Banjir Jakarta: Melihat, Merasakan, dan Membantu

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

foto
Untuk meringankan beban warga korban banjir, relawan Tzu Chi memberikan bantuan 500 nasi bungkus kepada warga Kapuk Muara, Jakarta Utara.

Hujan deras yang terus mengguyur Jakarta beberapa hari ini membuat warga di beberapa wilayah Jakarta terendam banjir, khususnya mereka yang tinggal di wilayah sepanjang sungai. Seperti warga di daerah Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Daerah yang letaknya tak jauh dari laut Jakarta ini memang sering terkena banjir, baik karena hujan maupun meningkatnya permukaan air laut.

.

Pada hari Rabu, 16 Januari 2013, puluhan warga Kapuk Muara mulai mengungsi ke tempat yang aman, salah satunya adalah di area tanah kosong wilayah Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Warga yang mengungsi ini rata-rata hanya membawa barang-barang seadanya, seperti pakaian dan barang-barang yang ringan dan mudah dibawa. Namun banyak juga warga yang memilih bertahan dan tinggal di lantai 2 rumahnya.

 Melihat kondisi warga ini, pada pukul 15.00 WIB (Rabu, 16 Januari 2013) relawan Tzu Chi segera turun dan membangun tenda di tanah lapang di area Pantai Indah Kapuk (depan arena Gokart PIK). Sebanyak 3 tenda besar disiapkan bagi warga yang akan mengungsi. Tidak hanya itu, relawan Tzu Chi juga memberikan bantuan tanggap darurat berupa 500 nasi bungkus dan air mineral kepada warga yang tinggal di pengungsian dan mereka yang terjebak banjir dan bertahan di rumahnya.

Mengantar Langsung ke Penerima Bantuan
Menjelang pukul 17.30 WIB, nasi bungkus mulai dibagikan. Sebanyak 200 nasi bungkus dibagikan kepada para pengungsi yang berada di tenda pengungsian, dan 300 bungkus dibagikan langsung kepada warga yang terjebak banjir di rumahnya. Dengan menggunakan 2 perahu kecil milik warga, relawan Tzu Chi menyusuri lokasi banjir. Wilayah yang dituju adalah RT 001/RW 05 yang merupakan wilayah terparah terkena banjir. Tinggi banjir di wilayah ini mencapai dada orang dewasa. Dengan ditemani 2 anggota TNI dan pengurus RT, relawan memberikan nasi bungkus ke rumah-rumah warga. Situasi di wilayah itu memang sangat sunyi, selain tanpa penerangan listrik, warga hanya bisa memantau banjir dari atas rumahnya. Kehadiran relawan yang membawa makanan dan minuman ini disambut hangat oleh mereka, terlebih daerah ini sering tak kebagian bantuan lantaran letaknya yang berada di ujung wilayah Kapuk Muara. “Tadi siang ada bantuan makanan, tapi belum sampai ke kami, bantuan sudah habis,” kata seorang warga.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi membangun tenda yang dipersiapkan bagi warga di wilayah Kapuk Muara yang akan mengungsi (kiri).
  • Perhatian dari relawan juga dapat membawa kebahagiaan bagi warga yang mengungsi (kanan).

Murnawati, salah seorang warga yang menerima bantuan tampak sangat bersuka cita. Tak henti-hentinya ia mengucap terima kasih setelah relawan memberikan 5 bungkus nasi untuk ia, suami, dan ketiga anaknya. “Terima kasih banyak,” ucapnya haru. Di tengah dinginnya banjir ia menghampiri perahu relawan. Air cokelat kekeruhan yang membasahi hampir separuh badannya tak dipedulikannya. Tak hanya Murnawati, puluhan warga pun langsung menghampir perahu relawan sehingga tak sampai waktu setengah jam 300 nasi bungkus pun sudah habis terbagi.

Menyusuri Daerah Banjir
Kegiatan pemberian bantuan langsung ke rumah warga korban banjir memberi kesan yang mendalam bagi para relawan, salah satunya adalah Lisfina, relawan komunitas He Qi Utara. Lisfina mengaku baru pertama kali melihat kondisi warga yang rumahnya kebanjiran. “Kasihan sekali, mereka sungguh butuh perhatian,” kata Lisfina, “kita hanya beri nasi bungkus saja mereka begitu ‘gan en’ sama kita.” Menurutnya, dengan langsung turun ke lapangan hal ini membuatnya bisa merasakan kesulitan, kesedihan, dan kebutuhan warga yang menjadi korban banjir.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Murnawati, salah seorang warga yang menerima bantuan tampak sangat bersuka cita. Tak henti-hentinya ia mengucap terima kasih setelah relawan memberikan nasi bungkus untuk ia dan keluarganya (kiri).
  • Dengan ditemani 2 anggota TNI dan pengurus RT, relawan memberikan nasi bungkus ke rumah-rumah warga. Kehadiran relawan yang membawa makanan dan minuman ini disambut hangat oleh mereka (kanan).

Hal yang sama dirasakan oleh Patmawati (Huang Mei Bin). Patmawati atau yang akrab dipanggil Mei Bin ini merasa bahwa kehidupan yang dimilikinya sangat jauh lebih beruntung. Sejak kecil ia tidak pernah mengalami kesulitan seperti yang dialami warga yang kebanjiran ini. Karena itulah ia sangat bersemangat untuk bisa memberikan bantuan langsung kepada warga. “Jujur, saya sendiri sebenarnya takut kotor, tapi pas baksos (ini) ya saya ikut aja,” ujarnya yang harus berbasah-basahan hingga selutut kaki untuk bisa naik dan turun dari perahu.  

Mei Ben mengaku dirinya terasah kepekaan sosialnya setelah bergabung dengan Tzu Chi (Tzu Ching). Sebelum masuk menjadi muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching), Mei Bin merupakan sosok yang kurang bersyukur. “Dulu kalau makan nggak enak, saya langsung buang aja, tapi sekarang ‘enak nggak enak’ tetap saya habiskan,” kata Mei Bin yang kini sudah menjadi relawan biru putih Tzu Chi. Dengan melihat langsung kita memang sedikit banyak bisa merasakan kesulitan mereka yang mengalami musibah, dan dengan begitu sudah sepatutnya kita yang tidak mengalaminya menjadi lebih mensyukuri hidup dengan cara membantu mereka yang membutuhkan.

  
 

Artikel Terkait

Cinta Kasih Melalui donor Darah

Cinta Kasih Melalui donor Darah

09 Desember 2014 “Petugas PMI sudah datang”, terdengar suara seorang relawan di depan pintu Sekolah Tzu Chi memberitahu  relawan yang sedang berada di dalam untuk segera membantu petugas PMI. Jam sudah menunjukkan pukul 9, kegiatan donor darah rutin diselenggarakan setiap 3 bulan sekali oleh Hu Ai PIK.
Bersumbangsih Memberikan Waktu dan Tenaga

Bersumbangsih Memberikan Waktu dan Tenaga

12 November 2014

Berawal dari niat tulus untuk bersumbangsih, Tina Shijie  berhasil memberikan satu jalan bagi orang lain untuk turut bersumbangsih dengannya. Walaupun bukan berbentuk materi, namun sumbangan tenaga tidak ada bedanya. Satu harapan yang selalu terbersit di benaknya saat tangannya bergerak lincah di tumpukan koin adalah, semoga dana yang masuk melalui celengan bambu bisa cepat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan.

Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

25 Februari 2019
Bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, 28 September 2018 lalu menyisahkan duka bagi Nurul Istikhara. Tak hanya kehilangan ibu dan adik, siswa kelas 1 SMA ini juga harus kehilangan bagian tubuhnya. Relawan terus hadir untuk memberinya kekuatan.
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -