Belajar Berkonsentrasi

Jurnalis : Patricia Jean (Tzu Chi Medan), Fotografer : Gunawan Halim (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoMurid Tzu Shao bermain permainan saling mengenal dengan murid yang lain, dengan tujuan membuat hubungan antar murid lebih dekat lagi.

Minggu 18 Maret 2012, untuk pertama kalinya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Cabang Medan mengadakan “Kelas Budi Pekerti Tzu Shao” di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan, Komplek Cemara Asri, Medan. Kelas Tzu Shao adalah kelas pengajaran budi pekerti yang diadakan oleh Tzu Chi bagi para remaja Tzu Chi yang masih duduk di bangku SMP dan SMA dengan batas umur 13 – 18 tahun.

 

 

Sejak pukul 13.00 WIB, para murid gelombang pertama dari Kelas Tzu Shao Medan sudah tampak ramai mendaftarkan diri pada tempat pendaftaran yang disediakan. Para murid yang datang didampingi oleh orang tua mereka.  Dalam Kelas Tzu Shao setiap murid wajib didampingi oleh orang tua mereka. Ini adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam mengikuti kegiatan kelas budi pekerti.  Sebanyak 35 murid, 33 orang tua murid, 15 Tzu Ching dan 15 relawan ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Setelah pendaftaran terdata dengan lengkap, para Tzu Shao dibimbing oleh para Daai Mama (relawan pembimbing) dan Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) berbaris masuk ke ruang dharmasala dengan rapi. Topik pelajaran pada hari ini adalah “Jhana” (latihan konsentrasi). Kegiatan dimulai dengan sesi permainan “Angin berhembus kencang” sebagai ajang saling kenal antar sesama murid dan orang tua, setelah itu dilanjutkan dengan sesi permainan “Tes daya ingat”. Permainan ini berlangsung meriah, sebab Tzu Shao diharuskan mengingat gambar-gambar yang menarik dan beraneka warna. Pesan moral yang dapat diambil dari permainan ini adalah “Jika hati sulit berkonsentrasi dan pikiran mudah bercabang, tentu akan sulit untuk mencapai keberhasilan dalam hal apa pun.”

Pelajaran dilanjutkan masih dengan sesi permainan “Lebih bersungguh hati” dan tayangan video kartun anak “Petualangan Xio Li Zi”, menceritakan seorang anak yang bandel dan malas menulis, malah menyalahkan kertas dan kuas yang digunakan untuk menulis. Namun, sang guru yang bijaksana menyadarkan muridnya dengan berkata bahwa kertas yang kotor, apabila menggunakan tinta hitam untuk menulis, akan terlihat putih. Murid - murid Tzu Shao diajarkan untuk dapat menghargai sumber daya dan menggunakannya semaksimal mungkin. Menghargai berkah, menggunakan berkah dengan bijaksana, baru dapat menciptakan berkah yang baru, inilah ajaran yang didapat dari pelajaran dari kartun Petualangan Xiao Li Zi kali ini.

Selanjutnya, ada sesi penghayatan dan perenungan terhadap topik kali ini. Tzu Shao diajarkan untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Bila segala aktivitas dilakukan dengan berkonsentrasi dan memiliki tekad, maka potensi diri akan terlihat. Semakin sering menggunakan potensi dalam diri sendiri, kebijaksanaan akan tumbuh secara perlahan, semakin menghadapi masalah, akan semakin bijaksana.

foto   foto

Keterangan :

  • Para Tzu Shao dan orang tua mereka berbaris dibawah bimbingan para Mama Mentor dan Tzu Ching sebelum masuk ke ruang dharmasala (kiri).
  • Murid Tzu Shao didampingi orang tua mereka mengikuti “Kelas Budi Pekerti Tzu Shao”. Dengan hadirnya orang tua di kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara murid dengan orang tua (kanan).

Para murid Tzu Shao diajak untuk melakukan pertukaran posisi dengan orang tua mereka, tujuannya agar para Tzu Shao tahu bagaimana menghargai perasaan orang tua, perkataan dan perbuatan serta sikap harus dijaga agar tidak menyakiti perasaan orang tua.

Kemudian juga diajarkan tentang cara mengendalikan emosi. Fitria Halim sebagai pembicara mengingatkan para murid agar jangan membiarkan kondisi luar mempengaruhi emosi diri sendiri, sebab kita bisa mengatasi kondisi luar dengan keteguhan hati.

Setelah tea break, kelas dibagi menjadi dua kelas, satu kelas untuk Tzu Shao dan lainnya kelas untuk orang tua. Dalam kelas Tzu Shao, para Tzu Shao diberikan kesempatan untuk saling mengenal lebih dekat lagi melalui pemainan, juga dibimbing agar memahami tata krama Tzu Chi, bagaimana cara berpakaian seragam, cara makan, cara memberi salam hormat, cara duduk dan lainnya, agar para Tzu Shao mengerti sopan santun dan etika yang baik dan terpuji.

Sedangkan dalam kelas orang tua, Jennifer Shijie  mengupas tentang kebiasaan orang tua dalam membimbing anak yang kurang tepat dan bagaimana cara memperbaiki komunikasi antara orang tua dengan anak, sehingga dapat terbina hubungan yang lebih akrab. Setelah itu, diadakan sharing oleh para orang tua, mengenai cara mereka mendidik anak-anak selama ini. Pada sesi sharing ini, para orang tua juga menjadi lebih dekat dan dapat berbagi dengan orang tua lainnya.

Pelajaran hari ini diakhiri dengan doa bersama, semua sama-sama berdoa demi keselamatan dunia yang semakin hari semakin sering ditimpa bencana. Semoga kata perenungan yang dipelajari hari ini, “Jika batin kita tetap lurus dan pikiran tidak menyimpang, terus berjaga pada posisi masing-masing dengan penuh konsentrasi, maka segalanya tentu akan bisa diatasi” akan dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

  
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Melihat, Merasakan, dan Membantu

Banjir Jakarta: Melihat, Merasakan, dan Membantu

18 Januari 2013

Hujan deras yang terus mengguyur Jakarta beberapa hari ini membuat warga di beberapa wilayah Jakarta terendam banjir, khususnya mereka yang tinggal di wilayah sepanjang sungai. Seperti warga di daerah Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Kupon Beras Pembawa Kebahagiaan

Kupon Beras Pembawa Kebahagiaan

25 Januari 2017

Menyusuri jalanan sempit di Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta, para relawan Tzu Chi membagikan kupon beras kepada warga yang kurang mampu. Tepat di ujung gang RT 10, relawan bertemu seorang nenek, Tukijem (57). Lansia yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci gosok ini menyambut kedatangan relawan dengan penuh sukacita.

Kompak Dalam Menangani Misi Kesehatan Tzu Chi

Kompak Dalam Menangani Misi Kesehatan Tzu Chi

05 Juni 2014 Peduli terhadap nasib masyarakat kurang mampu dalam menghadapi penderitaan yang mereka alami, Tzu Chi mencoba meringankan beban yang dihadapi oleh kaum marginal. Hal ini digerakkan pada salah satu misi kemanusiannya yaitu misi kesehatan.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -