Banjir Sumatera: Relawan Tzu Chi Hadirkan Tim Medis di Aceh Tamiang
Jurnalis : Liani (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani, Synhanny (Tzu Chi Medan)
Tim medis dan relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Medan menggelar bakti sosial kesehatan di Dusun Tanjung Rambut, Desa Bukit Tempurung, Kabupaten Aceh Tamiang, pada Kamis, 25 Desember 2025, bagi warga terdampak banjir bandang.
Di saat sebagian warga merayakan Natal dengan kehangatan berkumpul bersama keluarga dan hiasan pohon Natal, pemandangan berbeda tampak di Dusun Tanjung Rambut, Desa Bukit Tempurung, Aceh Tamiang.
Pada Kamis, 25 Desember 2025, sebanyak 17 relawan dan 11 tim medis Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengadakan bakti sosial kesehatan di Aceh Tamiang, wilayah yang masih diselimuti hamparan lumpur sisa banjir bandang.
Di saat banyak orang merayakan Natal dengan sukacita dan kenyamanan, para relawan Tzu Chi Medan memilih hadir dengan satu misi: merangkul warga yang sedang berduka, memberi semangat, serta menghadirkan perhatian agar warga dapat bangkit dari bencana.
Sylvia Chuwardi menyapa warga dengan hangat, terutama anak-anak. “Hari ini tim medis Tzu Chi dan relawan dari Medan hadir di Desa Bukit Tempurung untuk melayani kesehatan warga. Nanti anak-anak juga bisa mengikuti penyuluhan gigi, bernyanyi, dan berinteraksi bersama setelah pemeriksaan kesehatan,” ajak Sylvia.
Sylvia turut mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Bukit Tempurung, M. Yunus, perwakilan Kepala Sekolah SD Negeri 7 Bambang, serta para guru, relawan, dan tim medis yang dengan sepenuh hati mendampingi anak-anak.
Edukasi dan Tawa di Sekolah Darurat
Bagi para relawan Tzu Chi Medan, makna Natal tahun 2025 diwujudkan dengan memberi perhatian di dalam tenda sekolah darurat. Keceriaan anak-anak pengungsi coba dipulihkan. Anak-anak yang terdampak banjir mendapatkan perhatian khusus serta penghiburan dari relawan dan tim medis.
drg. Michelle Natascha Wahab memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan cara yang ringan dan penuh canda. drg. Michelle menjelaskan pentingnya membersihkan gigi dua kali sehari. Selain itu, anak-anak juga diajarkan pentingnya menyikat lidah sebagai bagian dari kebersihan mulut yang kerap terabaikan.
“Walaupun saat ini akses air bersih masih terbatas, minimal usahakan untuk selalu berkumur dengan air minum setelah makan,” ucap drg. Michelle kepada anak-anak.

Sylvia Chuwardi, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, menyampaikan sambutan sekaligus menyapa warga dan anak-anak terdampak banjir di Dusun Tanjung Rambut, Desa Bukit Tempurung, Kabupaten Aceh Tamiang, pada 25 Desember 2025.
Suasana berubah menjadi haru sekaligus bahagia saat anak-anak mulai bernyanyi bersama. Trauma akibat banjir bandang perlahan diharapkan luruh, berganti dengan antusiasme mereka saat mempraktikkan cara menyikat gigi dan lidah dengan benar penuh sukacita.
Keceriaan semakin memuncak ketika anak-anak dengan semangat berebut menjawab pertanyaan untuk mendapatkan hadiah cokelat. Natal di tengah sisa lumpur ini mengajarkan bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas waktu dan tempat.
Naifah Hamdani, murid kelas VI SDN 1, mengaku senang mendapatkan ilmu baru. “Kami diajari sikat gigi dua kali sehari dan sikat lidah. Saya juga periksa ke dokter karena badan gatal-gatal. Terima kasih sudah datang dan memberi kami obat serta makanan,” ujar Naifah dengan polos.
Menjangkau yang Tak Terjangkau
Elvi, koordinator kegiatan, menjelaskan bahwa bakti sosial kesehatan ini menyasar wilayah yang belum terjangkau layanan medis. “Kami memilih lokasi posko pengungsian, tempat warga tidak bisa kembali ke rumah karena kerusakan yang parah. Kami datang untuk meringankan penderitaan mereka,” ucap Elvi.
Sebanyak 11 tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis kulit, dokter spesialis anak, tenaga kesehatan jiwa, perawat, dan apoteker, bersama 17 relawan Tzu Chi termasuk Tzu Ching, bahu-membahu melayani warga terdampak banjir bandang.
Dr. Arie Hidayat, Sp.KK dari Banda Aceh (Perdoski), mengaku terpanggil membantu warga pengungsian yang mulai mengalami gangguan kesehatan pascabanjir. “Keluhan utama adalah penyakit kulit seperti kutu air dan gatal-gatal, selain batuk, pilek, dan demam. Kami siap melayani warga yang sakit,” ujar dr. Arie.
Hingga akhir kegiatan, tim medis Tzu Chi berhasil menangani 175 warga. dr. Arie juga mengimbau warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola makan sehat pascabanjir.
Luka di Balik Banjir Lima Meter
Kepala Desa Bukit Tempurung, M. Yunus, mengungkapkan dahsyatnya bencana yang melanda wilayahnya. Sebanyak lima dusun terdampak dengan ketinggian air mencapai empat hingga lima meter.

Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Medan berkunjung ke rumah Chairul Amri dan keluarganya yang terdampak banjir bandang di Dusun Tanjung Rambut, Desa Bukit Tempurung, Kabupaten Aceh Tamiang, pada 25 Desember 2025.
“Ada 1.407 KK atau 5.223 jiwa yang terdampak. Saat ini warga mengeluhkan malaria, demam, dan penyakit kulit. Kami sangat membutuhkan kelambu karena banyak nyamuk di pengungsian,” ungkap M. Yunus penuh harap.
Yunus juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kehadiran tim medis dan relawan Tzu Chi yang memberikan layanan kesehatan, penyuluhan, serta hiburan kepada 55 murid tingkat TK, SD, dan SMP yang kini belajar di sekolah darurat yang telah berjalan selama satu minggu.
Rasa pilu juga dirasakan Ahuat (64), pengungsi yang harus merelakan rumahnya diterjang luapan sungai pada 24 November lalu. “Ini banjir terbesar yang pernah kami alami. Harta benda habis, kami hanya mengutamakan keselamatan jiwa,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Hal serupa dirasakan Chairul Amri dan keluarga di pengungsian. “Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tzu Chi. Di saat kami berduka, bantuan ini sangat berarti bagi kami,” ucapnya penuh syukur.
Semangat dalam Keterbatasan
Meski gedung sekolah RA Al-Hafiz rusak parah, semangat mengajar tetap berkobar. Tika Mulyani, salah satu guru, menceritakan bagaimana ia dan rekan-rekannya tetap mengajar 55 murid di sekolah darurat berupa tenda beralaskan terpal.
“Anak-anak sempat trauma karena banjir datang tiba-tiba. Kondisi belajar saat ini memang tidak maksimal, tetapi mereka tetap semangat meski sangat terbatas. Kami berharap gedung sekolah segera diperbaiki agar proses belajar kembali normal. Kehadiran relawan memberi semangat baru bagi mereka,” tutur Tika.

Sylvia Chuwardi, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, memberikan pendampingan serta dukungan moril kepada Chairul Amri beserta keluarga di Dusun Tanjung Rambut, Desa Bukit Tempurung, Kabupaten Aceh Tamiang, pada 25 Desember 2025.
Menutup kegiatan, Sylvia Chuwardi mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan penguatan kepada warga dengan mengunjungi rumah-rumah, termasuk kediaman Chairul Amri dan Ahuat, untuk memberi dukungan moril.
“Bapak dan keluarga harus tabah, tetap jaga kesehatan. Bencana pasti akan berlalu,” pesan Sylvia dengan hangat.
Bakti sosial di Aceh Tamiang ini menjadi pengingat bahwa di balik lumpur yang pekat, selalu ada cahaya harapan ketika kemanusiaan dikedepankan. Natal di Aceh Tamiang tahun ini bukan tentang perayaan, melainkan tindakan nyata untuk sesama yang membutuhkan, tanpa mengenal batas perbedaan. Di tengah lumpur dan keterbatasan, cahaya harapan tetap menyala, mengajarkan bahwa kasih tidak mengenal batas waktu, tempat, maupun perbedaan.
Editor: Anand Yahya
Artikel Terkait
Langkah Nyata Memulihkan Kehidupan Pascabencana
09 Desember 2025Bencana banjir membuat beberapa wilayah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat porak poranda. Di tengah situasi genting itu, para relawan Tzu Chi bergerak ke lokasi terdampak memberikan bantuan darurat.
Bantuan Bencana Banjir di Sumatera: Kepedulian untuk Labuhan Deli, Dari Warga untuk Warga
09 Desember 2025Kisah Wina, pemilik usaha cuci kendaraan di Helvetia, dengan tulus membuka lahannya untuk relawan Tzu Chi membagikan 600 paket bantuan banjir kepada warga Labuhan Deli.
Respons Pascabencana, Tzu Chi Tinjau Lahan Hunian Tetap di Sejumlah Daerah Sumatera Utara
16 Desember 2025Tzu Chi Indonesia melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah di Sumatera Utara dalam rangka percepatan penanganan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor.







Sitemap