Bantuan Bagi Korban Kebakaran di Sawah Besar

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

fotoRelawan Tzu Chi menghormati dan menyapa warga para penerima bantuan kebakaran di Sawah Besar pada hari Jumat, 10 Februari 2012.

Duka warga Lautze Dalam, Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat sedikit hilang dengan hadirnya 35 orang relawan Tzu Chi di daerah mereka. Sejak jam 9 pagi relawan Tzu Chi mendirikan posko darurat di gedung SDN 02 Pasar Baru Jakarta Pusat. Sebanyak 35 orang relawan Tzu Chi mendatangi tempat pengungsian yang ada di kelas-kelas sekolah yang dipakai warga untuk mengungsi untuk membagikan kupon.

 

Bantuan paket kebakaran ini sedikit membantu warga yang rumahnya hangus terbakar pada tanggal 7 Februari 2012 lalu yang terjadi pada jam 3 sore. Api yang berasal dari RT 15/07 ini menghanguskan 7 RT di RW 07 dan 2 RT dari RW 06 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Secara simbolis 10 paket bantuan diserahkan langsung oleh relawan Tzu Chi bersama aparat TNI, lurah, dan Kepala SDN 02 Petang. Bantuan yang diberikan sebanyak 310 paket bantuan, yang terdiri dari selimut, sarung, peralatan mandi, handuk, gayung, pakaian pria, wanita, anak, 4 pasang sepatu sandal dan 3 pack biskuit 112 gr.

foto    foto

Keterangan :

  • Secara simbolis relawan Tzu Chi bersama kepala sekolah, Lurah Sawah Besar, dan aparat TNI/Polri memberikan paket bantuan kebakaran kepada 10 orang warga yang mengungsi di SDN 02 Petang Pasar Baru, Jakarta Pusat (kiri).
  • Relawan Tzu Chi bersama para Ketua RT mengunjungi kelas-kelas yang menjadi tempat pengungsian warga untuk membagikan kupon paket bantuan (kanan).

Sabar dan Pasrah Menerima Cobaan
“Kita berharap agar bantuan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya dan diharapkan warga di pengungsian untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya masing-masing,” kata Heming Shixiong, salah seorang relawan Tzu Chi. Menurut M. Nur (50), warga yang tinggal di Gg. Lautze Dalam, kebakaran yang terjadi pada pukul 15.00 WIB itu terjadi sangat cepat. “Saat itu saya baru selesai salat Ashar, tau-tau orang pada teriak kebakaran. Posisi api ada di depan rumah saya yang terhalang rumah tingkat tinggi, jadi saya nggak begitu khawatir,” ujarnya tak menyangka. “Ehhh tau-tau angin kencang dan posisi api sudah menjalar dari sisi kiri depan rumah saya, jadi itu api muter,” ungkap Nur yang rumahnya habis terbakar beserta harta bendanya, “langsung saja saya lempar dari atas rumah saya buntelan pakaian. Istri saya yang saat itu sedang menyetrika beserta anak saya juga langsung keluar rumah.”

M. Nur yang bekerja sebagai penjual ikan hias terlihat sangat sabar dan pasrah dalam menghadapi cobaan ini— rumah beserta isinya hangus terbakar. Agustini (40), istri M. Nur yang juga berjualan sembako di rumahnya juga terlihat sabar dalam menghadapi cobaan. Agustini masih bisa bersyukur karena anak semata wayangnya Elma (7) yang duduk di kelas 2 SD selamat dari bencana kebakaran ini. “Saat kebakaran saya hanya memakai baju yang ada di badan saja, malah anak saya Elma hanya memakai singlet dan celana pendek saja,” terang Agustini, “barang dagangan, baju, dan perabotan rumah tangga nggak sempat dikeluarin.”

Sementara itu jumlah pengungsi yang sampai hari Jumat 10/2/2012 terdata 400 jiwa yang menempati 5 ruang kelas dan 1 kelas untuk tim medis. Drs. Ponco Haryono, Ketua Komplek Pendidikan Pasar Baru mengatakan bahwa para pengungsi ini menempati gedung sekolah atas inisiatifnya. “Saat peristiwa terjadi anak didik kami ada yang menjadi korban, namun saat itu anak didik kami tidak kami izinkan untuk meninggalkan sekolah sampai ada keluarga atau kerabat siswa yang menjemputnya,” ujar Ponco.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan sejak pagi hari menyiapkan paket bantuan yang disusun dengan rapi. Menghormati dan menghargai penerima bantuan merupakan prinsip insan Tzu Chi dalam memberikan bantuan (kiri).
  • Beberapa relawan Tzu Chi ada yang langsung mengunjungi para korban di lokasi kebakaran. Mereka sedang menunggui rumah mereka masing-masing dan mencari barang-barang yang masih dapat dipergunakan (kanan).

Situasi di halaman gerbang depan sekolah sudah sangat ramai oleh warga yang membawa barang-barang mereka untuk diselamatkan, saat itu api sudah sangat besar. “Para orangtua siswa-siswi banyak yang menangis histeris,” kenang Ponco, “atas dasar itulah saya ajak guru-guru di sini untuk segera mengeluarkan bangku dan meja dari ruang kelas yang di lantai bawah dan menyiapkan tikar.” Dalam satu ruang kelas dihuni oleh 20 hingga 25 orang. Para pengungsi korban kebakaran ini pun merasa cukup nyaman karena di lokasi pengungsian ini tersedia tempat-tempat kebutuhan dasar mereka: ruang tidur, air, dan toilet.

Dalam kesempatan ini relawan Tzu Chi berkesempatan melihat lokasi kebakaran yang berada di Gg. Lautze Dalam RT 15 dan RT 16/RW 7. Lokasi ini yang sangat parah dilanda kebakaran, seluruh rumah habis terbakar. Hari ini Jumat 10/02/1012 warga beserta TNI dan ormas lainnya kerja bakti membersihkan puing-puing rumah, kayu, dan tripleks yang berserakan. Puing-puing itu dimasukkan ke dalam karung dan selanjutnya dibawa dengan truk-truk sampah ke TPA Bantar Gebang Bekasi.

Camat Sawah Besar Marsigit mengatakan jika aksi bersih-bersih yang dilakukan jajarannya turut dibantu personil TNI/Polri serta sejumlah Ormas. "Aksi ini juga untuk mencegah timbulnya benih penyakit yang dapat ditimbulkan dari sisa puing kebakaran maupun sampah-sampah sisa kebakaran," ujar Marsigit.

  
 

Artikel Terkait

Bingkisan Natal untuk Pak Markus

Bingkisan Natal untuk Pak Markus

24 Desember 2019
Tzu Chi Lampung memberikan bingkisan bagi umat Kristiani di Lampung. Markus, penjaga gereja salah satunya. Pembagian paket dilaksanakan hari Kamis, 19 Desember 2019. Ada 200 paket yang dibagikan di 4 gereja, yakni Pentakosta Kedaton, Pentakosta Way Galih, Santo Petrus Panjang dan Ratu Damai Teluk Betung. 
Pembagian Paket Hari Raya Idul Fitri

Pembagian Paket Hari Raya Idul Fitri

21 Agustus 2013 Pertama-tama relawan Tzu Chi berkumpul di Kantor Tzu Chi. Setelah seluruh relawan telah berkumpul, secara kompak mereka menaikkan paket ke mobil secara estafet, lalu relawan bersama-sama berangkat menuju lokasi pembagian.
“Namaku Tek Tan Nio”

“Namaku Tek Tan Nio”

16 Maret 2009 Sudah beberapa minggu ini, aku tidak bisa tidur nyenyak. Kepala rasanya sakit sekali seperti ditusuk ribuan jarum tajam yang perlahan menembus kulit. Setiap malam yang kulakukan hanya membolak-balikkan badan, mengganti baju yang basah karena keringat, dan setiap satu jam sekali rutin melongok kondisi mama yang tengah tertidur. Lelah sekali! Jika sudah tidak kuat menahan sakit, aku pun terpaksa minum obat tidur, agar badan ini bisa sedikit beristirahat.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -