Bahagia Dalam Kebahagiaan

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2) , Fotografer : Nunik Triyana (He Qi Barat 2)

Para relawan berangkat ke Panti Werdha Wisma Sahabat Baru. Berbekal dengan cinta kasih. bingkisan dan kebahagiaan yang akan dibagikan pada Oma Opa di sana.  

Takaran kebahagiaan terkadang sulit untuk mengukurnya, namun ketika memahami Dharma Master Cheng Yen, bahwa: Kebahagiaan dalam kehidupan tidak ada tolok ukur tertentu. Bisa memberikan perhatian & kasih saying pada sesama akan menjadi bahagia di dalam kebahagiaan.

Dengan Dharma tersebut kita bisa mengerti arti kebahagiaan sejati.

Hari Raya Imlek pada Minggu 22 Januari 2023, pastilah menghadirkan suasana bahagia bagi anggota keluarga yang merayakan, menikmati makanan lezat, senyum tawa yang hangat dan penuh berkat. Tapi kebahagiaan itu akan lebih lengkap bila kita bagikan juga kepada beberapa insan yang mungkin tidak memiliki kesempatan seperti keluarga lengkap yang merayakan.

Genggaman erat penuh kerinduan yang disambut oleh relawan.

Bertumpu pada kesadaran itu, maka sehari setelah hari Raya Imlek, pada Senin 23 Januari 2023 sebanyak 20 relawan Tzu Chi di Kebon Jeruk Jakarta Barat melakukan kunjungan kasih untuk Oma Opa di Panti Werdha Wisma Sahabat Baru, Jakarta Barat. Selain 20 relawan yang berkunjung ada beberapa relawan yang tidak berkesempatan hadir namun menitipkan tanda kasihnya. Kesemuanya memiliki niat tulus untuk berbagi kebahagiaan untuk oma opa di tahun Baru Imlek.

Sebelum pandemi Covid-19, para relawan rutin mengunjungi panti ini, namun kali ini adalah kunjungan kasih perdana setelah hampir tiga tahun absen. Saat ini Wisma Sahabat Baru telah membuka kembali kunjungan dengan jumlah pengunjung dan waktu terbatas. Wisma dihuni oleh 17 oma opa lanjut usia penderita sakit dan 8 perawat / pengurus.

Bernyanyi, bergerak dan saling menularkan energi bahagia.

Acara ini dimulai pada pukul 8.30 WIB.  Relawan bersiap dengan tulus hati menyediakan tanda kasih berupa Angpau sebagai tradisi mulia dalam berbagi dan oleh-oleh makanan lezat untuk disantap bersama oma opa. Dengan protokol kesehatan yang ketat yaitu masker dan hand sanitizer relawan mulai memasuki ruangan.  Sesungguhnya relawan akan menjaga jarak ketat, namun begitu memasuki ruangan beberapa oma langsung mengulurkan tangan, meraih, menggenggam dengan erat dan sangat rindu ingin dikasihi, membuat hati para relawan meleleh trenyuh, maka genggaman tangan pun disambut erat dengan meminta izin pada perawat.

“Maaf suster, apakah kami boleh menyentuh oma opa, menyuapi atau lainnya?”, koordinator relawan menanyakan.

“Silahkan asal benar-benar bersih”.

Meskipun ada izin, namun relawan tetap ketat menjaga protokol kesehatan, melayani oma opa tidak seperti sebelum pandemi. Dulu relawan bisa merangkul, memeluk mengusap air mata bahkan menggendongnya. Kini hal-hal itu tidak akan dilakukan.

Acara dibuka dengan pembawa acara Yani Adikarta, yang mengajak oma opa berdoa. Dalam genggaman tangan-tangan kurus oma opa, relawan menemani berdoa, dipimpin oleh Oma Hilda dengan pendampingan relawan Merry Lay. Lanjut perkenalan satu persatu nama-nama Oma Opa yang sebagian belum dikenal. Setelah ramah tamah, membantu menyuapi, menyanyikan lagu-lagu Imlek dan bergerak bergembira dengan lagu senam sederhana. Kemudian relawan membagikan Angpau kepada oma opa dan para perawat serta pengurus.

Opa Mustofa yang menganggap panti werdha adalah rumah bahagianya.

Di sela ramah tamah, relawan sempat berbincang dengan Opa Mustofa, yang akrab disapa opa Mus. Pria usia 82 tahun yang berasal dari luar Jawa itu menceritakan dengan semangat bahwa  dulu waktu kecil  ikut membantu ayahnya berjuang.

“Waktu Belanda datang lagi ke sini (Agresi kedua Belanda  ke Indonesia), ayah saya ikut mengusir Belanda. Saya masih kecil waktu itu, tapi saya senang membantunya bikin bekal berjuang. Sekarang tidak ada yang bisa saya bantu dan perjuangkan.” Opa Mus mengakhiri ucapannya  dengan mata berkaca-kaca.

Maka relawan langsung mengalihkan pembicaraan dan opa Mus tersenyum kembali sambil menggenggam tangan Oma Siti yang berada di sebelahnya. Opa Mus melanjutkan: “Yang penting saya bahagia di sini, ini saya namakan rumah bahagia”, pungkasnya tersenyum sambil memberi tekanan dalam kata bahagia.

Genggaman erat kedua insan Opa Mustofa dan Oma Siti yang merasa senasib sepenanggungan.

Di sinilah peran relawan dibutuhkan agar penghuni panti tidak larut dengan rasa ketidakberdayaan, dan memompa semangat dengan ucapan maupun tindakan yang tulus. Beberapa relawan tertarik akan sikap Opa Mus yang menggenggam erat tangan oma Siti yang di sebelahnya.

Mereka pun bertanya pada suster, “Apakah mereka suami istri?”.

“Bukan, memang sikap Opa Mus begitu pada siapa saja. tapi kebetulan keduanya adalah oma opa yang hampir tidak pernah ada keluarga yang mengunjungi”.

Mendengar penjelasan mengharukan tersebut relawan mencoba berkomunikasi dengan Oma Siti yang selalu tampak terdiam dan menutup mata. Oma Siti ternyata memiliki keterbatasan berinteraksi. Dengan sabar relawan menyuapi dan memperlakukan seperti keluarga dengan kasih yang tulus, Oma Siti pun membuka mata menatap dengan tatapan teduh yang memancarkan kebahagiaan.

Selain Opa Mus dan Oma Siti yang menampakkan kebahagiaan karena kunjungan kasih relawan, hampir semua berbahagia. Di antaranya Oma Hilda penghuni lama yang dikenal relawan,  sangat bahagia bersua kembali dengan relawan. Juga oma Lee dan oma Erna yang menyatakan kebahagiaannya dengan nyata.

Kebahagiaan antara relawan dan oma opa penghuni Wisma Sahabat baru.

Kebahagiaan adalah anugerah indah yang terkadang sulit diraih, yang ternyata ada di sekitar kita bila kita mampu dan mau memaknai, meresapi dan mempraktikkan arti bahagia yang sejati. Tidak hanya untuk diri sendiri tapi terlebih pada insan-insan yang sangat membutuhkan.

Relawan Tzu Chi beruntung memiliki pencerahan tentang arti bahagia sejati lewat ajaran Master Cheng Yen, bahwa kita mampu bahagia dengan memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Mudah bukan? Itulah ajaran yang akan menjadi bekal indah bagi seluruh relawan Tzu Chi.

Setelah dirasa waktu yang telah ditentukan selesai, maka Kunjungan Kasih diakhiri dengan Doa lagu Cinta dan Damai. Semoga semua masyarakat harmonis,  semoga semua makhluk berbahagia.

Editor: Khusnul Khotimah                  

Artikel Terkait

Merajut Cinta Kasih Dengan Berbagi Paket Imlek

Merajut Cinta Kasih Dengan Berbagi Paket Imlek

17 Januari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan 100 Paket Imlek 2023 kepada umat wihara yang terdapat di Jakarta Timur (Cipinang, Jatinegara, Ciracas, dan Kramat Jati).

Sukacita dalam Paket Imlek yang Penuh Kasih

Sukacita dalam Paket Imlek yang Penuh Kasih

27 Januari 2023

Momentum Imlek 2574 yang bertepatan di Bulan Januari 2023, kembali Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menjalin untaian kasih dengan warga Cikarang Utara, Jonggol dan Cibarusah dengan pembagian Beras Cinta Kasih.

Tzu Chi Makassar Sambut Imlek dengan Berbagi Bingkisan kepada Warga Prasejahtera

Tzu Chi Makassar Sambut Imlek dengan Berbagi Bingkisan kepada Warga Prasejahtera

13 Januari 2023

Tzu Chi Makassar membagikan 600 paket bingkisan dalam kegiatan Pembagian Bingkisan Imlek sebagai bentuk kepedulian kepada keluara prasejahtera Tionghoa dalam rangka perayaan Imlek 2574.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -