Banjir Jakarta: Sepenggal Kisah Nasi Bungkus

Jurnalis : Henry Tando (He Qi Utara), Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara)
 
 

foto
Relawan Tzu Chi membagikan nasi bungkus bagi warga korban banjir yang tinggal di Kapuk Muara, Jakarta Utara.

Jumat, 18 Januari 2013 pukul 5 sore, di kala Jakarta dilanda banjir yang mencakup sebagian besar Ibukota Jakarta, sekitar 30 relawan dan guru Tzu Chi School bersiap membagikan bantuan kepada warga korban banjir yang tinggal di tepian Kali Angke, Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara. Bantuan yang mereka siapkan berupa nasi bungkus hangat dan air mineral yang berjumlah 1.100 bungkus. Pembagian dilakukan di tepi tol, Pantai Indah Kapuk yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Kapuk Muara.

Di saat pembagian berlangsung, terlihat 2 sosok pria yang langsung memakan nasi bungkus yang baru mereka terima, tidak jauh dari antrian. Saya menghampiri mereka dan memulai perbincangan, ternyata mereka adalah ayah dan anak. Sang ayah bernama Sarbini, warga RT04/RW10 Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara. Ia terlihat menikmati nasi bungkusnya dengan lahap. Bapak ini baru saja dijemput oleh anaknya yang datang dari Bogor. Anak sulungnya ini bekerja di sana dan tidak tinggal bersama sang bapak lagi.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Warga berbaris rapi untuk menerima bantuan nasi bungkus hangat. Rumah mereka terendam air cukup tinggi sehingga tidak dapat memasak makanan (kiri).
  • Bersama dengan relawan, para guru Tzu Chi School juga turut serta dalam pembagian bantuan (kanan).

Sang anak bercerita bahwa ia melalui perjuangan keras untuk sampai ke rumah bapaknya. Ia berjalan dari daerah Tomang (Jakarta Barat) sampai ke rumah ayahnya di tepian Kali Angke. Ia bercerita bahwa saat tiba di rumah sang ayah, ia melihat sang ayah sendirian di dalam kamarnya, berbalut selimut di atas tempat tidur. Keadaan sang ayah basah kuyup karena ranjang itu sudah terendam air. Sesungguhnya dua hari lalu ibu dan adik-adiknya sudah disuruh oleh sang ayah mengungsi ke Serang-Banten, namun ayahnya sendiri memilih bertahan di rumah yang terendam demi menjaga rumah dan barang-barang yang ada. Anak sulungnya itu pun berkata bahwa ayahnya sudah 2 hari tidak makan dan hanya minum air yang ada di rumah mereka.

foto  foto

Keterangan :

  • Pak Sarbini tinggal sendiri di rumah yang terendam air untuk menjaga harta bendanya. Ia dijemput oleh putra sulungnya agar bergabung dengan keluarga di Serang (kiri).
  • Tzu Chi juga menurunkan perahu karet untuk mengantarkan warga yang mengambil nasi bungkus, melintasi air dan kembali ke rumah mereka (kanan).

Mendengar kisah bapak ini, saya merasa bahagia sekali karena kedatangan tim relawan untuk membagikan nasi bungkus sangat tepat waktunya. Kalau kita terlambat sedikit pasti kita tidak akan bertemu dengan mereka. Sang anak berencana menjemput sang ayah untuk menjemputnya pulang ke kampungnya di Serang, Banten. Saya meminta izin untuk mengambil foto mereka berdua, dan kebetulan saat itu sang ayah sedang berbicara menggunakan telepon genggam milik anaknya. Terdengar pembicaraan antara sang ayah dengan anaknya yang lain. Kurang lebih isi pembicaraannya seperti ini, “Iya nak, ini Ayah sudah bertemu kakakmu, Ayah mau segera pulang ke kampung. Ayah sudah tidak tahan lagi tinggal di rumah.”  Setelah selesai makan mereka berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke kampungnya. Sebelum mereka pergi saya memberikan lagi sebotol air mineral untuk bekal di perjalanan yang mungkin harus mereka tempuh dengan berjalan kaki karena banyaknya daerah yang masih terendam banjir yang tidak bisa dilalui kendaraan.

Di raut wajah sang ayah saya melihat dan merasakan kebahagiaan. Saya teringat akan satu kalimat, “Kalau ingin keluarga yang bahagia, keluarga itu senantiasa harus bersama. Kalau keluarga terpisah satu dengan yang lainnya bagaimana bisa disebut bahagia.”

  
 

Artikel Terkait

Menjalin Hubungan Baik

Menjalin Hubungan Baik

05 Oktober 2011 Kegiatan kunjungan kasih ini merupakan wujud kepedulian dari para relawan Tzu Chi. Dengan rasa cinta para relawan Tzu Chi dapat menjalin hubungan baik dengan opa dan oma. Dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berbakti kepada semua orang tua, baik orang tua kandung, saudara, dan bahkan orang lain.
Membagi Bingkisan Lebaran

Membagi Bingkisan Lebaran

15 Agustus 2014 Sebanyak 43 orang hadir pada acara ini yang sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Selain pembagian bingkisan lebaran juga ada sharing, peragaan bahasa isyarat tangan, dan lain-lain.
Wadah Memperdalam Budaya Humanis

Wadah Memperdalam Budaya Humanis

18 Agustus 2015 Pada Sabtu, 8 Agustus 2015, relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas Xie Li Kalimantan Tengah dua dan tiga melakukan pelatihan relawan abu putih di Sungai Rungau Training Center.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -