dalam melakukan kunjungan kasih dan juga survei kasus. Bagi relawan yang hanya memiliki waktu luang di hari Sabtu atau Minggu, Lim Ye Jiao memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan survei kasus di hari Sabtu dan Minggu, terkecuali untuk pasien yang dalam kondisi urgent. “Marilah bersama-sama kita garap ladang berkah ini. Dengan turun ke lapangan maka kita akan banyak melihat hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita lihat dan bayangkan,” kata LimYe Jiao.

  
 
 

Artikel Terkait

Perhatian Tzu Chi untuk Opa dan Oma

Perhatian Tzu Chi untuk Opa dan Oma

13 Mei 2013 Kunjungan kasih merupakan wujud rasa empati dari para relawan Tzu Chi. Keberadaan opa dan oma yang hidup jauh dari keluarganya adalah panggilan hati bagi para relawan Tzu Chi untuk berbagi kasih dengan mereka.
“Semangat Saya Kembali untuk Bisa Sembuh”

“Semangat Saya Kembali untuk Bisa Sembuh”

20 Agustus 2021
Setelah menunggu dua tahun karena keterbatasan biaya, akhirnya berkat bantuan Tzu Chi operasi kelainan pembuluh darah di otak Umi Komariatun dapat terlaksana melalui proses Gamma Knife pada 2021.
Mengarungi Samudera Dharma

Mengarungi Samudera Dharma

05 Juni 2015
Seribu lima ratus tahun setelah Buddha Parinibbana, Mahabhiksu Jian Zhen dari Tiongkok diundang untuk membabarkan Dharma di Jepang. Perjalanannya dari Tiongkok ke Jepang tak mudah dan penuh dengan rintangan. Namun itu tidak menyurutkan tekad Mahabiksu Jian Zhen bersama murid-muridnya. Perjalanan ini juga membuat Mahabiksu Jian Zhen kehilangan penglihatannya.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -