Belajar dari Kaca Jendela

Jurnalis : Henry Tando (He Qi Utara), Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara)
 
 

fotoDi masa libur tahun baru, banyak relawan dari He Qi Utara datang ke Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang untuk memilah sampah daur ulang berdasarkan jeninya.

Hari ini hari kedua di tahun 2011. Puluhan relawan Tzu Chi dari He Qi Utara sejak pagi hari sudah berkumpul di depo pelestarian lingkungan Muara Karang. Saya yang datang terlambat jadi merasa sangat malu karena ternyata sudah banyak sekali relawan yang datang sehingga depo menjadi terasa sesak.

Sambil menyapa dan memberi ucapan selamat tahun baru saya melangkah masuk, tapi itu pun sukar karena tubuh selalu terhalang relawan yang sedang memilah bahan daur ulang. Di hati saya sangat bangga melihat para relawan yang walaupun masih suasana libur tahun baru tetap semangat bekerja untuk pelestarian lingkungan.

Saya bertemu seorang Tzu Cheng yang bajunya sudah basah kuyup oleh keringat, saya bertanya “Shixiong habis kerja apa?” Dia tertawa dan menjawab, “Saya habis menyikat dan membersihkan toilet.” Waktu saya bilang mau mengambil gambarnya, dia menolak dan juga tidak mau namanya disebut.

Sebenarnya tujuan kedatangan relawan dari 6 Hu Ai, He Qi Utara hari itu, selain untuk melakukan daur ulang mereka juga membersihkan ruangan di lantai 2 yang rencananya akan digunakan untuk Gong Xiu (kebaktian) yang dilaksanakan setiap hari Minggu mulai tanggal 9 Januari 2011 pukul 6 pagi. Karena saya datang agak terlambat dan relawan yang melakukan daur ulang di lantai bawah sangat banyak, saya akhirnya memutuskan untuk membantu membersihkan ruangan di lantai 2. Di lantai 2 juga ternyata sudah banyak relawan yang membantu. Setelah saya amati akhirnya saya memutuskan untuk membuka jendela, karena udara di ruangan itu rasanya agak pengap karena sirkulasi udara kurang lancar. Waktu membuka jendela, timbul rasa enggan karena jendela- jendela itu berlapiskan debu yang cukup tebal. Saya mencari-cari lagi apa yang bisa saya kerjakan sambil mengambil gambar relawan yang sedang bekerja. Setelah beberapa saat saya merasa cukup mendapatkan gambar dan saya mulai merasa risih karena semua relawan dengan semangat bekerja sedangkan saya hanya memotret mereka. Akhirnya saya membantu relawan yang sedang membersihkan jendela.

Sewaktu sedang mengambil gambar, saya sempat mendengar seorang relawan memberi selamat kepada seorang relawan lain yang baru dilantik komite awal Desember lalu. Akhirnya kedua relawan itu terlibat perbincangan yang menurut saya menarik untuk dibagikan. Relawan yang diberikan selamat berkata bahwa menerima ucapan karena ia sudah menjadi Tzu Cheng rasanya justru semakin berat. Maksudnya, ia merasa semakin terbebani karena sudah menjadi Tzu Cheng. Mereka berbincang sambil memilah baju-baju. Kemudian, relawan yang memberi selamat berkata kepada relawan Tzu Cheng itu, “Shixiong, baju ini menurut saya sudah tidak layak lagi bagaimana menurut shixiong?” Relawan Tzu Cheng itu pun menjawab, “Kalau menurut Shixiong sudah tidak layak ya dibuang saja.” Relawan yang tadi bertanya kembali berkata, “Saya gak berani memastikan. Kalau shixiong kan sudah komite, jadi shixiong sudah punya hak untuk mengambil keputusan.” Relawan Tzu Cheng ini hanya menjawab sambil bercanda, “Yang punya ‘hak’ itu biasanya sepatu.”

Dari perbincangan itu saya berpikir ternyata masih banyak relawan yang menganggap kalau sudah komite berarti lebih punya kekuasaan. Seorang komite Tzu Chi sudah seharusnya selalu melayani dan membimbing semua orang seperti yang diikrarkan pada saat pelantikan menjadi komite.

foto  foto

Keterangan :

  • Sejak pagi banyak relawan sudah berkumpul dan melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. (kiri)
  • Selain melakukan kegiatan pemilahan sampah, relawan juga membersihkan lantai 2 depo yang akan digunakan untuk kegiatan Gong Xiu (kebaktian). (kanan)

Membersihkan Kaca
Kembali ke pekerjaan saya yang sedang membersihkan kaca jendela. Ternyata sangat sulit membersihkan kaca jendela yang dilekati debu tebal dan berkerak karena jamur yang menempel di kaca. Saya mencoba membersihkan dengan menggunakan lap basah, tapi cara itu hanya membuang debu tebalnya saja. Setelah kering masih ada sisa debu yang menempel dan kaca semakin kelihatan belepotan. Lalu dicoba lagi menggunakan lap yang dibasahi oleh air sabun, hasilnya setelah dilap dengan kain kering lumayan mengkilap, tetapi masih ada sisa kerak jamur yang sangat sulit dihilangkan.

Untuk menghilangkan sisa-sisa kerak itu harus dengan kesabaran lebih menggosok kaca sampai bersih. Dari pengalaman ini saya teringat perkataan Master Cheng Yen di acara Sanubari Teduh yang disiarkan DAAI TV Jakarta setiap hari Minggu pagi. Yang saya ingat Master berkata pada dasarnya hati manusia bersih seperti selembar kain putih yang sangat bersih. Karena pengaruh lingkungan dan kurang hati-hati, kain putih itu menjadi kotor. Kalau kain putih yang sudah menjadi kotor hendak dibersihkan menjadi putih seperti semula, itu akan sangat sulit sekali. Namun pada hakikatnya hati manusia akhirnya akan kembali putih bersih seiring kebijaksanaan dan cinta kasihnya yang terus meningkat sehingga tercerahkan seperti para Buddha dan Bodhisatwa.

Untuk menjadikan hati kita kembali bersih Master juga memberitahu cara-caranya. Tinggal kita memilih cara mana yang sesuai untuk kita. Sama seperti membersihkan kaca jendela yang harus menggunakan berbagai macam cara untuk membersihkannya.

Saya berharap kaca yang saya bersihkan bisa membuat shixiong, shijie menjadi nyaman dalam melakukan Gong Xiu. Gong Xiu juga merupakan salah satu cara untuk membersihkan hati kita dari kekotoran batin. Semoga kita semua dapat segera mengikis kekotoran batin kita dan semoga semua makhluk dapat hidup berbahagia serta dunia bebas dari bencana.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menghargai Berkah dan Berbuat Baik

Suara Kasih: Menghargai Berkah dan Berbuat Baik

15 Juli 2013 Anak-anak harus berbakti kepada orang tua, menghormati guru, belajar dengan giat, dan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan orang banyak. Inilah tujuan utama mengenyam pendidikan.
Bertanya Pada Hati

Bertanya Pada Hati

04 Maret 2014 Tzu Chi Pekanbaru berusaha untuk melibatkan para lao phu sha di kegiatan yang lain. Umur tidaklah menjadi penghalang untuk berkontribusi lebih asal ada kemauan dan tekad kuat untuk belajar.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -