Kisah Farel dan Faril di Balik Sunatan Massal Muara Wahau
Jurnalis : Hani Juwita Sari (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : Hani Juwita Sari (Tzu Chi Cabang Sinar Mas)
Farel dan Faril ditemani sang ibu saat menerima bingkisan usai mengikuti kegiatan Sunatan Massal yang digelar oleh Kepolisian Sektor (Polsek) Muara Wahau didukung oleh relawan Tzu Chi Sinar Mas.
“Lakukanlah segala sesuatu dengan penuh kesungguhan hati, tidak perlu merasa khawatir dan risau.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Dalam rangka HUT Bhayangkara ke-79, Kepolisian Sektor (Polsek) Muara Wahau menggelar Sunatan Massal pada Rabu, 25 Juni 2025. Kegiatan ini turut didukung relawan Xie Li Kalimantan Timur 1, Kalimantan Timur 2 Rantau Panjang, dan Jak Luay.
Di balik angka 228 peserta dan 60 relawan yang mendukung kegiatan ini, tersimpan kisah sederhana namun menggetarkan hati, yakni kisah si kembar Farel dan Faril.
Farel dan Faril adalah anak kembar identik berusia 8 tahun, duduk di bangku kelas 3 SD. Mereka adalah putra dari pasangan Mariani dan Wawan Alexander. Sang ayah merupakan karyawan PT Kresna Duta Agroindo dari Unit Muara Wahau Mill. Sehari-hari, Wawan bekerja keras untuk keluarga kecilnya, jauh dari hiruk pikuk kota besar. Maka, ketika ia mendengar tentang kegiatan sunatan massal ini dari rekan kerjanya, hatinya langsung tergerak.
“Saya langsung tertarik ketika Bu Yuyun, staf Regional Controller memberitahu tentang kegiatan ini. Anak-anak saya memang belum disunat, dan biaya sunat itu kan tidak kecil kalau dilakukan mandiri. Tapi lebih dari itu, ini soal kesempatan mereka merasakan perhatian dari banyak orang, sesuatu yang tidak selalu bisa kami berikan di rumah,” ungkap Wawan.
Wawan kemudian berbicara kepada istrinya, Mariani, dan tak lama setelah itu, mereka mendaftarkan Farel dan Faril sebagai peserta. Tanpa mereka duga, kehadiran si kembar ini justru membawa warna tersendiri dalam acara sunatan massal tersebut.
Di hari pelaksanaan, suasana halaman tempat acara begitu semarak. Para relawan sibuk menyambut peserta dengan senyum hangat, dan petugas medis bersiap di ruang tindakan. Farel dan Faril datang mengenakan baju yang sama namun berbeda warna, menggandeng tangan sang ibu. Dari kejauhan, mereka tampak tak berbeda, wajah sama, tinggi hampir identik, bahkan cara berjalan pun serupa. Nomor urut yang mereka kenakan juga berurutan, 144 dan 145. Tapi yang terjadi di dalam ruang tindakan membuktikan bahwa keberanian bisa tampil dalam banyak bentuk.
Farel, si kakak, berbaring dengan tenang di kursi tindakan. Sesekali ia memandang relawan yang menemaninya, dan tersenyum tipis. Meski wajahnya menegang, ia tak menunjukkan rasa takut. Proses sunat pun berjalan lancar tanpa banyak drama.

Farel (kanan) tampak tenang saat proses sunat dilakukan di ruang tindakan. Sementara Faril (kiri) tampak gelisah dan menahan ketakutannya saat proses sunat berlangsung.
Berbeda dengan adiknya, Faril. Saat dipanggil masuk, ia mulai gelisah. Tangannya mencengkeram lengan ayahnya, wajahnya memucat. Dan ketika proses dimulai, tangisnya pun pecah. Suara jeritannya terdengar hingga ke luar ruangan. Sang ibu mencoba menenangkan dengan mengalihkan perhatian, dan memegang kuat kaki Faril. Meski penuh tangis, proses akhirnya berhasil diselesaikan.
Selesai tindakan, keduanya keluar dari ruangan dengan langkah tertatih. Farel terlihat masih tenang, sementara Faril meski matanya masih sembab mulai tersenyum saat menerima bingkisan kecil dari panitia.
“Sakitnya sedikit aja,” kata Farel polos saat ditanya. “Aku takut banget… tapi sekarang udah enggak,” tambah Faril sambil tersenyum malu-malu.
Reaksi mereka menjadi perbincangan hangat di antara relawan dan peserta lainnya. Salah satu relawan, Noni Syahdini mengungkapkan, “Momen seperti ini membuat kita terharu, ya. Mereka kembar tapi beda cara mengekspresikan diri.”
Bagi Wawan dan keluarganya, kegiatan ini menjadi pengalaman tersendiri. “Bukan hanya anak-anak yang belajar hari ini, saya juga belajar. Ternyata beda anak, beda juga ekspresinya, beda pula ketika di ruang tindakan tadi. Tapi saya sangat berterima kasih kepada semua relawan, tim medis, dan pihak yang mendukung,” tuturnya penuh haru.
Kini, Farel dan Faril telah menyelesaikan salah satu proses penting dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin masih kecil, tapi pengalaman ini akan menjadi kenangan yang kelak mereka ceritakan dengan bangga. Dan bagi semua yang terlibat, senyum si kembar menjadi bukti bahwa satu aksi kecil, bila dilakukan bersama, bisa membawa cahaya ke hati banyak orang.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait

Tzu Chi Padang Gelar Baksos Khitan di HUT Bhayangkara
27 Juni 2023Menyambut HUT Bhayangkara dan HUT Dokkes Polri Sumbar ke-77, Polda Sumbar bersama Yayasan Buddha Tzu Chi Padang dan Pemerintah Kota Padang mengadakan bakti sosial kesehatan berupa khitan gratis yang totalnya melayani 549 peserta khitan.

Layanan Kesehatan untuk Warga Desa Leuwibatu
04 April 2016Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) mengadakan baksos kesehatan umum, gigi, dan khitanan (sunat) di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat pada Minggu, 27 Maret 2016. Sebanyak 685 pasien yang terdiri dari 600 pasien umum, 41 pasien gigi, dan 47 anak yang dikhitan mendapat pelayanan hari itu.

Baksos Khitanan Massal, Meramaikan HUT Bhayangkara ke-78
21 Juni 2024Menyambut HUT Bhayangkara ke-78, Polda Sumbar bekerja sama dengan Tzu Chi Padang mengadakan bakti sosial kesehatan khitanan massal yang diadakan di Gedung Bagindo Aziz Chan Youth Center, Kamis 20 Juni 2024.