Bedah Buku: Antibodi Batin

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Fotografer : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat)

Lie Anne Tanjaya (memegang microphone) menuturkan jika ia sekarang lebih dapat mengontrol emosinya. Dharma Master Cheng Yen menjadi tali pengikatnya apabila ia mulai keluar jalur yang salah.

Minggu, 17 Oktober 2015, kegiatan Bedah Buku relawan He Qi Pusat diadakan di Kantor Sekretariat He Qi Pusat, Gedung ITC Mangga Dua, Lt. 6, Jakarta. Selama kurang lebih tiga setengah jam (pk. 08.30 – 12.00 WIB), relawan saling berbagi informasi dan pengalaman. Janji Bakti ratusan relawan menjadi Biru Putih pada tanggal 11 Oktober 2015 lalu masih hangat dirasakan para relawan. Maka, pada bedah buku kali ini diangkat tema bertajuk “Inspirasi dari Para Relawan Abu Putih Menjadi Biru Putih”. Sebanyak 36 orang yang hadir mengikuti kegiatan Bedah Buku.

“Menjadi relawan Biru putih bukanlah tamat (lulus –red), tetapi memulai melangkah memantapkan diri lagi berkomitmen menjadi komite,” ujar Like Hermansyah, Ketua He Qi Pusat. Like Hermansyah mengajak relawan untuk belajar bersama: Berkesadaran. Maksudnya, relawan seharusnya bisa selalu dalam kondisi “sadar” dalam setiap dan perbuatan yang dilakukan. Yayasan Buddha Tzu Chi bukan sekadar tempat untuk berbuat kebaikan, tetapi juga merupakan ladang pelatihan diri untuk melepaskan sifat buruk, kemelekatan, kebencian, dan kekotoran batin sehingga kebijaksanaan dapat bertumbuh. Caranya dengan meresapi  Dharma (ajaran) kedalam hati, dan mengerti Dharma Master Cheng Yen.

“Tzu Chi tidak pernah memberikan barang bantuan dengan cara melemparkan dari atas pesawat, tetapi dengan menyerahkan langsung kepada penerima bantuan. Suatu hari, pada saat relawan Tzu Chi tengah memberikan bantuan, penerima bantuan tersebut tersentuh dan menangis karena relawan tidak hanya memberikan bantuan saja, tetapi juga menghargai mereka. Itulah budaya humanis Tzu Chi,” kata Like pada saat mengajak menganalisis Dharma Master Cheng Yen.

Henry Surya merasakan manfaat dengan mengikuti kegiatan bedah buku dan mendalami Dharma Master Cheng Yen, membuatnya lebih sabar dalam mendidik anak.

Rodiyah, relawan yang tetap bisa menjaga semangatnya meski telah 13 tahun bergabung di Tzu Chi.

Bedah buku juga diselingi sharing dari para relawan biru putih yang baru dilantik. Diantaranya Lie Anne Tanjaya, Rodiyah, dan Henry Surya. Mereka mengemukakan rasa haru dan syukurnya dapat mengenal Tzu Chi sehingga mereka dilantik pada 11 Oktober 2015 menguatkan dirinya untuk lebih lebih berkomitmen menjalankan misi Tzu Chi dengan meluangkan waktu di setiap kegiatan Tzu Chi. Bagi mereka, kegiatan bedah buku seperti “antivirus” yang memberikan pertahanan diri menangkal dari niat buruk, ucapan, dan perbuatan buruk.

Dalam bedah buku masing masing memberikan sharing yang dapat ditarik kesimpulan segi positifnya. “ Master Cheng Yen berkata, ‘setiap orang merupakan kitab kehidupan yang menjadi pelajaran, dapat kita petik mana yang baik dan tidak’. Dari mendengar sharing relawan kita mempunyai pandangan, pikiran yang benar. Tzu Chi merupakan sekolah kehidupan, meneladani Guru (Master Cheng Yen) dan mendapat bimbingan sehingga dapat makna bernilai dari kehidupan,” kata Lie Anne Tanjaya.

Perubahan baik dialami relawan dari komunitas Xie Li Sunter ini selama mengikuti kegiatan bedah buku. Lie Anne Tanjaya menuturkan sekarang ia lebih dapat mengontrol emosinya, dan Dharma Master Cheng Yen menjadi tali pengikatnya apabila ia mulai keluar jalur yang salah. “Misalnya saat tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, biasanya (saya) akan marah. Tetapi sekarang lebih dapat mengontrolnya dan selalu berpikiran positif,” tambahnya.

Hal senada juga dialami oleh Henry Surya. Baginya, setiap materi bedah buku maupun sharing dari para relawan, dan Ceramah Master Cheng Yen, menjadi pengingat baginya untuk tetap menjaga setiap ucapan dan perbuatan. Berusaha, belajar dan jangan menyerah terhadap segala rintangan. Ia sangat bersyukur dan senang dapat mengenal dan berjodoh berada di Tzuchi. “Dulu saya mendidik anak dengan keras. Hal inilah yang akan pelan-pelan saya ubah. Mendidik anak harus sabar. Terhadap orang lain saja kita harus sabar, mengapa ke keluarga sendiri tidak,” ujar Henry dengan mata berkaca.

Rodiyah, relawan yang juga telah bekerja lebih dari 13 tahun di Kantor Sekretariat He Qi Pusat menyatakan semangatnya tidak kendur meski telah cukup lama bersama insan Tzu Chi. Pendampingan dan rasa kekeluargaan yang diberikan para relawan di komunitasnya mengalahkan rasa tidak percaya dirinya, yang berujung pada tekadnya untuk  lebih berkomitmen menjalankan misi Tzu Chi. “Di sini saya belajar menghargai waktu, menolong orang tanpa pamrih, dan melatih diri. Sekarang lebih dapat bertoleransi, jadi tidak cepat marah,” ungkap Rodiyah.

“Keharmonisan yang harus dijaga dan dihargai sehingga kita semua dalam menerapkan kegiatan di lapangan dapat menimbulkan sukacita, dan menjadi tambahan semangat. Jika tidak harmonis, bagaimana mau merangkul lebih banyak Bodhisatw,” kata Like Hermansyah berpesan.

Artikel Terkait

Mendalami Misi Pendidikan Berpedoman pada Wejangan Dharma Master Cheng Yen

Mendalami Misi Pendidikan Berpedoman pada Wejangan Dharma Master Cheng Yen

25 November 2021

Bedah Buku Pedoman Guru Humanis menjadi topik yang dibahas oleh para guru DaAi Mama Tzu Chi Batam Minggu, 21 November 2021.

Mendalami Dharma dengan Cara Menyenangkan

Mendalami Dharma dengan Cara Menyenangkan

22 Agustus 2019

Di Ulang Tahun Pertama kegiatan Bedah Buku Komunitas relawan Hu Ai Pluit yang jatuh pada hari Minggu, 18 Agustus 2019, panitia membuat kegiatan yang berbeda dari sebelumnya, belajar Dharma dengan cara yang menyenangkan.

Memanfaatkan Waktu untuk Melatih Diri

Memanfaatkan Waktu untuk Melatih Diri

15 Desember 2023

Bedah Buku di Xie Li Bogor kali ini membahas tayangan Master Bercerita berjudul Si Kera yang Baik Hati. Relawan berbagi pandangan dan makna yang dapat diambil  dari tayangan tersebut.  

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -