Banjir Serang: Aliran Jernih, Aliran Cinta Kasih

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Anand Yahya
 
 

foto
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan PT Indah Kiat (Sinarmas Group) memberikan paket bantuan kepada 826 keluarga di tiga desa di Serang, Banten..

Setiap makhluk membutuhkan sumber daya alam berupa air dalam kelangsungan hidup, namun jika terlalu berlebihan maka akan menjadi bencana, salah satunya banjir. Curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya wilayah Serang-Banten. Master Cheng Yen mengatakan bahwa butir demi butir beras akan menjadi lumbung, tetes demi tetes air akan menjadi lautan, lautan Dharma penuh welas asih. Demikian insan Tzu Chi mempraktikkan Dharma melalui cinta kasih kepada sesama dengan menyalurkan bantuan banjir kepada warga di beberapa perkampungan di Desa Dukuh, Kec. Kragilan, Kab. Serang, Banten.

Tanggal 16 Januari 2013, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan PT Indah Kiat (Sinarmas Group) memberikan paket bantuan berupa baskom, perlengkapan mandi, handuk, selimut, mi instan, dan air mineral kepada 826 keluarga di kampung Dukuh, kampung Krawen, kampung Palembangan.

Sebanyak 25 insan Tzu Chi dan 12 dari Indah Kiat bersama-sama menggerakkan tangan memanjangkan tali estafet cinta kasih dalam memberikan bantuan meringankan beban penderitaan kepada warga di Serang. Jalan sempit dan becek tidak menyurutkan semangat para insan Tzu Chi dalam menjalankan roda Dharma cinta kasih Tzu Chi. "Semoga dengan bantuan yang sekedarnya ini bisa membantu meringankan penderitaan warga yang menjadi korban banjir,” ungkap Shinta Shigu selaku PIC kegiatan. Melalui jalan setapak yang berlumpur dan becek, beberapa insan Tzu Chi berbondong-bondong mencurahkan perhatian dan kehangatan kepada warga dukuh Palembangan untuk menyapa dan menghibur warga di Dukuh Palembangan. Ungkapan syukur juga disampaikan oleh pemimpin warga atas uluran cinta kasih dari Yayasan Buddha Tzu Chi kepada para korban banjir. "Terima kasih, jika terjadi bencana seperti ini, mudah-mudahan semua pihak bisa terlibat,” terang H. Bakhroem selaku camat setempat.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Air yang belum surut membuat relawan harus menempuh perjalanan dengan melewati banjir (kiri).
  • Sembari membagikan paket bantuan, relawan juga memberikan semangat bagi para korban (kanan).

Penuh Syukur dan Ikhlas
Hujan lebat disertai angin kencang yang melanda wilayah Serang selama beberapa hari menyebabkan air sungai di Dukuh Palembangan pasang. Setelah adzan Maghrib berkumandang, air sungai pun meluap dan mengguyur rumah-rumah warga. Para warga berusaha menyelamatkan barang-barang di rumah masing-masing. Tatu Humaeroh (30) seorang ibu 2 anak ini harus berjuang seorang diri selama kejadian berlangsung. Selama kurang lebih 10 bulan ini Tatu harus menjalani hari-harinya bersama kedua anaknya, lantaran suaminya merantau menjadi TKI di negara tetangga Malaysia.


Tatu tidak memiliki kesempatan banyak untuk menyelamatkan barang-barang di rumahnya, sehingga banyak barang yang ikut hanyut bersama terjangan air kala itu. "Anak-anak saya bawa ke gorong-gorong, terus saya membawa beberapa barang saja, tidak ada yang membantu saya,” kenangnya sedih. Walaupun banjir mencapai ketinggian sebatas dada orang dewasa, namun Tatu tetap memilih untuk bertahan di gorong-gorong pada proyek pembangunan tanggul di depan rumahnya dengan mendirikan terpal sebagai tenda bersama beberapa warga yang lain. Keseharian Tatu selain merawat kedua anaknya yang masih menduduki bangku Sekolah Dasar kelas 3 dan kelas 5 juga berjualan gorengan dan es untuk anak-anak sekolah di dekat rumahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Tingginya air yang menggenangi wilayah tersebut membuat warga harus mengungsi keluar dari rumah mereka (kiri).
  • Ketika debit air masih tinggi, banyak warga yang mendirikan tempat tinggal sementara di atas gorong-gorong (kanan).


Melalui kejadian ini Tatu belajar ikhlas walaupun di rumahnya hanya tersisa ranjang tanpa kasur, lemari kecil berisi pakaian, dan hanya beberapa perabot dapur saja. Rasa syukur juga diungkapkan Tatu setelah menerima bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. "Terima kasih saya ucapkan atas bantuanya, saya bersyukur sudah dibantu,” ucap Tatu mengakhiri pembicaraanya. Lain halnya dengan Pujiah (32), bersama suami dan adik iparnya berusaha menyelamatkan diri dan barang-barang pada saat kejadian. Namun tidak banyak yang bisa dilakukan akibat derasnya air. Pujiah sehari-harinya berjualan untuk anak-anak sekolah di samping rumahnya bersama suaminya. Pujiah belum memiliki anak lagi setelah ditinggal anak pertamanya yang meninggal saat berusia 4 bulan akibat sakit demam tinggi.

Kini Pujiah harus kehilangan warung kecil dan barang dagangannya berupa mainan anak-anak dan makanan ringan hanyut bersama air akibat banjir yang menimpa kampungnya. Selain itu tembok bagian depan dan belakang rumahnya jebol diterjang banjir dan barang-barang di dalam rumah beserta perabot rumah tangga hanyut bersama air. Pujiah bersama keluarganya memilih bertahan di kampungnya dengan tinggal di gorong-gorong dekat rumahnya bersama warga lainnya. Walaupun tidak banyak barang tersisa dan rumah yang mengalami kerusakan, namun Pujiah tetap merasa bersyukur karena tidak ada korban yang menimpa keluarganya, dan bersyukur karena ada orang yang mau membantu. "Alhamdulillah, terima kasih sudah dibantu dari Yayasan Buddha Tzu Chi dan Indah Kiat,” ungkap Pujiah penuh syukur.

  
 

Artikel Terkait

Kisah Tegar Masnita Merawat Suami dan Keluarganya

Kisah Tegar Masnita Merawat Suami dan Keluarganya

30 Juli 2020

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 mengunjungi rumah Khetima yang menderita stroke berat dengan membawa paket sembako. 

Suara Kasih: Pengaruh Da Ai TV Bagi Masyarakat

Suara Kasih: Pengaruh Da Ai TV Bagi Masyarakat

16 Agustus 2011 Setiap keluarga yang menyaksikan Da Ai TV akan dipenuhi sukacita. Contohnya Relawan Chiew Yen yang memperkenalkan Da Ai TV kepada atasannya. Setelah menyaksikan Da Ai TV, ia merasa sangat tersentuh.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -