Belajar Merawat Bumi di Depo Kosambi

Jurnalis : Ismeilia Suardi (He Qi Pusat), Fotografer : Ridwan (He Qi Pusat)

doc tzu chi

Tim Teratai (relawan pembina anak asuh di He Qi Pusat) mengajak 55 anak asuh beserta 12 orang tua dan 12 relawan untuk belajar tentang pelestarian lingkungan serta proses daur ulang di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Saat memberikan ceramah kepada relawan di sekitar tahun 1990, Master Cheng Yen mengimbau para relawan untuk menggalakkan kegiatan pelestarian lingkungan. Lakukan daur ulang, manfaatkan limbah, dan hargai energi karena bumi kini sudah tidak sehat. Di akhir ceramah para relawan bertepuk tangan dan Master Cheng Yen pun berkata, “Gunakan sepasang tangan yang bertepuk itu untuk melestarikan lingkungan”.

Imbauan Master Cheng Yen tersebut hingga kini masih terus diingat dan dipraktikkan oleh relawan Tzu Chi. Mereka juga terus membagikan pengetahuan tentang pelestarian lingkungan kepada generasi muda. Seperti pada 4 Juni 2017 lalu, Tim Teratai (relawan pembina anak asuh di He Qi Pusat) mengajak 55 anak asuh beserta 12 orang tua dan 12 relawan untuk belajar tentang pelestarian lingkungan serta proses daur ulang di depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Anak-anak pun tampak bersemangat dan mengamati sekeliling mereka dengan penuh perhatian. Depo pelestarian lingkungan yang dikelola oleh Johnny Chandrina, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat ini diresmikan di penghujung tahun 2011. Berdiri di lahan yang luas dan teduh, depo pelestarian Duri Kosambi adalah salah satu dari 7 depo yang tersebar di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.

Relawan pelestarian lingkungan di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi menyambut tamu mereka. Hari itu, 4 Juni 2017, mereka bersama melakukan pemilahan sampah.

Johnny Chandrina (kiri – memegang botol) menjelaskan tentang pelestarian lingkungan dan daur ulang kepada anak asuh.

Dalam memberikan penjelasan tentang pelestarian lingkungan, Johnny memberikan ilustrasi gambar bola dunia yang berada di atas tungku api yang menyala. Akibat tungku yang menyala suhu bumi pun kian memanas dan hal ini dikenal dengan sebutan pemanasan global. Suhu bumi yang kian memanas menyebabkan 4 unsur alam: air, tanah, api dan angin tidak lagi selaras sehingga bencana kerap terjadi di masyarakat.

Selain penjelasan yang rinci mengenai pemanasan global, relawan juga memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk membantu bumi. “Salah satunya dengan melakukan daur ulang dan menerapkan prinsip 5R (Rethink, Reduce, Repair, Reuse, dan Recycle),” ujar relawan. Ia juga menjelaskan jenis sampah yang bisa didaur ulang. “Ada 7 kategori sampah padat: plastik, logam, kertas, kaca, B3 (bahan berbahaya dan beracun), elektronik, dan sampah. Namun limbah B3 dan sampah, tidak termasuk yang bisa didaur ulang,” jelasnya.

Relawan pelestarian lingkungan menjelaskan tentang berbagai jenis sampah yang bisa dan tidak bisa didaur ulang.

Usai menerima penjelasan secara rinci, anak-anak diajak aktif melakukan pemilahan sampah. Mereka langsung mempraktikkan informasi yang baru saja mereka dapat dengan menggunakan 2 jenis sampah: kertas dan botol plastik.

“Apabila ingin mendaur ulang sampah organik dari sisa bahan dapur, ada namanya Eco Garbage Enzyme,” imbuh Johnny. Namun enzim ini pun harus terbuat dari sampah pilihan dan tidak sembarangan. Ia pun tidak lupa memberikan pengetahuan tentang pola makan vegetaris yang juga merupakan aksi pelestarian lingkungan.

Usai menerima penjelasan secara rinci, anak-anak diajak aktif melakukan pemilahan sampah. Mereka langsung mempraktikkan informasi yang baru saja mereka dapat dengan menggunakan 2 jenis sampah: kertas dan botol plastik. Dengan sarung tangan dan penutup mulut yang disediakan relawan, mereka dengan semangat memilah sampah.

Dengan antusias yang demikian besar dari anak asuh, Tim Teratai berharap mampu memberikan bekal yang berguna bagi generasi masa depan. “Sehingga ketika pulang, mereka membawa kesadaran baru akan pelestarian lingkungan, peduli lingkungan, dan semoga nantinya bisa menularkan pengetahuan ini kepada lingkungan sekitarnya,” harap Tim Teratai.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Festival Pelestarian Lingkungan

Festival Pelestarian Lingkungan

12 Desember 2011 Sabtu, 3 Desember 2011, sebelum festival ini dimulai, para relawan berkumpul bersama dan melakukan doa bersama. Pada hari pertama festival ini ditampilkan salah satu budaya humanis Tzu Chi, yaitu peragaan isyarat tangan oleh relawan, mulai dari anak-anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Tzu Ching, hingga relawan He Qi Barat.
 Titik Pelestarian Lingkungan yang Baru

Titik Pelestarian Lingkungan yang Baru

29 November 2024

Titik pelestarian lingkungan yang baru dibuka oleh Tzu Chi Batam di Komplek Perumahan Dutamas, Pendopo Blok A disambut warga dengan antusias. Beberapa warga perumahan mulai mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan ini. 

Mengenal Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

Mengenal Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

05 Juli 2016 Sebanyak 55 orang mengikuti Pelatihan Relawan Baru (Kedua) yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Batam pada tanggal 19 Juni 2016.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -