Bagian yang Tak Terpisahkan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

Relawan Tzu Chi tengah memeriksa bangunan yang baru diselesaikan oleh kontraktor. Gedung ini akan digunakan sebagai kantin bagi para pekerja di proyek pembangunan Aula Jing Si.

Ada yang baru di areal pembangunan Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. Sebuah bangunan besar dengan rangka atap baja berdiri kokoh di sisi kiri gedung utama yang akan dibangun. Tepat di depannya, deretan keran air berjejer rapi dengan bak penampung keramik yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat mencuci tangan bagi pekerja yang terlibat dalam pembangunan Aula Jing Si ini. Dan gedung itu, ternyata adalah sebuah kantin yang nantinya akan menjadi tempat makan para pekerja setiap harinya. Selama ini, para pekerja proyek membeli makanan dari luar, dan diharapkan dengan kehadiran kantin ini, maka mereka tidak perlu lagi keluar untuk membeli makanan.

“Nantinya untuk konsumsi ini akan ditangani sendiri oleh para relawan. Kita bagi waktu per He Qi (Utara, Barat, Selatan, dan Timur) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para pekerja,” kata Alwin K. Leonardus, relawan Tzu Chi yang diberi mandat untuk mendampingi para pekerja dan mensosialisasikan tentang budaya kemanusiaan Tzu Chi.

Pekerja Sangat Penting
Bagi Tzu Chi, para pekerja dalam proyek pembangunan Aula Jing Si merupakan bagian yang sangat penting. “Kita merasa sumbangsih mereka sangat besar, kalo mereka nggak ada, gimana mau bangun. Jadi ini sangat kita perhatikan. Terus, kita juga harus mempertahankan budaya kemanusiaan Tzu Chi, bagaimana caranya agar tempat ini bisa rapi, itu yang kita utamakan,” kata Alwin saat memeriksa gedung yang baru diselesaikan oleh kontraktor. Hal inilah yang kemudian mendorong Tzu Chi membangun kantin ini.  

foto  foto

Ket : - Pembangunan gedung seluas 23 x 30 meter ini memakan waktu lebih dari 2 bulan dan diperkirakan akan
            menampung 400 – 500 pekerja. Gedung ini nantinya juga akan difungsikan sebagai sarana sosialisasi
            terhadap para pekerja tentang Tzu Chi. (kiri)
         - Gedung kantin ini juga dilengkapi dengan tempat untuk mencuci tangan. Dengan demikian, kebersihan dan
          kesehatan para pekerja dapat tetap terjaga. (kanan)

Pembangunan gedung seluas 23 x 30 meter ini memakan waktu selama kurang lebih 2 bulan dan diperkirakan akan dapat menampung sebanyak 400 – 500 pekerja. Selain berfungsi sebagai kantin, gedung ini nantinya juga akan difungsikan sebagai sarana untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti sosialisasi terhadap para pekerja tentang Tzu Chi dan juga mengembangkan budaya kemanusiaan Tzu Chi. “Setelah kantin ini selesai, kita rencanakan untuk mengadakan sosialisasi tentang Tzu Chi kepada para pekerja,” kata Suryadi, relawan Tzu Chi lainnya. “Kita berharap akan ada perbedaan setelah mereka kerja di sini, disiplin yang tinggi, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan berjudi. Kalau mereka bisa menghemat uang untuk membeli rokok, tentunya penghasilan yang akan mereka bawa pulang ke rumah akan lebih banyak ,” tambah Alwin.

Pembangunan gedung kantin ini disambut baik oleh Parno, salah seorang pekerja di bagian konstruksi. “Jadi nggak perlu jauh-jauh untuk pergi beli makanan,” ujarnya. Parno yang asal Madiun, Jawa Timur ini baru sebulan bekerja di proyek pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi. Ia merasa senang dan cukup nyaman selama bekerja. Sebagai seorang perokok, Parno juga mengaku tidak keberatan akan himbauan dan larangan untuk merokok selama jam kerja di sekitar areal pembangunan. “Tidak masalah,” ujarnya. Parno cukup mengerti, dan maklum. “Di beberapa tempat (proyek -red) kerja saya dulu memang ada juga yang melarang,” akunya.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi juga memberikan masukan-masukan kepada pihak kontraktor terhadap bangunan ini.
           Selama pembangunan Aula Jing Si, relawan berharap budaya kemanusiaan Tzu Chi tetap terpelihara. (kiri)
         - Pimpinan dan anggota FKUB DKI Jakarta ikut meninjau lokasi pembangunan Aula Jing Si. Mereka berharap
           pembangunan Aula Jing Si ini dapat memberikan manfaat kepada para warga sekitarnya dan memelihara
           kerukunan antar umat beragama. (kanan)

Memberi Manfaat Bagi Warga Sekitar
Di hari yang sama, sebanyak 14 orang perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta datang meninjau lokasi pembangunan gedung Aula Jing Si. Lurah Kamal Muara, Tambah Suhadi mengatakan bahwa keberadaan Aula Jing SI ini secara izin tidak ada masalah dengan warga sekitar, mengingat di lingkungan ini (PIK) warganya mayoritas beragama Buddha. Dengan warga di luar lingkungan Pantai Indah Kapuk (PIK) juga tidak ada kendala, karena sebelumnya dari pihak Yayasan Buddha Tzu Chi sudah melakukan sosialisasi beberapa kali kepada warga Kamal Muara. “Semua RW sudah tahu dan secara langsung dari Tzu Chi juga telah mengundang perwakilan warga,” terang Tambah. Dalam kesempatan itu, Tambah juga menyampaikan harapannya, “Semoga dengan keberadaan (Aula Jing Si) ini, juga dapat membawa dampak ekonomi secara tidak langsung kepada warga di sekitarnya (Kamal –red). Sebab Kamal ini unik, meski punya PIK yang megah, tapi dulu statusnya IDT.”

Ketua FKUB DKI Jakarta, KH. Safi Mursid berharap Aula Jing Si akan membawa kesejahteraan bagi lingkungan, dan yang lebih penting adalah menjaga kerukunan antar umat beragama. Dari pihak Kristen, Rento berharap keberadaan Aula Jing Si yang juga akan dilengkapi dengan sarana pendidikan, posko bencana, dan kesehatan yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas bisa menjadi suatu contoh kerukunan beragama. “Suatu daerah yang mencerminkan contoh kerukunan beragama yang diprakarsai oleh (Yayasan) Buddha Tzu Chi,” ucapnya. Harapan yang sama juga diungkapkan oleh perwakilan dari agama lainnya, seperti Katolik, Hindu, dan Buddha.

Menjawab keinginan-keinginan tersebut, Winarso yang mewakili Tzu Chi menyampaikan bahwa selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Aula Jing Si juga direncanakan menjadi sarana mengembangkan kegiatan sosial, pendidikan, dan posko bencana, sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas.


Artikel Terkait

Terus Semangat Menopang Ekonomi Keluarga

Terus Semangat Menopang Ekonomi Keluarga

17 Juni 2021

Sungguh tak mudah jika seorang kepala keluarga tiba-tiba tak lagi mampu mencari nafkah. Ini dialami Dede, seorang ibu rumah tangga yang mesti berjuang mencari nafkah setelah sang suami, terserang stroke.

Ramah Tamah Imlek: Bodhisatwa Seribu Tangan

Ramah Tamah Imlek: Bodhisatwa Seribu Tangan

01 Maret 2013 Ketika acara akan dimulai mereka bergegas bersiap di belakang panggung karena siswi-siswi ini mendapatkan giliran pertama untuk tampil dalam acara Ramah Tamah imlek. Mereka tampil dan memukau para penonton dengan tarian yang sangat indah dan selaras. 
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -