Banjir Jakarta: Bersumbangsih Dengan Sukacita

Jurnalis : Lina K. Lukman (He Qi Utara), Fotografer : Melliza Suhartono, Erli Tan (He Qi Utara)
 
 

foto
Relawan Tzu Chi mendirikan posko-posko bantuan bencana di beberapa titik, yaitu Muara Karang, Mal Pluit Junction, dan Teluk Gong, Jakarta Utara

Sejak bencana banjir melanda sebagian besar wilayah Jakarta pada hari Kamis tanggal 17 Januari 2013, Aula Jing Si yang berada di Pantai Indah Kapuk menjadi tempat pengungsian sementara bagi warga korban bencana banjir. Selain melakukan evakuasi warga yang terkena banjir ke daerah yang lebih aman ataupun ke Aula Jing Si, relawan Tzu Chi juga memberikan bantuan dengan mendirikan posko-posko bantuan bencana di beberapa titik, yaitu Muara Karang, Mal Pluit Junction, dan Teluk Gong, Jakarta Utara.

 

 

Walaupun rumah atau daerah tempat tinggal sebagian relawan Tzu Chi juga terkena bencana banjir, tetapi niat, tekad, dan semangat untuk datang membantu tetap tinggi. Terlihat kerja sama yang harmonis antara relawan dan pengungsi, dalam menyiapkan bantuan nasi bungkus ataupun bingkisan bantuan untuk dibagikan kepada korban bencana yang tidak bisa keluar dari rumah mereka. Ada yang membantu di dapur, ada yang menyiapkan dan membungkus makanan, dan ada juga yang memilah-milah baju menurut ukuran dan jenisnya.

Tanggal 20 Januari 2013 jam 8 pagi, bersama dengan Like Hermansyah Shijie selaku koordinator posko bantuan Mal Pluit Junction Jakarta Utara, saya dan beberapa orang shijie (relawan perempuan –red) berangkat dari Aula Jing Si, PIK menuju posko yang berada di Mal Pluit Junction. Sesampainya di sana terdapat 2 tenda bantuan Tzu Chi, yaitu tenda pemberian bantuan yang berada di pelataran mal dan tenda logistik yang berada di seberang mal.

foto  foto

Keterangan :

  • Keadaan yang terlihat di Pluit Timur, Pluit Selatan, dan Pluit Vilage begitu lengang dan memilukan (kiri).
  • Dengan pengeras suara, relawan mengabarkan pada warga daerah Pluit bila ada yang memerlukan bantuan makanan ataupun evakuasi (kanan).

Bantuan Sesuai Kebutuhan
Pukul 10 pagi beberapa orang relawan bersama dengan beberapa anggota TNI berangkat membagikan bantuan ke daerah Pluit Sakti dengan menggunakan perahu karet. Saat itu hujan mulai turun, mengakibatkan tanah tempat tenda logistik didirikan menjadi basah. Untuk mengantisipasi agar barang-barang atau bahan makanan yang berada di tenda logistik ini tidak rusak, relawan Tzu Chi dan beberapa anggota TNI bahu-membahu memindahkan barang ke samping tenda pemberian bantuan yang berada di tempat yang lebih tinggi dan kering.

Untuk mempermudah menyaluran bantuan dan evakuasi, maka TNI yang bekerja sama dengan Tzu Chi mengerahkan 2 unit mobil tank amfibi. Sekitar pukul 11 siang bahan makanan berupa nasi bungkus, mi instan, biskuit, susu, dan juga air minum kemasan sudah dimuat ke dalam salah satu unit mobil tank amfibi.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang saat beberapa anggota TNI beserta 19 orang relawan yang terdiri dari 7 orang relawan biru putih, 3 orang Tzu Ching (muda mudi Tzu Chi), 1 orang relawan abu putih, dan 6 orang relawan rompi, berangkat memberikan bantuan dengan mengendarai mobil tank amfibi.

foto  foto

Keterangan :

  • Beberapa warga yang rumahnya terkepung air, tidak dapat meninggalkan rumah karena banjir yang terlalu tinggi. Mereka menuju pengungsian dengan perahu karet Tzu Chi (kiri).
  • Di Muara Baru, meskipun daerah ini pun terendam banjir tapi keadaan di sana tampak ramai dan ada pula yang masih membuka warung (kanan).

Selama kurang lebih 4 jam dan dengan arahan dari Like Hermansyah, kami berkeliling memberikan bantuan ke daerah Pluit Timur, Pluit Selatan, Pluit Village, Muara Baru, Gedong Panjang dan sekitarnya. Keadaan yang terlihat di Pluit Timur, Pluit Selatan, dan Pluit Vilage begitu lengang dan juga memilukan karena masih banyak rumah-rumah yang terendam banjir hingga setinggi dada orang dewasa, sehingga masih banyak orang yang terjebak didalam rumah dan tidak mendapatkan makanan dan air bersih, juga tidak ada listrik.

Berbeda lagi dengan warga yang berada di Muara Baru dan sekitarnya. Meskipun daerah ini pun terendam banjir tapi keadaan di sana tampak ramai dan ada pula yang masih membuka warung. Di Muara Baru,kami memberikan bantuan air minum kemasan  sebab warga di sini kekurangan air bersih. Warga tampak menerima bantuan ini dengan gembira.

Dalam perjalanan kembali ke posko bantuan, kami juga mengangkut sekitar 28 orang yang ingin mengungsi ke tempat lain, yaitu: 27 orang dewasa dan 1 orang anak kecil. Di antara pengungsi itu ada seorang ibu yang sedang sakit dan memerlukan pertolongan medis dengan segera. Karena itu, ketika kami melihat ada perahu karet bermotor yang dikendarai oleh TNI dan relawan Tzu Chi, kami memindahkan sang ibu ke perahu karet tersebut untuk secepatnya dibawa ke posko terdekat. Saat melewati Pluit Village, kami juga melihat kondisi Jing Si Book and Café Pluit yang biasanya menjadi tempat relawan Tzu Chi berkegiatan . Toko buku ini turut terendam banjir hingga sebatas dada orang dewasa.
 
Ketika kembali di posko bantuan, terlihat masih banyaknya bantuan makanan, dan air minum kemasan yang disumbangkan oleh berbagai pihak, baik itu perorangan ataupun kelompok ke posko Tzu Chi untuk disalurkan kepada korban banjir. Juga terlihat beberapa orang relawan sedang menyiapkan nasi bungkus untuk korban banjir, walaupun hanya menyiapkan nasi bungkus tetapi mereka terlihat senang dan juga bahagia mengerjakannya. Semua relawan yang ikut membantu, baik itu di bagian logistik, pendataan korban bencana, penyaluran bantuan, dokumentasi, ataupun hanya menyiapkan makanan, semua terlihat bahagia dan sukacita.

  
 

Artikel Terkait

Membangkitkan Asa Demi Keluarga

Membangkitkan Asa Demi Keluarga

31 Mei 2017

Belajar dari kesalahan masa lalu adalah hal yang dilakukan Freddinad saat ini setelah melewati masa sulit beberapa tahun silam. “Alhamdulilah untuk sekarang ada perkembangan setelah saya sembuh, bisa kerja lagi bisa bantu keluarga,” ujarnya. “Jadi pikiran saya dulu kalau sembuh jadi mayat hidup itu salah. Walaupun orang tidak berdaya juga pasti masih bisa berbuat sesuatu,” kata Freddi.

Keteguhan Hati Seorang Ibu

Keteguhan Hati Seorang Ibu

11 Maret 2009 Fitria yang memiliki nama lengkap Fitria Eka Supriatna adalah anak pertama dari empat bersaudara. Menurut Winda, saat bayi (usia 10 bulan -red) Fitria pernah mengalami demam yang sangat tinggi hingga menyebabkan gangguan pada fungsi saraf motoriknya. “Dulu pernah panas tinggi, kata dokter kena sarafnya di otak,” jelas Winda.
Berkah Ramadan untuk warga Desa Kijang Rejo

Berkah Ramadan untuk warga Desa Kijang Rejo

05 Mei 2023
Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Dharma Wanita Xie Li Kampar Unit NSAM) membagikan paket sembako untuk warga yang tidak mampu dan lanjut usia (Lansia) di Desa Kijang Rejo, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau.
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -