Baksos Degeneratif Tzu Chi: Melayani dengan Hati di Pulau Terpencil

Jurnalis : Agus Lee (Tzu Chi Batam), Fotografer : Adi Tan, Supardi (Tzu Chi Batam)
Para tenaga kesehatan melakukan pengecek darah berupa kolesterol, gula darah dan asalm urat.

Penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh atau penuaan. Tanggal 11 Juni dan 9 Juli 2023, Tzu Chi Batam kembali mengadakan baksos degeneratif di SDN 10 Bulang di Pulau Jaloh. Ini merupakan komitmen Tzu Chi Batam untuk melakukan kontrol pertama dan kedua setelah pengecekan pertama pada 21 Mei 2023 lalu.

“Baksos degeneratif ini selain tujuannya untuk penyuluhan, juga untuk mengobati dan meringankan penyakit degeneratif yang sudah terindikasi oleh warga sehingga dapat mencegah perburukan dari penyakit tersebut,” kata Alexander Prayoga selaku koordinator baksos degenerative.

Tim medis dan relawan sudah berkumpul di Aula Jing Si Batam pukul 06.00 pagi, briefing terlebih dahulu sebelum menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dengan kapal. Tiba di SDN 10 Bulang, para relawan langsung bergerak di posisi masing-masing. Tenda dan bendera Tzu Chi didirikan, seketika sekolah dasar berubah menjadi lokasi Baksos Degeneratif Tzu Chi.

Relawan mengangkut kebutuhan logistik baksos dari pelabuhan ke sekolah.

Alexander Prayoga mengumpulkan obat berdasarkan resep dari dokter.

Dr. Steven yang pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Chi mengaku prihatin dengan kondisi Pulau Jaloh. Dr. Steven juga menuturkan bahwa terkadang kita yang tinggal di Kota lupa mensyukuri apa yang kita punya. “Di sini ternyata orang-orangnya sulit akses dalam banyak hal, salah satunya mau ke pasarnya pun susah, mereka kalau mau ke pasar, mereka harus ke pulau Batam. Termasuk yang sekarang kita lakukan ini, ternyata akses mereka terhadap kesehatan pun susah karena jauh dari kota.”

Sulitnya akses ke kota juga menyebabkan kebutuhan gizi warga Pulau Jaloh tidak terpenuhi dengan baik. “Salah satunya dia bilang dia mau ke pasar pun susah, dia mau beli sayur pun tiga pekan sekali atau satu bulan sekali. Tentu akan berefek ke gizi atau nutrisi dia, contoh ada yang sulit ke Batam, sulit cari sayur dan buah, akhirnya yang dia makan hanya ikan asin, tentu dampak jangka panjangnya kurang gizi dan sakit darah tinggi,” ujar dr. Steven menanggapi apa yang ia dengarkan dari warga Pulau Jaloh.

Dr. Steven merupakan salah satu dokter yang mengikuti baksos degeneratif secara penuh di Pulau Jaloh.

Relawan menggunakan wadah seadanya untuk menampung donasi dari warga.

Selama tiga kali kunjungan ke Pulau Jaloh, dr. Steven ditugaskan di pengecekan tensi kemudian dipindahkan ke bagian konsultasi. Di bagian apapun yang ditugaskan, dr. Steven selalu memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dan mendengarkan keluhan yang dirasakan warga. “Intinya baksos ini kan kita berbuat kebaikan, kita berbuat kebaikan di tempat yang sulit dijangkau. Ketika kita melayani dengan hati, you can see love in every human beings, di situlah kesempatan kita in touch dengan orang-orang yang kesulitan untuk mengakses kita, tenaga kesehatan”, tutur dr. Steven.

Salah seorang warga, Fetty sangat gembira dengan diadakannya baksos degeneratif. Ibu yang mengidap penyakit hipertensi sejak melahirkan anak kedua sekitar setahun yang lalu ini mengaku tidak berhasil menurunkan tekanan darahnya. “Diadakan sosialisasi, kita dianjurkan untuk beraktivitas, olahraga, menjaga pola makan, terus jangan terlalu banyak beban pikiran dan sebagainya”, ujar Fetty.

Anggota TIMA menerangkan pentingnya perubahan pola hidup.

Baksos Degeneratif selama 3 bulan di Pulau Jaloh diakhiri dengan foto bersama.

Mengikuti apa yang dia pelajari dari penyuluhan, Fetty langsung menerapkannya dengan mengontrol emosi, mengurangi asumsi garam dan makanan seafood. Hasilnya langsung terlihat pada saat kontrol kembali di baksos degeneratif ini. Fetty sangat senang, “Sebelumnya belum ada perubahan, mungkin efek samping makanan atau sebagainya, tetapi setelah diadakan baksos ini, baru merasakan hipertensinya itu normal”. “Sehat itu mahal, bagi saya”, ujarnya menambahkan.

Fetty merupakan salah satu dari 125 warga yang mengikuti kontrol pertama pada tanggal 11 Juni 2023. Pada baksos terakhir di 9 Juli 2023, sebanyak 75 warga kembali untuk kontrol kedua kalinya. Setelah tiga kali baksos di Pulau Jaloh, data semua pasien yang mengidap penyakit degeneratif akan diserahkan ke Puskesmas Bulang. “Kita berharap dari puskesmas ataupun posyandu tetap dapat mengingatkan dan menghimbau warga untuk teteap rutin kontrol ulang di puskesmas terdekat”, harap Alex.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Pendampingan Ke-2 Pasien Baksos Degeneratif

Pendampingan Ke-2 Pasien Baksos Degeneratif

25 April 2017

Minggu, 23 April 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia  mengadakan Baksos follow up ke-2 di Sekolah Al Mutaqien, Kapuk Muara, Jakarta Utara. Kegiatan ini diikuti oleh 91 pasien degeneratif.

Peduli dan Waspada Terhadap Penyakit

Peduli dan Waspada Terhadap Penyakit

06 Februari 2019
Pada 27 Januari 2019, Tzu Chi Bandung mengadakan baksos degeneratif lanjutan untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan para pasien yang telah mengikuti pelayanan degeneratif pada 6 Januari 2019 lalu. Dengan pemeriksaan secara berkala, manfaat dari baksos kesehatan ini akan nampak setelah mendapatkan pengobatan yang dianjurkan oleh para tim medis. 
Mencontohkan Pola Hidup Sehat Melalui Baksos Degeneratif

Mencontohkan Pola Hidup Sehat Melalui Baksos Degeneratif

14 Agustus 2019

Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial kesehatan degeneratif bagi pasien yang berumur 45-65 tahun. Djonni Andhela, Ketua Tzu Chi Bandung mengatakan, Tzu Chi Bandung mengupayakan agar seluruh masyarakat di Kelurahan Dunguscariang dapat terakomodir secara merata mengenai baksos kesehatan degeneratif.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -