Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-142 di Lampung: Pterygium Hilang, Senyum Sumiyati pun Mengembang

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth

Baksos Kesehatan Tzu Chi ini bukan hanya menolong, tetapi juga membuat relawan dan tim medis belajar mengembangkan cinta kasih kepada sesama.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-142 diadakan di Kota Lampung setelah terakhir kali diadakan tujuh tahun lalu. Ini merupakan Baksos Kesehatan Tzu Chi yang keempat kalinya dilakukan di Bumi Kalianda. Sebanyak 269 pasien, yang terdiri dari katarak (159), pterygium (33), hernia (25), benjolan (minor GA dan lokal) 50 orang, dan sumbing palato (2) berhasil ditangani dalam baksos yang diadakan di RS Budi Medika Lampung. Baksos Kesehatan Tzu Chi ini dilaksanakan pada Jumat, 1 Desember 2023. Proses screening (penjaringan dan pemeriksaan awal pasien) sendiri dilakukan pada 25 November 2023.

Bagi RS Budi Medika sendiri ini merupakan pertama kalinya rumah sakit ini dijadikan tempat pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi. Sebanyak 20 dokter spesialis dan 30 perawat dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia datang dari Jakarta untuk mendukung pelaksanaan baksos ini.

Walaupun harus mengoperasi banyak pasien dari pagi hingga malam, Tim Medis Tzu Chi tetap bersemangat tatkala melihat kebahagian di wajah para pasien dan keluarganya.

Kehadiran baksos kesehatan Tzu Chi ini menjadi harapan bagi masyarakat Lampung yang membutuhkan layanan kesehatan. Tindakan operasi ini tidak hanya bertujuan untuk menyembuhkan fisik, tetapi juga memberikan harapan baru dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang belum terjangkau layanan kesehatan.

“Menurut data,  Provinsi Lampung ini berada di posisi ketiga terbanyak di Indonesia yang masyarakatnya terkena katarak, dan ini dapat menyebabkan kebutaan. Dengan adanya kita di sini membantu sedikit penderitaan mereka untuk bisa melihat secercah harapan kembali,” harap dr. Ruth O. Angraeni, Ketua Baksos Kesehatan Tzu Chi Indonesia.

Kebahagiaan dirasakan Sumiyati(43) saat keluar dari ruang operasi. Ia adalah salah satu pasien pterygium yang berhasil dioperasi. Sehari-hari Sumiyati mencari nafkah sebagai petani jagung bersama suaminya di Metro Gibang, Lampung Timur. Ia mengaku penglihatannya sudah tidak jelas lagi sehingga mengganggu pekerjaannya. Saat bekerja, matanya kanannya sering gatal, dan juga kabur penglihatannya. Meski begitu, Sumiyati terpaksa “bertahan” dengan kondisi ini karena ketiadaan biaya untuk berobat, apalagi operasi. Karena itulah, begitu ada kabar tentang operasi gratis yang diadakan Tzu Chi dari salah satu anggota Koramil Metro Gibang, Sumiyati langsung mendaftarkan dirinya.

Usai menjalani operasi, Sumiyati tersenyum lebar bahagia. Relawan Tzu Chi pun ikut merasakan kebahagiaan Sumiyati dan keluarganya.

Pingin sembuh biar bisa lihat jelas lagi, suka kabur-kabur kalau lagi di sawah apalagi saat ini sebenarnya lagi musim panen tetapi karena penglihatan semakin parah jadi terpaksa ngga bertani dulu. Alhamdullilah sekarang udah selesai dioperasi, ternyata ga sesakit yang saya kira,” ungkap Sumiyati.

Keesokan harinya pascaoperasi Sumiyati sudah berada di RS Budi Medika dari jam 5 pagi dikarenakan rumahnya yang lumayan jauh dan harus menempuh perjalanan selama satu jam setengah. Ternyata sesuai harapan dan doanya, mata Sumiyati dinyatakan sehat dan sudah dapat melihat dengan jelas dan nyaman.

“Sebelum dioperasi seperti ada yang mengganjal di kelopak mata bikin nggak nyaman, tapi tadi saat perban dibuka, Alhamdullilah udah nyaman ga blur lagi. Semoga segera cepat pulih dan bisa kembali bertani karena lagi musim panen,” ucap Sumiyati sambil tertawa, “saya ucapkan terima kasih untuk Yayasan Buddha Tzu Chi, dokter dan juga relawan yang sudah membantu kami.”

Cahaya Di Balik Kabut Katarak
Pasien baksos lainnya adalah Ismini (53). Ia telah merentang hari-hari dengan penglihatan yang semakin redup selama tiga tahun terakhir akibat katarak di mata kanannya. Kendati hidup dalam keterbatasan, biaya operasi menjadi rintangan besar karena BPJS-nya telah mati tanpa kemampuan untuk memperbaharui. Dari Subuh hingga jam 11 siang biasanya Ismini berjualan sayur-mayur di pasar Pasir Gintung, sementara suaminya kerja serabutan. Bahkan anaknya juga rela bekerja sebagai tenaga kerja di Hongkong dan meninggalkan keluarganya demi untuk membantu perekonomian keluarganya.

Ismini sempat tegang dan takut sebelum masuk ruang operasi, tetapi ia berusaha tenang dengan selalu mengucapkan doa untuk kelancaran operasi kataraknya.

“Jualannya sepi, ditambah penglihatan juga udah ga jelas lagi. Sering juga (saat belanja) milih tomat, sama sayur lainnya itu ternyata yang rusak kan jadi rugi. Pernah juga salah kasih kembalian harusnya 2 ribu jadi 20 ribu karena saya nggak bisa lihat jelas,” cerita Ismini sambil meneteskan air mata.

Akif dalam pengajian di lingkungan rumahnya, Ismini mendapatkan kabar gembira saat salah satu tetangga memberi informasi tentang operasi katarak gratis yang diadakan Tzu Chi. Ia mencoba mendaftarkan diri dan ternyata lolos screening. Ismini sangat yakin Tzu Chi bisa membuatnya bisa melihat jelas kembali, karena Ismini merasakan Cinta kasih yang tulus dari para relawan. “Saya milih untuk dioperasi di Tzu Chi aja, sebenarnya juga ada panggilan dari rumah sakit lain karena suami saya pernah daftarain, tapi hati saya ini lebih yakin dan percaya sama Tzu Chi, pasti akan lebih bertanggung jawab dan melihat relawannya yang baik, tulus, perhatian buat saya semakin yakin untuk menjalankan operasi katarak di sini,” ungkap Ismini.

Saat mengujungi tempat tinggalnya, Ismini bercerita ia sangat ingin sekali bisa kembali mengaji secepatnya setelah operasinya berhasil.

Saat dokter mengecek penglihatannya dengan jarak yang lumayan jauh, Ismini bisa menjawab angka apa yang sedang dokter tunjukkan kepadanya.

Dan keyakinan Ismini tak sia-sia. Saat post-op sehari setelah operasi, dokter memberi kabar baik, tidak ada masalah pascaoperasi. Penglihatannya sudah pulih kembali. Dengan hati penuh syukur, Ismini pulang dengan harapan baru. Dia telah siap untuk kembali berdagang di pasar, dengan penglihatan baru sehingga tak lagi keliru menghitung uang. “Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk Tzu Chi dan para relawannya yang sangat perhatian sekali,” kata Ismini haru.

Wardi, suami Ismini juga merasakan kedekatan para relawan dengan pasien dan keluarganya. Ia mengaku keputusannya dan juga istrinya benar-benar tepat memilih Tzu Chi untuk menyembuhkan penglihatan istrinya. “Alhamdullilah, saya kayak mimpi ketemu sama Tzu Chi, bener-bener baik semuanya, diperhatiin dari awal sampai akhir.,” ungkap Wardi.

Sehari pascaoperasi, Sabtu, 02 Desember 2023, dilakukan post op atau pemeriksaan lanjutan untuk memastikan kondisi kesehatan pasien dan keberhasilan operasi.

Usia Tidak Menjadi Penghalang Untuk Tetap Berbagi Cahaya
Bersyukur Tzu Chi memiliki wadah Tim Medis (TIMA Indonesia) yang dapat menjadi “rumah” bagi relawan medis yang ingin bersumbangsih. Seperti dr. Sri Fulina Warongan, Sp.M, (72), di usia senjanya, dimana banyak orang memilih untuk bersantai, tetapi dokter Fullina justru semakin bersemangat untuk berpartisipasi dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi.

dr. Sri Fulina Warongan, Sp.M ingin terus dapat bersumbangsih di usia lanjutnya. Banyak penngalaman yang sudah ia rasakan selama 17 tahun menjadi anggota TIMA, memberikan layanan pasien dari Sabang sampai Merauke.

Dokter Fulina telah mengabdikan dirinya selama 17 tahun di TIMA Indonesia. “Saya sangat senang dan bersyukur bisa bergabung dengan TIMA sejak tahun 2006, dan alhamdullilah sampai sekarang masih bisa bersumbangsih, membantu masyarakat dari Sabang sampai Merauke,” kata dokter Fulina, “ada suatu kebahagian sendiri saat melihat sehabis operasi mereka bisa melihat kembali. Saya bertekad selama saya masih bisa, masih sehat, saya akan terus menjadi dokter TIMA dan bersama Tzu Chi kita bersatu hati membantu banyak orang yang membutuhkan.”

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tiga Puluh Tahun Hidup dengan Penyakit Hernia

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tiga Puluh Tahun Hidup dengan Penyakit Hernia

06 Desember 2023

Baksos kesehatan Tzu Chi ke-142 di Lampung membawa kebahagiaan untuk Ismanto (42) yang mengalami hernia sejak sekolah dasar. Rasa sakit terus menghantui Ismanto saat bekerja. Setelah dioperasi, Ismanto kini terbebas dari sakit yang menyertainya selama 30 tahun lebih.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-142 di Lampung: Pterygium Hilang, Senyum Sumiyati pun Mengembang

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-142 di Lampung: Pterygium Hilang, Senyum Sumiyati pun Mengembang

05 Desember 2023

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-142 kembali diadakan di Kota Lampung. Sebanyak 269 pasien katarak, pterygium, hernia, benjolan, serta bibir sumbing berhasil ditangani dalam baksos yang diadakan di RS Budi Medika Lampung.

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tak Patah Semangat Demi Masa Depan Shakila

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-142 di Lampung: Tak Patah Semangat Demi Masa Depan Shakila

08 Desember 2023

Amelia (38) merasa sedih, putrinya, Shakila terlahir dengan bentuk bibir dan mulut yang tidak sempurna. Demi masa depan Shakila, Amelia terus mencari cara untuk mengobati putrinya.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -